Tembi

Yogyakarta-yogyamu»BUNDERAN KAMPUS, TUGU, DPRD DAN DEMO

01 Jan 2008 05:01:00

Yogyamu

BUNDERAN KAMPUS, TUGU, DPRD DAN DEMO

Jika orang berkunjung ke Yogya, apalagi yang sudah terlalu sering, pastilah tidak asing dengan tempat-tempat yang dipakai sebagai simbol demonstrasi para mahasiswa dan elemen masyarakat yang lain. Tempat-tempat itu adalah Bunderan Kampus UGM, Tugu, Gedung DPRD, depan gedung Istana Negara “Gedung Agung”, dan perempatan Kantor Pos. Tiga tempat berada di kawasan jalur utama memasuki kawasan Malioboro, khususnya Tugu, dan tiga yang lain berada di kawasan Malioboro, yakni Gedung DPRD, Istana Negara dan perempatan Kantor Pos

Disebut perempatan Kantor Pos sebab merupakan jalan simpang empat. Di pojok sebelah selatan timur terdapat kantor pos pusat dan di pojok sebelah selatan barat terdapat gedung Bank BNI. Di pojok sebelah utara barat, simpang empat menjadi bagian dari kawasan Istana Negara “Gedung Agung”. Meski ada beberapa bangunan gedung di antara simpang empat tersebut, namun wilayah ini lebih dikenal dengan sebutan ‘perempatan Kantor Pos’.

Tempat-tempat yang disebut di atas, untuk Yogya telah dikenal sebagai simbol kultural. Bahkan Tugu, tidak henti-hentinya ditunjuk sebagai salah satu identitas Yogya. Selain, tentu, Malioboro.

Ini barangkali karena demonstrasi yang sering dilakukan di Yogya memiliki nuansa kultural, meski pesan politiknya tidak bisa diabaikan. Seringkali demonstrasi dilakukan di tempat-tempat tersebut. Bisa di salah satu tempat, misalnya Bunderan Kampus UGM, atau Tugu, yang terletak di perempatan menuju Jalan Mangkubumi. Atau dari salah satu tempat, untuk kemudian berjalan ke tiga tempat yang lain. Biasanya, para demonstran mengawalinya di Bunderan Kampus UGM untuk kemudian berjalan ke Tugu-DPRD-Istana Negara, dan kadang finishnya di perempatan Kantor Pos.

Jarak dari masing-masing tempat tidak terlalu jauh. Dari Bunderan UGM ke Tugu hanya sekitar 500 meter, dari Tugu ke gedung DPRD kurang dari 500 meter. Dari Gedung DPRD ke Istana Negara hanya sekitar 200 meter, dan dari sini ke perempatan Kantor Pos sekitar 100 meter.

Yang menarik, dari keseluruhan tempat-tempat yang dipakai demonstrasi dan berakhir di perempatan Kantor Pos, letaknya persis di depan gerbang masuk Kraton Ngayogyakarta. Dari perempatan Kantor Pos, alun-alun sebagai halaman depan Kraton, demikian pula Pagelaran Kraton, sudah terlihat.

Dalam kata lain, demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa bersama elemen masyarakat yang lain, misalnya LSM aliansi buruh dan sebagainya, adalah upaya kelompok masyarakat untuk berbicara pada kekuasaan. Karena penguasa politik nasional berada di Jakarta, simbol-simbol kekuasaan dan kebudayaan di Yogya dianggap sebagai representasi kekuasaan pusat untuk bisa “mendengar” pesan dari para demonstran.

Dan orasi di Istana Negara “Gedung Agung”, yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Kraton Ngayogyakarta, tampaknya merupakan cara untuk menempatkan Istana Negara sebagai simbol kekuasaan di pusat dan Kraton sebagai simbol kekuasaan lokal.

Ketika orasi disampaikan oleh beberapa orator di depan Istana Negara, yang menarik, patung di depan gerbang Istana Negaralah yang “mendengarkannya”. Tapi tentu tidak mendengar apa-apa. Karena patung.

Begitulah mungkin, kekuasaan seperti patung. Tidak mendengar teriakan demonstran.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta