Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Bagong Kussudiardja. Dari Klasik hingga Kontemporer.

18 Feb 2009 12:05:00

Perpustakaan

Judul : Bagong Kussudiardja. Dari Klasik hingga Kontemporer.
Penulis :
Penerbit : Padepokan Press, 2000, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : 175
Ringkasan isi :

Buku ini merupakan tulisan Bagong Kussudiardja sendiri yang pernah dimuat di berbegai media. Bagong Kussudiardja adalah salah seorang seniman yang terkenal dengan tari (penari, guru, pencipta) dan lukisannya. Tidak mengherankan kalau Bagong Kussudiarjo menggeluti dunia seni karena memang lingkungan hidupnya (di Yogyakarta) sejak lahir dekat dengan seni. Kakek, ayah, ibu, dan saudara-saudaranya banyak yang berkecimpung di bidang seni. Kakeknya seorang pelukis wayang kulit, bisa main gamelan. Ibunya seorang pembatik, kakaknya Kuswadji Kawindrasusanto seorang penari. Bagong sendiri belajar menari sejak kecil. Suasana tersebut menumbuhkan rasa cintanya terhadap seni tari Jawa gaya Yogyakarta. Bagong terkenal sebagai penari spesialis kera. Darah seninya yang memberontak membuat Bagong juga menciptakan tari baru. Ketika memperoleh beasiswa ia belajar pada penari legendaris Martha Graham di Amerika Serikat. Setelah itu Bagong kerap melanglang buana, belajar tari atau sebagai duta dalam misi kesenian. Mulailah Bagong dikenal sebagai pencipta tari kreasi baru yang awalnya banyak menimbulkan pro dan kontra. Berbagai tarian lepas, fragmen, sendratari telah ia ciptakan. Dan Bagong tetap setia pada pilihan hidupnya sebagai seniman.

Bagong mengatakan apa yang pernah ia alami, didengar, dan disaksikan merupakan pengalaman berharga yang banyak memberi pelajaran hidup berkesenian. Baginya hidup berkesenian harus merdeka, terus berkreasi tanpa meninggalkan tradisi, serta merupakan kelanjutan proses-proses sebelumnya dan karenanya harus tetap menjalin sejarah dan kerja sama. Juga harus diingat bahwa hidup berkesenian sepak terjang dan karyanya akan berpengaruh pada masyarakat luas oleh karena itu harus memberi manfaat bagi masyarakat.

Menurut Bagong seni tari mempunyai arti keindahan gerak anggota-anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa atau dapat diberi arti bahwa seni tari adalah keindahan bentuk anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis. Seni tari yang banyak terdapat di setiap daerah di Indonesia pada pokoknya dapat digolongkan menjadi tiga sifat yaitu primitif, klasik dan modern. Tari primitif atau dikenal dengan istilah tarian rakyat mempunyai ciri-ciri amat sederhana baik gerak, irama, pakaian, riasan maupun temanya. Biasanya dilakukan dengan spontanitas, tak ada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang seragam dan tertentu. Tari klasik adalah sebuah tari yang lahir dan tumbuh di daerah-daerah atau disebut negara yang dapat hidup dan berkembang di segala zaman, kendati telah mengalami banyak perubahan (perubahan biasanya hanya menyangkut segi teknis, sedang ciri dan watak tari tidak berubah), mempunyai hukum-hukum yang kuat, dalam perwujudannya cenderung pada keabstrakan, kadang-kadang simbolik dengan latar belakang falsafah yang dalam. Tari modern adalah sebuah tari yang dalam bentuk watak, jiwa dan iramanya sama sekali bebas dari ikatan, norma dan hukum tari yang telah ada, oleh karenanya sasaran pokoknya adalah pembaharuan. Pembaharuan ini meliputi segi bentuk, watak, jiwa mau pun irama. Lahirnya tari modern merupakan rentetan perkembangan dari seni tari yang sudah ada baik tari primitif maupun klasik. Kelahiran tari modern merupakan suatu kenyataan dan tuntutan jiwa yang menginginkan kebebasan, lepas dari segala bentuk tradisi tari.

Seni tari akan terpelihara bila masih ada yang bersedia untuk mempelajarinya. Kemauan untuk belajar seni tari didorong oleh beberapa hal, antara lain hanya untuk mengisi waktu luang, untuk mencari pengalaman, untuk mencari sesuatu di dalamnya, untuk mencari tambahan penghasilan dan berniat menjadi seniman tari yang baik. Hal yang terakhirlah yang kiranya paling baik, karena dengan kemauan yang didorong oleh niat untuk menjadi seniman tari yang baik akan menimbulkan kesadaran ideal, dan kesadaran ideal akan menguntungkan dirinya dalam olah tari, juga melahirkan kesadaran sebagai bangsa dan generasi pewaris serta pelanjut seni tari untuk mendarmabaktikan tari untuk bangsa dan negara. Seorang penari yang baik tidak hanya lahiriahnya saja, tetapi batiniah ikut menentukan. Ia harus total menjiwai peranan yang dibawakan.

Bagong melihat banyak organisasi seni termasuk tari yang pada awalnya berjalan baik akhirnya hancur karena pengelolaannya yang kurang beres. Suatu organisaasi seni (termasuk tari) agar dapat berjalan dengan baik hal-hal yang harus dioptimalkan dalam pengelolaan antara lain :

  1. Guru tari, murid, penari dan pekerja seni yang terlibat.

  2. Mutu tari, teknik tari, ilmu tari dan ilmu-ilmu lain yang mendukung

  3. Organisasi kelembagaan dan personal yang mengelolanya

  4. Pengelolaan dana

  5. Penggalian dana : tetap dan tidak tetap

  6. Pengelolaan penggemar, pelanggan, dan penonton karya-karya tari tersebut

  7. Pengembangan komunikasi : publikasi dan dokumentasi

  8. Pengelolaan fasilitas dan alat-alat yang dimiliki

  9. Sikap berkesenian dengan membuka wawasan tradisi, nasional dan universal

Dari hal-hal di atas yang paling utama adalah pengelolaan sumber daya manusia, karena faktor manusia memegang peranan penting dan paling menentukan.

Bagong juga berpendapat lulusan lembaga pendidikan tari tidaklah harus menjadi penari atau penata tari. Ada bidang lain yang masih berhubungan erat dengan seni tari, bahkan cabang seni lain, misal menjadi guru/pelatih tari, peneliti seni tari, dokumentator seni tari, penata rias dan busana, penata panggung dan lain-lain.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta