Tembi

Berita-budaya»ISIH PENAK ZAMANKU

07 Nov 2011 07:44:00

ISIH PENAK ZAMANKURuang-ruang ekspresi bisa, sudah lama menyebar di banyak tempat dan dalam bentuk yang beragam. Tidak terkecuali ruang belakang kendaraan truck yang melintasi dari satu kota ke kota lain antar propinsi, atau juga melintasi kota dalam propinsi. Ada satu tulisan, yang kiranya mengekspresikan keadaan yang dirasakan tidak menyenangkan dengan membandingkan keadaan sebelumnya. Tulisan itu berbunyi: “Isih penak zamanku” (masih enak zamanku) dengan disertai wajah Soeharto, mantan presiden RI kedua, tersenyum.

Meski terasa sederhana kalimat yang dituliskan, tetapi sebenarnya memiliki makna yang dalam, dan bahkan merupakan kritik dari rakyat yang merasakan kehidupannya tidak nyaman dan susah mencari uang. Mengapa disebut kritik dari rakyat? Karena, kita anggap sopir kendaraan truck merupakan simbol pekerjaan rakyat.

Apalagi kita tahu, di negeri kita kisah-kisah korupsi mudah sekali mengalir ke telinga publik, dan beberapa hari lalu hakim Tipikor di Samarinda membebaskan koruptor dari segala dakwaannya. Pembebabasan itu seperti sekaligus ‘melawan’ apa yang dikatakan oleh SBY ‘Uang negara dirampok’.

Satu perkataan yang mengerikan sesungguhnya yang diucapkan oleh seorang presiden, dan pilihan katanya yang diambil menunjukkan tingkat kegawatan yang dahsyat: dirampok, bukan dikorupsi. Karena selama ini yang sering kita dengan adalah korupsi. Kalau perampokan ditujukan pada bandit jalanan. Karena yang dirampok uang negara, pastilah perampoknya bukan bandit jalanan, tetapi para pejabat dan elit politik itu sendiri.

ISIH PENAK ZAMANKUMaka, kalau suara rakyat yang diekspresikan melalui media bak belakang truck, kiranya kita bisa tahu, bahwa kesulitan hidup sudah dirasakan oleh rakyat. Tulisan ‘Isih penah zamanku’ terbawa kemana truck itu pergi dan dibaca oleh banyak orang. Selintas membaca pastilah akan segera tersenyum.

Memang ada tulisan lain yang sifatnya lucu, atau juga sekedar main-main. Soalnya bukan lucu atau main2, melainkan rakyat, khususnya sopir truck, atau setidaknya pemilik truck, menemukan ruang ekspresikan yang murah dan bisa menyebar sampai wilayah yang jauh, seperti laiknya internet, melompati batas geografi dimana truck itu mangkal. Kiranya, tulisan itu bisa kita pahami sebagai mewakili kegelisahan masyarakat bawah.

Mesti kita tidak perlu harus memahami, bahwa masyarakat bawah menginginkan situasi kembali seperti zaman Soeharto, atau setidaknya rezim Soeharto ‘dikembalikan’ untuk memerintah. Penguasa sekarang perlu peka terhadap penderitaan warganya. Karena rezim sekarang, sebenarnya tidak jauh berbeda dari rezim orde baru, hanya saja pada zaman Soeharto rakyat merasakan tidak susah mencari uang dan harga-harga masih terjangkau. Zaman sekarang, sudah susah mencari uang barang-barang harganya mahal.

ISIH PENAK ZAMANKUDalam hal kasus korupsi antara rezim orde baru dengan rezim ‘SBY’, kiranya tidak jauh berbeda. Artinya, dari dua rezim tingkat korupsinya cukup tinggi. Hanya saja, pada rezim orde baru media tidak terbuka seperti sekarang sehingga kasus-kasus korupsi tidak terpublikasikan. Rezim ‘SBY’ kasus korupsi menyebar dari pusat sampai daerah dan dilakukan oleh hampir semua elit politik. Kasus-kasus korupsi kini mudah sekali diketahui oleh public, oleh karena media selalu memberitakannya. Kasus-kasus korupsi inilah yang membuat rakyat semakin terasa nelangsa hidupnya: Bagaimana tidak, mencari uang susah, malah disuguhi wakil rakyat melakukan korupsi uang rakyat. Ini kan ironis.

Maka, kalimat ‘Isih penak zamanku’ kiranya merupakan kerinduan rakyat akan kondisi yang lebih nyaman, mudah mencari uang, tidak ada kekerasan, sekolah tidak mahal dan seterusnya. Mestinya, rezim ‘SBY’ dan penggatinya kelak 2014 yang harus mewujudkan kerinduan rakyat akan keadaan yang stabil, mudah mencari pekerjaan dan uang, meski tidak banyak, tetapi bisa menjaga untuk kelangsungan hidup.

Ekspresi yang dituangkan di bak belakang truck adalah ekspresi kerakyatan yang mencerminkan situasi rakyat. Atau juga kalimat lainnya misalnya: ‘Dua anak cukup, dua istri bangkrut’ kalimat ini mencerminkan situasi kehidupan rakyat, tetapi sekaligus sindiran untuk orang-orang yang mampu secara ekonomis, lebih-lebih elit politik, yang acap ditemukan memiliki istri simpanan, atau perempuan gelap. Ini artinya, rakyat tahu, pemimpin tidak lagi peduli pada penderitaan rakyat.

Atau juga kalimat lain, yang sesungguhnya merupakan kerinduan terhadap satu figur: ‘Perjuanganku’ demikianlah kalimat dalam bak truck, yang dilengkapi lukisan potret diri Soekarno. Jadi, pada kerindungan rakyat terhadap figur pemimpin yang kuat, ditunjukkan pada dua visual: Soeharto dan Soekarno.

Sekarang, rakyat mengalami dua hal yang mendasar: hidupnya menderita dan tidak memiliki pemimpin yang kuat.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta