Tembi

Berita-budaya»ORANG MISKIN TERLANTAR DI RUMAH SAKIT

16 Jun 2011 07:59:00

ORANG MISKIN TERLANTAR DI RUMAH SAKITOrang tua miskin, yang duduk di kursi roda, terlantar di rumah sakit. Tiga pasien yang lain, sudah tiga hari menunggu di ruang tunggu, tidak dipanggil untuk segera diperiksa. Sementara, seorang kaya yang tidak menderita sakit, dan memesan kamar VVIP, hanya untuk sekedar istirahat, dilayani dengan sangat baik. Rumah sakit telah melakukan diskriminasi terhadap pasien. Rumah sakit, rupanya, bukan tempat untuk menyembuhkan penyakit, melainkan malah membuat pasiennya tambah menderita.

Cerita diatas merupakan satu kisah yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu (11/6) lalu dengan lakon ‘OrkestraORANG MISKIN TERLANTAR DI RUMAH SAKITRumah Sakit’ oleh Teater Shima, yang disutradarai Putung Cm Pujadi sekaligus sebagai penulis naskah. Meski hanya kisah cerita dalam pertunjukkan teater, tetapi kenyataan ‘pertunjukkan’ tersebut sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita berulangkali mendengar, ada orang miskin yang tidak bisa berobat ke Puskesmas lantaran tidak memiliki uang sepeserpun. Kita pernah mendengar, orang tua yang membopong anaknya yang sudah meninggal keluar dari rumah sakit karena tidak mampu menyewa ambulan. Kisah-kisah sedih pasien miskin, merupakan kisah nyata yang tidak pernah diselesaikan dan rumah sakit selalu mempunyai dalih untuk menghadapinya.

Realitas getir kehidupan orang miskin di rumah sakit diangkat oleh teater Shima dengan jenaka, sehingga apa yang menyedihkan dan membuat orang terharu, malah bisa tertawaORANG MISKIN TERLANTAR DI RUMAH SAKITterbahak-bahak. Agaknya, Puntung bersama teater Shima, hendak mencadai realitas sosial di negeri ini, yang sebenarnya mengharukan, tetapi malah menjadi realitas menggelikan.

Dalam situasi orang-orang miskin yang panik menghadapi penyakitnya, kelas menengah kita, yang divisualkan melalui tokoh direktur rumah sakit “Taman Budaya”, malah melakukan perselingkuhan dengan perawatnya. Kisah ini seperti hendak menunjukkan, bahwa kelas menengah kita tidak memliki kepekaan sosial. Tidak mempunyai kepedulian terhadap penderitaan orang lain. Malah, lebih mementingkan kesenangan dirinya. Kelas menengah kita ‘dipotret’ oleh Puntung Cm Pujadi, selaku sutradara dan penulis naskah, sebagai lebih mengejar kesenangan duniawi.

Uang dan kekusaan selalu tali temali tidak ada habisnya. Keduanya saling membutuhkan. Pemegang kekuasaan yang divisualkan melalui tokoh Satpam, yang diperankan oleh Udik Supriyanta, menunjukkan betapa kekuasaan memegang peran. Siapa saja, akan dipukul dengan senjatanya jika berani melawan ‘aturan lembaga’, atau rumah sakit. Melalui kekerasan yang telah ia lakukan, akan mendapat imbalan. Dalam konteks ini, tampaknya Puntung hendak mengatakan, kekerasan telah menjadi komoditas.

Teater Shima, adalah salah satu group teater di Yogya, yang pada tahun 1980-an cuORANG MISKIN TERLANTAR DI RUMAH SAKITkup dikenal. Banyak lakon yang sudah dipentaskan pada tahun-tahun itu. Pertunjukkannya pada Sabtu lalu dengan menghadirkan lakon ‘Orkestra Rumah Sakit’, agaknya untuk menunjukkan bahwa teater Shima masih ada.

Tentu saja, ada perbedaan penggarapan dibanding 30 tahun yang lalu, saat teater Shima pentas. Pada ‘Orksetra Rumah Sakit’, Shima pentas dengan penuh jenaka. Kalaupun ada dialog serius, tidak lupa menyelipkan suasana jenaka, sehingga penonton tidak bisa menghindar dari gelak tawa. Bukan hanya dialognya yang mengundang tawa, ekspresi dan gerak tubuh pun diupayakan bisa mengundang tawa, seperti yang dilakukan 3 orang pasien yang begerak seirama, atau meludah bersama dalam arah yang berbeda. Pendek kata, Shima seperti menyadari kondisi sekarang sudah berbeda dibanding 30 tahun yang lalu.

Mudah2an, ‘Orkestra Rumah Sakit’ merupakan awal dari ‘langkah terhenti’ teater Shima, dan sudah lama ‘langkah’ itu tidak diteruskan. Pertunjukkan ini akan menumbuhkan semangat anak-anak yang lebih muda untuk ‘meneruskan’ langkah dari pendahulunya.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta