Dolanan Boy-Boy-an-2
(Permainan Anak Tradisional-82)

Dolanan Boy-Boy-an-2

Apabila anak-anak telah siap dengan alat permainan, tempat, dan jumlah anak yang hendak bermain, mereka menuju ke tempat permainan. Pecahan genting (gacuk) segera disusun dalam sebuah bidang agak ke ujung seperti menyusun piramida. Kemudian, pecahan Tembikar diberi garis persegi di sekelilingnya, dengan ukuran sekitar 60x80 cm. Lalu seorang pemain membuat garis panjang tempat melempar bola, dengan jarak dari gacuk sekitar 6—10 meter. Setelah semua siap, maka sejumlah pemain, misalkan 7 anak (pemain A, B, C, D, E, F, dan G), melakukan hompimpah dan sut. Pemain paling kalah misalkan pemain G, menjadi pemain dadi. Tugasnya harus jaga di belakang gacuk, menjaga dan menangkap bola yang dilempar.

Para pemain mentas atau menang (kecuali pemain G) segera berdiri di belakang garis melempar bola. Urutan melempar bola bebas atau berdasar urutan kemenangan dalam hompimpah atau sut. Misalkan, berdasar kemenangan, diperoleh urutan F, E, D, C, B, dan A. Maka pemain F membawa bola dan dilemparkan ke arah susunan gacuk dari garis lempar. Hasil lempar ternyata tidak kena sasaran. Maka pemain dadi segera menangkap bola dan melemparkan bola ke arah pemain E yang berada di garis lempar.

Giliran pemain E melempar bola ke arah susunan gacuk. Apabila bola mengenai susunan gacuk, maka semua pemain mentas segera berlari menyebar menjauhi pemain dadi. Pada saat itu pemain dadi segera menangkap bola dan mengejar salah satu pemain yang terdekat dengannya atau setidaknya pemain yang larinya lambat. Saat pemain dadi mengejar salah satu pemain mentas, maka pemain mentas lainnya segera mendekati susunan gacuk yang berserakan. Bisa dua pemain atau lebih. Mereka secara bekerjasama untuk segera menyusun kembali susunan gacuk seperti semula.

Jika pemain mentas yang dikejar ternyata dilempari bola tidak kena, maka pemain dadi segera memungut kembali bola yang terlempar jauh. Lalu ia boleh menghentikan pengejaran dan boleh mengejar para pemain mentas yang sedang menyusun susunan gacuk. Melihat pemain dadi mendekat, walaupun belum selesai menyusunnya, maka para pemain mentas tersebut harus segera berlari menjauh sebelum terkena lemparan bola dan mengenai badannya.

bersambung

Suwandi

Sumber buku “33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; informan: Slamet (38) dan Retno (29), karyawan Tembi; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta