Lomba Bahasa dan Sastra Jawa
Pengembangan dan pelestarian kebudayaan daerah, termasuk bahasa dan sastra Jawa selalu dilakukan rutin setiap tahun oleh berbagai lapisan masyarakat di Yogyakarta, termasuk instansi pemerintah. Tentu kegiatan-kegiatan itu dilakukan agar budaya lokal tidak tergerus oleh globalisasi. Sebab, jika tidak ada tindakan seperti itu, lambat laun dan pasti budaya lokal akan terlindas oleh arus globalisasi. Banyak langkah yang dilakukan pemerintah dalam kaitannya dengan pengembangan dan pelestarian, salah satunnya adalah melakukan lomba-lomba.
Berbagai ajang lomba baru-baru ini telah dilakukan kembali antara lain oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, Seksi Bahasa. Lomba-lomba itu dikhususkan kepada generasi muda yang nantinya diharapkan sebagai ujung tombak penerus generasi tua, khususnya dalam pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa dan sastra Jawa. Lomba-lomba itu telah dilaksanakan selama dua minggu lalu, mulai Minggu (8/4) s.d. Jumat (20/4), antara lain: Menulis Aksara Jawa, Pidato Bahasa Jawa, Geguritan, Puisi, Macapat, dan Dongeng. Pelaksanaan lomba difokuskan di Pendopo Dinas Kebudayaan Prov. DIY.
Banyak anak-anak sekolah mulai tingkat SD, SMP, dan SMA yang mengikuti lomba. Mereka berasal dari Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta. Sebagian masyarakat umum juga mengikuti lomba-lomba bahasa dan sastra Jawa ini, khususnya yang memang diperuntukkan bagi umum.
Menurut penyelenggara lomba Seksi Bahasa, diadakannya lomba bahasa dan sastra Jawa ini setiap tahun agar masyarakat Yogyakarta mempunyai kemampuan dan apresiasi yang baik terhadap sastra dan bahasa Jawa sekaligus ikut melestarikannya. Selain itu, dengan adanya lomba-lomba tersebut, mendorong kepada masyarakat agar memiliki ketrampilan membaca dan membuat karya sastra lokal yang lebih baik dan semakin meningkat kualitasnya.
Setiap jenis lomba banyak diikuti oleh peserta. Bahkan ada satu peserta yang mengikuti beberapa lomba, seperti lomba pidato, lomba geguritan, dan lomba mendongeng. Namun kebanyakan, setiap lomba diikuti peserta yang berbeda. Setiap lomba banyak diikuti peserta, bahkan seperti lomba Menulis Aksara Jawa tingkat SD diikuti lebih dari 75 peserta.
Seperti biasanya, setiap peserta yang menang dalam lomba mendapatkan hadiah berupa: tropi, piagam, dan uang pembinaan. Setiap jenis lomba diambil 5 pemenang, juara I, II, III, Harapan I, dan Harapan II. Juara I hingga Harapan II berturut-turut mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 900.000, Rp 800.000, Rp 700.000, Rp 600.000, dan Rp 500.000. Jumlah hadiah yang cukup banyak untuk ukuran anak-anak tentunya.
Tentu diharapkan lomba-lomba ini terus berlanjut setiap tahun dilakukan serta lebih banyak diikuti oleh generasi muda. Selain itu tentu juga harus didukung oleh elemen masyarakat lain, baik pemerintah maupun swasta, agar pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa dan sastra Jawa tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Suwandi
Artikel Lainnya :
- 27 Oktober 2010, Kabar Anyar - 230 YEARS OF COLLECTING INDONESIAN HISTORY: BELAJAR MENGERTI DAN MENGHARGAI SEJARAH PADA BANGSA ASING(27/10)
- 7 Agustus 2010, Denmas Bekel(07/08)
- 25 September 2010, Kabar Anyar - KESAKSIAN ROMO DANANG ATAS KEHANCURAN, TAPI MASIH ADA ASA(25/09)
- Saunine, Tidak Asal Bunyi(16/07)
- BEBERAPA FOTO SUNGAI SEBELUM DAN SETELAH MERAPI MELETUS(11/05)
- Mercusuar di Pantai Selatan Jogja(09/05)
- Salatiga. Sketsa Kota Lama(21/09)
- KUE PUTHU, NIKMAT SELAGI HANGAT(04/05)
- 25 Februari 2010, Situs - BARNABAS SARIKRAMA: ORANG KATOLIK PERTAMA DI KALIBAWANG, KULON PROGO(25/02)
- MASJID AGUNG YOGYAKARTA, DULU DAN KINI(18/06)