Catatan Pameran tunggal Godod Sutejo

Kosong Bukan Berarti Sepi

“Dalam diam ada gerak. Dalam sunyi ada kehangatan. Di tengah hamparan kuas ada isyarat, isyarat bahwa manusia harus ingat asal usulnya, dan pada suatu saat akan kembali kepada-Nya,” ungkap Rip V Dinar pada acara pembukaan pameran tunggal lukisan karya Godod Sutejo yang bertajuk “Oyod-oyod Godod,” pada tanggal 11 Nopember 2011, di Posnya Seni Godod jl. Suryodiningratan MJ II/641, Gg. Rahmat, Jogyakarta..

Lebih lanjut Rip V Dinar mengatakan bahwa karya-karya Godod Sutejo menyiratkan suatu simbol perjuangan yang gigih, tulus dan ikhlas dalam mengisi hidup dan kehidupan. gambar sosok manusia yang teramat kecil dibentangan kanvas luas, merupakan ekspresi sebuah kesadaran bahwa Godod merasa kecil di tengah bentangan alam luas dan merasa dirinya tak berarti di hadapan Sang Maha Kuasa.

Menurut Godod bahwa pameran tunggalnya yang ke 14 ini dibuat berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya dan bahkan berbeda dengan pameran-pameran lukisan pada umumnya, sehingga terkesan unik dan nganeh-anehi. Uniknya terletak pada pemilihan angka serba sebelas : jumlah lukisannya 11, pembukaan jam


Anggorosih Rahmaniati, SE dan Lettu Pnb. Alipian Adista Rindiasta,
sepasang pengantin baru saat membuka pameran Godod Sutejo (paling kirir)


Komunitas Onthelis Jadoel Jogjakarta (KODJA)
ikut memeriahkan pameran Godod Sutejo


Lukisan karya Godod Sutejo menampilkan obyek dalam ukuran kecil

11, tanggal 11 bulan 11 dan tahun 2011. Selain memilih angka serba sebelas, yang nyleneh dari pameran kali ini dibandingkan dengan pameran pameran sebelumnya adalah, yang membuka pameran sepasang pengantin baru, yang pada hari itu melaksanakan akad nikah yakni, Anggorosih Rahmaniati, SE dan Lettu Pnb. Alipian Adista Rindiasta. Agar unik dan nylenehnya semakin lengkap, waktu pameran pun dibuat cukup panjang oleh Godod, yaitu mulai 11 Nopember 2011 sampai 12 Januari 2012.

Godod mengatakan bahwa Pameran Tunggal merupakan agenda rutin setiap dua sampai tiga tahun sekali. Jadi, sesibuk apa pun saya harus konsisten merencanakan dan mngadakan pameran. Itu sudah menjadi kebiasaan, jika tidak rasanya ada yang kurang. Sebenarnya pameran tunggal kali ini rencananya akan digelar di Jakarta, tetapi karena faktor beaya, pameran cukup digelar di rumahnya sendiri.

Selama dua bulan pameran, secara bertahap, Godod Sutejo akan melakukan aktifitas melukis dengan memilih obyek-obyek yang sedang menjadi perhatian masyarakat, tentunya masih berkaitan dengan alam, manusia dan religiusitasnya, yang merupakan cirikhas tema lukisan Godod Sutejo selama ini. Merapi dan banjir lahar dingin termasuk salah satu daftar obyek yang akan dilukis.

Tidak hanya waktu pameran yang ditargetlan paling tidak 3 tahun sekali, karya yang dipamerkan pun masih konsisten dengan pilihan gaya dan corak lukisannya. Godod selalu menggambar Obyek lukisannya dengan ukuran sangat kecil, yang diletakkan sedemikian rupa pada bidang gambar yang luas, sehingga banyak menyisakan ruang kosong yang memberi kesan sepi. Oleh karenanya Godod Sutejo dikenal dengan pelukis Alam Sepi.

Ruang kosong yang sengaja dibiarkan pada lukisan Godod, menurut Drs. Subroto Sm, M.Hum. tidak terkesan sepi, tetapi justru sebaliknya. Kekosongan ruang yang ada dapat bebicara banyak dan beragam, sesuai dengan imajinasi publik pemirsa yang riuh. Kekosongan bukannya tanpa arti, kekosongan itu mampu mengantar obyek yang sangat kecil menjadi satu-satunya fokus pada bidang gambar yang luas. Seperti kekosongan pada kelir wayang kulit, yang mampu berbicara banyak untuk membawa obyek yang ditampilkan menjadi fokus utama.

Pembukaan pameran dihadiri oleh beberapa tokoh seniman dan diramaikan oleh penggiat sepeda yang tergabung dalam kelompok KODJA akronim dari Komunitas Onthelis Jadoel Jogjakarta.

foto dan tulisan herjaka HS




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta