Raden Ayu Kencanasari dan Berdirinya Masjid Pucanganom (1)

Masjid Darussalam Pucanganom, sebagai salah satu masjid tertua di Bantul, tetap mempertahankan bentuk aslinya. Kemuncak atau mustaka asli yang terbuat dari gerabah dan bergaya penggada distilir tetap dilestarikan. Demikian pula dengan jambangan kuno yang berdiameter hampir 2 meter dan kedalamannya 1 meteran pun tetap dilestarikan.

Kompleks Masjid ”Darussalam” Pucanganom, Murtigading, Sanden, Bantul, dilihat dari barat daya, foto: a. sartono
Sisi barat daya-depan kompleks Masjid ”Darussalam” Pucanganom, Sanden, bantul

Masjid Pucanganom secara administratif terletak di Dusun Pucanganom, Kelurahan Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi ini dapat dicapai melalui Perempatan Palbapang, Bantul, ke arah barat (arah Kulon Progo) setelah sampai di pertigaan Sapuangin ambil arah ke kiri (selatan). Ikuti jalan ini hingga menemukan Pasar Gumulan. Teruskan perjalanan dari Pasar Gumulan ke selatan hingga melewati Gejlig Pitu, SMA I Sanden, Kantor Kelurahan Murtigading, dan sampai SDN I Sanden. Pada sisi selatan SDN I Sanden ini terdapat pertigaan. Ambil arah ke kanan (barat) hingga menemukan Pondok Pesantren Al Furqon. Lokasi masjid ini berjarak sekitar 400 m di sisi utara PP Al Furqon.

Kompleks Masjid Pucanganom yang kemudian dinamakan Masjid Darussalam ini telah mengalami perbaikan atau perkembangan fisik. Setidaknya tahun 1750 masjid ini dilengkapi pagar dari batu bata. Demikian pula kompleks makamnya. Perbaikan itu dilakukan oleh salah satu keturunan Nyai Pucangsari yang bernama Kertadurga.

Kemuncak/musataka Masjid ”Darussalam” Pucanganom, Murtigading, Sanden, Bantul, foto: a. sartono
Kemuncak/mustaka masjid ini masioh dipertahankan sesuai aslinya

Tahun 1910 atap welit masjid ini diganti dengan genteng. Demikian pula tulangannya diganti dengan kayu baru. Perbaikan itu dilakukan oleh Kyai Wiryadikrama yang juga keturunan dari Nyai Pucangsari. Dalam perjalanan waktu masjid ini terus mendapatkan perawatan dan perbaikan di sana-sini, yang tercatat yakni tahun 1932, 1952, 1954, 1956, 1958, 1969, dan 1993. Perlu diketahui pula bahwa lurah di Kalurahan Murtigading, Sanden, Bantul, secara berturut-turut dijabat oleh keturunan Nyai Pucangsari.

Peletakan batu pertama untuk pemugaran Masjid Darussalam Pucanganom yang pembangunannya selesai tahun 1993 dilakukan oleh GBPH Haji Joyokusumo, pada tanggal 21 Juli 1992. Sementara peresmiannya dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwana X pada 22 Februari 1993. Pemugaran itu memperbaiki dan memperluas bangunan masjid. Semula ukuran banguan utama masjid adalah 8,5 m x 8,5 m dan setelah dipugar menjadi 10 m x 10 m. Sementara luas tanah masjid adalah 799 meter persegi. Serambi masjid berukuran 8,5 m x 10 m.

Bagian Serambi Masjid ”Darussalam” Pucanganom, Murtigading, Sanden, Bantul, foto: a.sartono
Ketuaan bangunan masjid ini tidak begitu tampak
karena telah mengalami beberapa kali renovasi

Masjid Darussalam Pucanganom tetap mempertahankan bentuk aslinya. Kemuncak atau mustaka asli yang terbuat dari gerabah dan bergaya penggada distilir tetap dilestarikan. Demikian pula dengan jambangan kuno yang berdiameter hampir 2 meter dan kedalamannya 1 meteran pun tetap dilestarikan. Jambangan kuno ini sekarang diletakkan di sisi kanan masjid (selatan). Selain dua benda kuno tersebut di kompleks Masjid Darussalam Pucanganom juga terdapat arca Ganesha. Hanya saja arca ini disimpan di bawah jambangan kuno (di dalam tanah).

Masjid Darussalam Pucanganom pernah pula digunakan sebagai maskas Pasukan Hisbullah pada masa perjuangan kemerdekaan khususnya pada masa agresi militer Belanda kedua (1948-1949). Pasukan Hisbullah ini setiap malam bergerilya untuk menyerang pasukan Belanda yang ada di wilayah Bantul atau Kota Yogyakarta. Pada peristiwa ini ada dua orang anggota Pasukan Hisbullah yang gugur, yakni Sukarno dan Ali. Kedua pahlawan ini dimakamkan di Blimbing-Pucanganom.

Kompleks Masjid ”Darussalam” Pucanganom, Murtigading, Sanden, Bantul, foto: a.sartono
Masjid Darussalam Pucanganom, merupakan salah satu masjid tertua di Bantul

bersambung

a.sartono

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta