Tembi

Jaringan-museum»KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJA

24 Nov 2011 07:34:00

KURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAKeletakan

Kursi Kyai Jaga dan Prasasti di dekat Kursi Kyai Jaga secara administratif terletak di Kampung Ledoksari, Kalurahan Jagalan, Kecamatan Purwokinanti, Kadipaten Paku Alaman, Kota Jogja tepatnya di Gang Iso tepatnya berada di sisi timur Sungai Code. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Perempatan belakang Hotel Melia Purosani ke timur (menyeberang jembatan) kemudian masuk Jalan Jagalan (ke selatan), kemudian lihat sisi kanan (barat) pada gang pertama dari arah utara tersebut terdapat gang kecil yang dinamakan Gang Iso. Gang Iso ini tepat berada di depan Kantor Radio Reco Buntung.

Kondisi Fisik

Kursi Kyai Jaga terbuat dari susunan batu bata berplesterKURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAcampuran pasir, gamping, dan batu bata yang telah digiling. Kursi ini memiliki arah hadap ke utara (ke arah hulu Sungai Code). Kursi Kyai Jaga terletak tepat di tengah Gang Iso di Kampung Ledoksari, Jagalan, Purwokinanti, Paku Alaman, Jogja. Keletakan kursi yang demikian itu sejak dulu hingga sekarang tidak pernah dipindahkan. Kursi Kyai Jaga memiliki ukuran panjang sekitar 90 Cm, lebar 70 Cm, dan tinggi 100 Cm. Sedangkan ketebalannya sekitar 10 Cm.

Keletakan Kursi Kyai Jaga yang terletak di tengah jalan atau gang ini menyebabkan Gang Iso dibuat melebar pada bagian depan dan belakang kursi. Hal ini dilakukan agar pengguna jalan tidak terganggu oleh keberadaan kursi ini. Secara khusus pula lantai tempat kursi ini berdiri dilapisi keramik. Luas keramik di sekitar Kursi Kyai Jaga sekitar 1 meter mengelilingi kanan-kiri serta depan-belakang kursi.

Kecuali itu, di sekitar Kursi Kyai Jaga ini juga terdapat sepenggal tembok dan gapura kuna. Pada gapura kuna di sisi timur Kursi Kyai Jaga ini terdapat prasasti berhuruf Jawa. Akan tetapi prasasti ini sudah sangat sukar dibaca karena huruf-huruf yang tertera di sana sudah banyak yang rusak. Tinggi Gapura ini sekitar 1 meter dari permukaan tanah di sekitarnya. Sedangkan penggal tembok kuna yangKURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAmenyambung gapura ini memiliki ukuran panjang sekitar 2 meter. Ketinggian tembok sekitar 1 meter. Tampaknya tembok kuna ini dulunya membentang ke barat. Mungkin sampai tepian Sungai Code. Sama seperti Kursi Kyai Jaga, baik Gapura maupun sisa Tembok ini tersusun atas batu bata dengan spesi dan plester yang terbuat dari adonan pasir, gamping, dan batu bata yang terlah digiling (dihaluskan).

Sekalipun prasasti yang diterakan pada Gapura tersebut sulit terbaca namun angka tahun yang diterakan dalam prasasti itu masih bisa dibaca. Angka tahun tersebut menunjuk pada tahun 1909.

Latar Belakang

Tidak ada yang tahu persis siapa yang membangun atau membuat Kursi Kyai Jaga ini. Apakah pembuatan Kursi Kyai Jaga ini sama titimangsanya dengan pembangunan tembok serta Gapura berprasasti di dekatnya, juga tidak diketahui dengan pasti. Apa pula fungsi pembangunan kursi beton yang kemudian diletakkan di tengah gang dan tidak pernah dipindahkan hingga sekarang ini. Fenomena ini hingga sekarang belum terjawab dengan gamblang.

Jika mengacu pada angka tahun yang terdapat di dalam prasasti, maka kemungkinan besar pembangunan Tembok, Gapura, dan Kursi Kyai Jaga iniKURSI KYAI JAGA DAN PRASASTI YANG TAK TERBACA DI JAGALAN, JOGJAdilakukan pada masa pemerintahan Adipati Paku Alam VII (1893-1938). Hanya yang tidak diketahui hingga kini adalah alasan pendirian bangunan tersebut. Mungkin saja di masa lalu di tempat ini pernah terdapat mata air yang kemudian dilindungi/dilestarikan oleh Kadipaten paku Alaman. Tembok, Gapura, dan Kursi itu mungkin merupakan bagian dari taman yang melingkupi mata air di sisi timur Sungai Code itu. Hal ini mungkin juga beralasan mengingat nama kampung itu adalah Ledoksari yang pengertiannya mengacu pada daerah yang cekung/rendah (ledok) daripada daerah di sekitarnya. Ledok semacam itu umumnya merupakan daerah atau tempat munculnya sumber air. Lebih-lebih lokasi ini berada di pinggir sungai.

Kursi Kyai Jaga sendiri hingga kini tidak pernah dipindahkan dari tengah Gang Iso. Hal ini sedikit banyak berhubungan dengan kepercayaan warga sekitar bahwa kursi ini bekas tempat duduk Kyai Jaga di masa lalu. Kyai Jaga adalah sosok yang dipercayai sebagai orang yang membuka (cikal bakal) wilayah Jagalan. Namun versi lain menyatakan bahwa nama Jagalan berasal dari nama profesi orang setempat yang di masa lalu banyak yang berprofesi sebagai jagal (penyembelih binatang).

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta