Memasukkan Pensil dalam Botol-2
(Permainan Anak Tradisional-86)
Apabila permainan ini sudah hendak dilaksanakan, maka panitia lomba segera mempersiapkan tempat, alat, dan pesertanya. Peserta sudah harus dibagi menjadi kelompok berdasarkan umur. Begitu pula tempat dan alat juga sudah diatur sesuai dengan peserta lomba dalam babak penyisihan. Selain babak penyisihan, nantinya para pemenang pada babak penyisihan masih akan bertanding di babak final. Penentuan juara I, II, dan III, biasanya berdasarkan kecepatan memasukkan pensil dalam botol.
Setelah semua peralatan siap, maka pemain di pinggangnya diikat tali benang atau rafia yang sudah digantungi pensil. Panjang pendeknya tali disesuaikan dengan tingginya masing-masing anak. Semakin tinggi anak, semakin panjang talinya. Pensil yang digantungi tali diletakkan di bagian belakang. Bagian lancip atau ujung berada di bawah. Biasanya pensil yang tergantung tali melebihi pantat, sehingga pemain yang bersangkutan bisa melihat pensilnya saat akan dimasukkan ke dalam botol.
Ada beberapa aturan tidak tertulis dalam permainan ini, misalnya, diawali dengan berlari dari garis start yang berjarak sekitar 10 meter dari letak botol. Posisi kedua tangan saat berlari dari garis start bebas. Lajur berlari sesuai dengan urutannya masing-masing, tidak boleh pindah ke lajur lawan apalagi menghalang-halangi lawan. Apabila pemain sudah tiba di tempat botol, maka posisi kedua tangan tidak boleh menyentuh tali dan pensil. Jika dilakukan, maka pemain tersebut dianggap dis atau gugur. Pemain yang pertama kali memasukkan pensil dalam botol maju ke babak berikutnya.
Setiap anak yang maju ke babak berikutnya harus bermain dan diadu lagi sesama pemain menang. Jika tinggal 5 atau 6 pemain yang menang, maka diadu ke babak final. Dari babak final ini, kemudian diambil 3 pemenang, urut sesuai dengan yang pertama memasukkan pensil ke dalam botol. Yang pertama kali memasukkan menjadi juara I, begitu seterusnya hingga pemain yang ketiga.
Anak-anak yang menjadi juara dolanan ini biasanya mendapatkan hadiah dari panitia tujuh belasan, seperti alat sekolah, alat makanan, atau mainan. Walaupun nilainya kecil, tetapi biasanya anak akan bangga bisa menjadi juara dalam permainan tradisional.
Itulah serunya dolanan memasukkan pensil dalam botol yang sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya. Padahal dengan dolanan itu, anak dilatih untuk belajar bersosialisasi, berlatih bersikap sportif, dan melatih ketangkasan.
Suwandi
Foto: www.flickr.com
Sumber Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional di Jogja(11/07)
- 16 Juni 2010, Kabar Anyar - OTOBIOGRAFI KI HADI SUGITO AKAN DISUSUN(16/06)
- TULISAN HIMBAUAN DAN PROTES DI TEMBOK KOTA JOGJA(06/06)
- KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJA(24/11)
- 25 Februari 2011, Kabar Anyar - KUNJUNGAN MENDADAK SMA I KASIHAN DI Tembi SABTU, 19 FEBRUARI 2011(25/02)
- ISIH PENAK ZAMANKU(07/11)
- DOLANAN SUMBAR SURU-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-52)(18/01)
- 15 Februari 2010, Klangenan - JALAN-JALAN SIANG DI YOGYA(15/02)
Komunitas Difabel Gelar Lokakarya Dolanan Anak(02/01) - 23 September 2010, Kabar Anyar - ENERGI GARIS NASIM(23/09)