Dramatic Reading Edisi Bahasa Inggris yang Diiringi Gamelan
“No. No. No.” Lancingan cried out very loudly.
Muhammad Eric berteriak, suaranya melengking tinggi. Lantas nadanya menurun, membacakan dialog Lancingan dan pak dukun. Ia mengakhiri pementasannya dengan suara yang lirih mengandung keputusasaan, “Lancingan sobbed helplessly.”
Cerita pendek ‘The Magician’ karya Bakdi Soemanto dibacakan dengan penghayatan yang baik dan ekspresif oleh Eric pada acara Pentas Baca Tembi, Sabtu malam lalu (19/6) di Tembi Rumah Budaya.
‘The Magician’ berkisah tentang Lancingan yang ingin sekali menjadi seorang magician. Waktu kecil ia terkagum-kagum pada aksi tukang sulap di sekolahnya, dan tak bosan-bosannya membaca komik Mandrake. Waktu dewasa, melalui kemarahan istrinya, ia digambarkan sebagai suami yang tidak bertanggung jawab, kerjanya hanya nongkrong. Lancingan ingin kaya mendadak dan pergi ke dukun di Gunung Lawu. Namun setelah mengusap wajah dengan telapak tangan yang dimanterai pak dukun, wajahnya hilang. Kata pak dukun, polisi tidak akan mengenalinya. Katanya lagi, “Those who are faceless is shameless. Good luck.”
Dalam pembacaan itu, dengan dominasinya sebagai narator,.Eric memerankan sedikitnya tujuh karakter, seperti Lancingan, ayahnya, istrinya, temannya, tukang sulap, dan pak dukun, Banyak karakter yang tampil sekilas sehingga beberapa aksen karakternya bisa mirip. Toh Eric bisa memainkan tempo, volume dan dinamika pengucapannya dengan baik.
Pentas baca ini menampilkan enam karya sastra, yakni pembacaan empat puisi karya Nanang Karbito dan dua cerpen karya Bakdi Soemanto. Cerpen Bakdi yang dibacakan adalah The Sacred Box dan The Magician, masing-masing oleh Henricus Pria dan Muhammad Eric. Sedangkan puisi Nanang masih menggunakan judul bahasa aslinya, yakni Sumping Pari, Gembala Nada, Hyang, dan Asmaramurka. Para pembacanya adalah Ronang Wahyu, Maria Erlita, dan Devi Hatchery.
Puisi Nanang aslinya adalah tembang Jawa karangannya. Disamping sebagai komposer, pada pementasan ini Nanang juga bertindak sebagai pelatih gamelan. Kontribusi gamelan pada pementasan ini cukup mencolok, dan berperan membentuk suasana. Pada pembacaan ‘Asmaramurka’ yang berkisah tentang Ramayana, gamelan yang dimainkan Prasasti (komunitas gamelan mahasiswa jurusan Inggris UGM) ini menjadikannya dramatik. Apalagi ada tambahan rampak kendhang yang menjadikannya kian rancak.
Meskipun pada dasarnya ini dramatic reading namun ada pula pengadeganan sebagai sebuah pertunjukan. Misal, tarian yang dibawakan pembacanya pada ‘Sumping Pari’.
Pentas baca atau dramatic reading ini merupakan acara reguler setiap dua bulan sekali yang diselenggarakan oleh Tembi Rumah Budaya, dikuratori oleh Landung dan Ina Simatupang, serta didukung para penampil. Pentas kali ini, yang kedua, didukung Ikatan Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris (Imaji) UGM. Pentas pertama mementaskan karya berbahasa Jawa. Pentas ketiga nanti akan mementaskan karya sastra berbahasa Indonesia.
Teks : barata
Foto : Sartono
Artikel Lainnya :
- 16 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(16/12)
- Waskita Adi Ditantang Main Biola(16/06)
- KETAPEL, PERLAWANAN SIMBOLIK(18/07)
- Ikan Nila Fillet Tepung(23/07)
- 7 Juli 2010, Yogya-mu - BANGUNAN-BANGUNAN KUNO DI SEPANJANG MALIOBORO(07/07)
- SITIHINGGIL TAHUN 1935(17/10)
- Gladhen Tembang Macapat 5(15/08)
- 31 Maret 2011, Kolom - SEPEDA FIXIE, GAYA HIDUP ATAU FASHION SEMATA(31/03)
- 25 Januari 2010, Kabar Anyar - UANG 'DOLAN' DI PASAR DOLDOLANAN(25/01)
- Denmas Bekel(02/02)