(Meng-) Ingat (ingaktkan) Kartini

(Meng-) Ingat (ingaktkan) KartiniAnak-anak TK, dengan mengenakan kebaya, atau jenis pakaian daerah lainnya, diajak berkeliling dengan menggunakan andong. Rupanya, anak-anak TK itu sedang ‘diajak’ oleh sekolahan untuk merayakan hari Kartini, yang diperingati Sabtu, 21 April lalu. Anak-anak TK di Bantul itu, rupanya bukan satu-satunya anak-anak yang sedang memperingati hari Kartini, tetapi ada anak-anak lain di lokasi yang berbeda, bersama merayakan hari Kartini dengan mengenakan busana daerah.

Pastilah anak-anak itu, juga gurunya tidak mengalami masa lalu Kartini. Atau orang-orang dewasa dan orang tua dijaman ini mengalami masa Kartini. Namun kita tahu, bahwa Kartini sampai sekarang namanya dikenal. Karena itu, setiap hari Kartini, tidak lupa memperingatinya.

Rasanya orang tahu, bahwa pahlawan perempuan bukan hanya Kartini. Ada sejumlah perempuan lain, termasuk di luar Jawa yang ikut memperjuangkan harkat dan martabat bangsa, namun namanya tidak ‘seharum’ Kartini, Pemikiran Kartini pada jamannya, telah dianggap melampaui ‘kodrat’ perempuan, karena jauh lebih maju dari laki-laki kebanyakan pada masa itu.

Kita tahu, Kartini memperjuangkan hak perempuan agar tidak dibedakan dengan laki-laki. Kita juga tahu, Kartini menentang poligami, meski akhirnya Kartini tidak bisa melewan ‘kehendak’ sosial-budaya pada jamannya, dan akhirnya Kartini dimadu. Dia bukan sebagai istri pertama. Apa yang dia perjuangkan, oleh kekuatan yang tidak bisa dia lawan, akhirnya Kartini menjalani apa yang dia tolak.

Perjuangan Kartini untuk kaum perempuan tidak surut. Bahkan ia semakin tegas memperjuangkan hak-hak perempuan, meski dia tahu kepentingan bangsa jauh lebih penting ketimbang poligami. Dan untuk kepentingan yang lebih luas bukan hanya kepentingan perempuan saja, Kartini bersedia menunda memperjuangkan hak-hak perempuan dan memilih berjuang untuk masa depan bangsanya.

Sikap yang luar biasa seperti itu, yang rasanya penting untuk diperhatikan. Bahwa Kartini tidak hanya mementingkan kaum perempuan dalam berjuang.

Tapi, di jaman yang jauh lebih maju, perjuangan seperti apa yang telah dikakukan Kartini malah seperti surut. Yang mengaku perjuang, termasuk elit politik dan juga partai-partai, tidak lagi teringat pada masa depan bangsanya dalam arti sesungguhnya, Dalam pidato politik, ketua partai, bisa berulangkali menyebut rakyat sebagai domain yang akan ‘disejahterakan’, tetapi realitas yang dijalankan bisa berbalik dari pidatonya.

(Meng-) Ingat (ingaktkan) Kartini

Selama ini, peringatan Kartini lebih hanya untuk mengingat (-ingatkan) Kartini. Sangat jarang menemukan, atau mendengar, memperingati hari Kartini dengan cara mengenalkan pikiran-pikiran Kartini. Sehingga orang desawa, terutama, anak-anak bisa mengenali pikiran Kartini. Dengan demikian anak-anak, terutama anak-anak perempuan, bahwa pada jaman dulu sudah ada perempuan yang pandai dan memiliki komitemen yang tinggi terhadap bangsanya.

Rasanya, hal yang lebih penting dalam memperingati hari Kartini, adalah mengenal pikiran-pikiran Kartini. Dengan demikian, mengenal Kartini artinya mengenali pikiran-pikiran Kartini. Namun, yang selama ini terjadi, dan sekarang masih diteruskan ialah mengingat nama Kartini, dan mereproduksinya terus menerus. Sementara pikiran-pikirannya dilupakan.

Bangsa yang mempunyai kebudayaan, kiranya tahu bagaimana memperigati orang apalagi tokoh, yang telah menghasilkan karya dan sampai hari ini, karya-karyanya masih dikenali oleh generasi cucu-cucu Chairil Anwar.

Dalam kata lain, selama ini memperingati hari Kartini lebih untuk mengenang namanya, tetapi melupakan pikiran-pikiran Kartini.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta