- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»GABUSAN MANDING Tembi DAN LINGKUNGAN SEKITAR
25 Nov 2011 10:17:00GMT atau Gabusan-Manding-Tembi adalah kawasan segitiga pariwisata yang sampai saat ini terus digalakkan Pemkab Bantul untuk dapat berkembang menjadi kawasan wisata yang potensial. Gabusan-Manding-Tembi adalah gabungan dari tiga buah dusun dalam poros Jalan Parangtritis pada kisaran kilometer 8-11. Masing-masing dusun ini memiliki potensinya sendiri-sendiri.
Tembi sebagai sebuah dusun wisata memiliki keunggulan di bidang seni dan budaya. Demikian pun dalam bidang pertanian organik. Kecuali itu Tembi juga memiliki rumah inap, homestay, dokumentasi publikasi cetak maupun elektronik, kerajinan, kuliner khas, dan museum.
Manding dikenal sebagai sebuah dusun yang sejak dulu potensial dalam produk kerajinan kulit dan serat. Di dusun ini diproduksi aneka macam alas kaki (sepatu, sandal, sepatu sandal) dengan berbagai jenis dan model. Ada pula tas, dompet, sabuk, sarung tangan, jaket, topi, dan sebagainya.
Gabusan dikenal sebagai Pasar Seni nya Pemkab Bantul. Kecuali itu gabusan juga dilengkapi aneka macam sarana dan prasarana lain. Di Gabusan juga telah berdiri dan beroperasi rumah makan serta water boom. Kecuali benda seni dan kerajinan yang ditawarkan, di Gabusan juga ditawarkan aneka macam produk kuliner serta oleh-oleh khas Bantul di samping kerajinan.
Tiga wilayah yang saling berdekatan dengan spesifikasi atau kekhasan masing-masing itu bisa saling mendukung untuk mendorong berkembangnya pariwisata di ketiga wilayah tersebut. Berkembangnya hal-hal yang dimaksud di tiga wilayah ini pada gilirannya juga akan mendorong lajunya perkembangan ekonomi di wilayah yang bersangkutan.
Keletakan GMT yang berada di tengah jalur wisata Keraton (Kota)-Pantai Parangtritis bisa menjadi semacam transit atau bahkan tujuan wisata secara lebih khusus dari paket wisata Kota-Bantul. Untuk itu pula prasarana jalan dan prasarana lain di ketiga wilayah itu terus diperbaiki. Penataan di sana-sini terus dilakukan. Demikian pun publikasi juga terus dilakukan. Sekalipun demikian wilayah GMT juga tidak lepas dari berbagai persoalan. Salah satunya adalah persoalan lingkungan.
Jika dicermati lingkungan di GMT cenderung belum tersentuh secara meyakinkan. Bahkan di Tembi sendiri titik-titik kegiatan kesenian dan kebudayaan pada saat ini berhadapan langsung dengan pusat pengumpulan barang rongsok. Seperti diketahui gudang atau penumpukan barang rongsok bisa dikatakan hampir tidak pernah rapi dan bersih. Kesan kekumuhan barang rongsok di mana pun nyaris tidak terhindarkan. Bukan hanya itu, remah-remah barang rongsok entah itu berupa plastik, serpih kertas, kaleng, dan lain-lain sering berceceran kemana-mana sehingga menimbulkan kesan kotor, kumuh, dan tidak sehat.
Pada hari-hari tertentu sentra pengepulan rongsok ini juga membakari sampah yang mayoritas terdiri atas plastik. Asap dari sampah plastikini kecuali berwarna hitam juga berbau sangat menyengat dan tentu saja beracun. Asap ini hampir selalu memasuki kawasan pusat-pusat kegiatan seni dan budaya. Pun juga masuk ke rumah-rumah inap. Minimal bau dari gas hasil pembakaran plastik dan semacamnya itu menguar sampai kompleks pusat kegiatan seni dan budaya. Hal ini jelas sangat mengganggu kegiatan seni budaya, mengganggu kenyamanan tamu atau wisatawan yang menginap maupun sedang berkunjung. Tidak hanya itu, hal ini tentu juga sangat mengganggu kesehatan dan kenyamanan warga sekitarnya.
Tidak mudah memang mengelola sebuah kawasan yang relatif luas dengan aneka ragam kegiatan di dalamnya. Diperlukan pengamatan dan studi komprehensif mengenai semuanya itu. Jika sebuah kawasan telah disepakati menjadi daerah wisata mestinya hal-hal yang tidak mendukung keberlangsungan wisata tersebut secara baik, nyaman, dan sehat bisa dihindari. Pada sisi ini jelas diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengaturnya.
Apa jadinya misalnya, jika di seputaran Gabusan atau Manding kemudian tiba-tiba didirikan gudang-gudang rongsok yang berhadap-hadapan atau berdampingan dengan kegiatan produksi-penjualan kerajinan maupun kuliner (restoran), taman bermain, dan sebagainya. Pada sisi-sisi inilah diperlukan kesepahaman untuk saling mengatur dan menjaga agar semuanya bisa berjalan secara lebih selaras dan terkoordinasi dengan baik. Peran pemerintah baik di tingkat bawah maupun atas sangat diperlukan dalam persoalan ini. Artinya, perlu segera dicarikan solusi untuk penanganan atau pengaturannya agar semuanya nyaman, sehat, bersih, dan tenang.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- 17 Maret 2010, Kabar Anyar - BERKAH DARI ANGKA 500(17/03)
- Watak Bayi yang Lahir pada 9 - 15 Desember 2012(06/12)
- Membangun Keadilan Sosial Ekonomi dari Koperasi(23/05)
- Denmas Bekel(15/12)
- SENDANG SARI MULYO DAN LEGENDA(15/09)
- 6 Februari 2010, Adat Istiadat - UPACARA ADAT SAPARAN KI AGENG WONOLELO DI PONDOK WONOLELO, WIDODOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, PROPINSI DIY (1I)(06/02)
- Sinyo Semar Batal ke Kahyangan(25/06)
- 30 Maret 2010, Ensiklopedi - DOLANAN ENDHOG-ENDHOGAN(29/03)
- YOGYAKARTA DAN HURUF JAWA(01/01)
- 16 Desember 2010, Kabar Anyar - SENDRATARI RAMAYANA DI FAKULTAS ILMU BUDAYA UGM(16/12)