Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Teko Dalam Perspektif Seni Keramik

18 Mar 2009 12:13:00

Perpustakaan

Judul : Teko Dalam Perspektif Seni Keramik
Penulis : Drs. Timbul Raharjo, M. Hum
Penerbit : Tonil Press, 2001, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : VII + 111
Ringkasan isi :

Seni kriya sebagai salah satu cabang seni rupa seringkali diabaikan karena ia cenderung dianggap sebagai kreatifitas kerajinan tangan. Selama ini seni kriya hanya diangap dari sisi kegunaan dan fungsional belaka. Padahal dalam berbagai produk seni kriya misal keramik, ia bukan sekedar menampilkan sosok benda berguna dan menyenangkan bagi penggunanya. Teko salah satunya, adalah benda massal sejenis perkakas rumah tangga yang secara umum berfungsi sebagai tempat air minum. Dengan inovasi pada desain, sentuhan dan media yang dipergunakan, maka teko dapat menjadi karya seni yang layak dipajang sebagai pelengkap interior ruangan. Hal inilah yang dilakukan oleh Timbul Raharjo. Ia mewujudkan karya seni keramik baru dengan bentuk teko sebagai sumber inspirasi. Melalui kegiatan dan eksplorasi, imajinasi dan kreasi ia berhasil menciptakan aneka ragam bentuk teko imajinatif dan non fungsional. Hasil ciptaannya lebih dimaksudkan untuk menonjolkan nilai-nilai estetika. Hal ini menurutnya akan lebih melestarikan dan meningkatkan nilai teko itu sendiri dari sekedar wadah air minum menjadi benda bernilai seni tinggi.

Alasan pokok Timbul Raharjo menggunakan teko sebagai sumber inspirasi dan material keramik sebagai medianya adalah:

  1. Bentuk teko dengan ciri khas tempat air dengan bentuk unik dan menarik dapat menggugah perasaan dan emosi jiwa, dan dapat memberikan isnpirasi bentuk yang lebih menarik

  2. Material tanah liat yang digunakan dapat dibentuk dengan cara ditekuk, dilumat dan diratakan dengan mudah, karena kelenturan dan keliatan sifatnya. Tanah liat jenis stoneware yang hampir menyerupai porselen memberikan kemudahan untuk memberikan oxida pewarna sesuai kehendak hati, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip seni rupa.

  3. Untuk menghasilkan warna-warna, intensitas, serta efek-efek warna dapat digunakan unsur mangan, tin oxice, cobalt, zinc oxide, dan lain-lain.

Perpaduan warna merah, hitam, biru, hijau, kuning yang digoreskan pada tonjolan dan lekukan bodi keramik merupakan suatu hal yang menarik untuk diolah dalam menciptakan bentuk seni keramik. Adapun tujuan penciptaan adalah:

  1. Menciptakan interaksi yang dinamis melalui unsur-unsur garis, bentuk, bidang, warna dan lain sebagainya guna menghasilkan bentuk baru yang mampu menyampaikan gugahan emosi atau pesan.

  2. Menciptakan bentuk baru dengan presentasi berwujud karya keramik. Melalui olahan bentuk-bentuk bidang yang menonjol keluar dan ke dalam pada bagian dinding keramik diharapkan menjadi salah satu karya alternatif yang menyajikan nilai-nilai baru.

Dalam buku yang diangkat dari tesis S-2 nya ini, Timbul Raharjo secara detail menjelaskan proses penciptaan “tekonya” mulai dari pembuatan sket, pemilihan sket, eksperimen-eksperimen yang terlebih dahulu dilakukan, persiapan material, pembentukan, pengeringan, pemberian warna, pembakaran dan penempatan. Membuat keramik hasil akhir baru dapat dilihat setelah proses pembakaran. Oleh karena itu dalam setiap tahapan proses diperhatikan dengan seksama yaitu:

  1. Pemilihan bahan memperhatikan kandungan campurannya dan perbandingannya yaitu antara tanah liat, pasir dan bahan peleburnya. Pengolahan bahan disaring sesuai dengan tingkat kehalusan yang diperlukan.

  2. Pada teknik pembentukan diperhatikan terutama pada penyambungan di setiap bagian agar tidak terdapat gelembung udara yang terjerembab. Hal ini disebabkan ketika proses pengeringan dan pembakaran, udara akan mendesak keluar dan dapat menjadikan keretakan atau pecah.

  3. Dalam proses pengeringan dan pembakaran dilakukan secara perlahan-lahan, agar penyusutan teratur dan merata. Jika satu sisi pengeringan lebih cepat sedangkan sisi yang lain masih basah, sisi yang kering akan menarik lebih dahulu sementara sisi yang basah masih tetap, maka bagian antara yang kering dan basah akan meregang dan retak.

  4. Proses pembakaran pada prinsipnya hampir sama dengan proses pengeringan. Dalam prosesnya terjadi pelepasan sisa air pembentuk, peruraian mineral tanah liat, reaksi oksidasi dan transformasi kristal. Hal ini memerlukan pertimbangan dalam perhitungan tentang proses pembakaran. Pemanasan api dilakukan secara perlahan dari suhu 60 –650 derajat Celcius, karena merupakan masa yang kritis. Jika tidak hati-hati akan terjadi keretakan, pecah bahkan meledak. Setelah melewati suhu 650 derajat Celcius api pemanas dapat dipercepat sampai suhu yang dikehendaki.

Secara visual karya yang disajikan Timbul Raharjo (sebanyak 12 buah) berupa bentuk yang menjulang tinggi tampak seperti sebuah karya bangunan yang monumental. Bidang-bidang pada bagian itu dengan perimbangan artistik dan penyesuaian dengan material yang dipergunakan. Deformasi dari sebuah teko menjadi tampak lain dari yang lain seperti tercermin pada bagian-bagian yang mendatar dan bentuk keseluruhan yang tampak kokoh. Kekokohan merupakan aspek yang menjadi titik berat yang ditekankan yaitu tegar dan kuat. Ketegaran dan kekokohan tidak selamanya memberi dampak yang menguntungkan.

Karya keramik yang dibuat Timbul Raharjo meskipun dapat digunakan untuk wadah air, tetapi Timbul tidak bermaksud membuat karya fungsional. Dalam berkarya ia selalu menekankan pada nilai ekspresi yang muncul dari pengolahan rasa, sehingga barang keramik yang dibuat sebagai benda non fungsional atau benda pajang yang dapat dinikmati pemirsa atau bahkan pelengkap interior.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta