Memasukkan Benang dalam Jarum-1
(Permainan Anak Tradisional-85)
Benang dan jarum, biasanya hanya berhubungan dengan kegiatan jahit-menjahit. Namun ternyata kedua benda itu juga biasa dipakai untuk permainan yang bersifat lomba atau kompetisi. Dolanan ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak bahkan dilombakan untuk manula atau usia lanjut. Kegiatan ini sering diadakan menjelang tujuh belasan. Sering dilombakan di kampung-kampung dan dusun-dusun untuk meramaikan perayaan tujuh belasan atau peringatan ulang tahun lainnya. Selain untuk kegiatan itu, dolanan atau lomba seperti ini jarang dilakukan. Akhir-akhir ini dolanan itu juga sudah semakin jarang dilakukan dan digantikan oleh jenis dolanan lain yang lebih populer.
Di awal tahun 1980-an hingga 1990-an lomba memasukkan benang dalam jarum masih biasa dilakukan saat peringatan tujuh belasan. Tentu sebelumnya juga sudah sering dilakukan. Namun lama-kelamaan jarang dilakukan karena termasuk dolanan yang sulit dilakukan. Namun, sebenarnya dolanan ini memerlukan kejelian, kesabaran, dan kecermatan. Walaupun sebenarnya boleh dikatakan bahwa dolanan ini belum begitu lama sekali, namun setidaknya sudah berumur lebih dari 30 tahun.
Memang umumnya dilombakan untuk anak-anak usia 7—12 tahun. Namun kadang-kadang dilombakan pula untuk ibu-ibu, bapak-bapak, atau simbah-simbah. Waktu lomba pagi, siang, atau sore hari menjelang perayaan tujuh belasan. Untuk anak-anak, selain memasukkan benang dalam jarum, biasanya dilanjutkan dengan lomba lari untuk mencari pemenangnya. Jumlah jarum yang dimasukkan beragam, bisa satu, dua, atau tiga tergantung panitia lombanya. Demikian pula untuk usia lanjut. Hanya untuk usia lanjut, tidak disertai dengan lari, tetapi bisa dilanjutkan dengan menggulung stagen atau lainnya.
Tempat yang digunakan untuk dolanan ini biasanya menggunakan lahan yang luas, khususnya untuk lomba anak-anak. Tetapi untuk usia lanjut bisa di tempat yang teduh, di dalam ruangan atau di bawah pohon halaman rumah dan kebun. Untuk dolanan anak, selain menggunakan alat benang dan jarum sesuai jumlah yang ditentukan panitia, juga memanfaatkan lahan luas, juga tali atau benang. Tali, benang atau alat lainnya dipakai untuk membuat lajur lomba, misalkan dengan jumlah 5, panjang 10 meter, lebar 75 cm, garis start dan garis finish.
Semakin banyak anak yang mengikuti dolanan ini maka akan semakin ramai. Namun demikian, supaya adil, maka peserta dikelompokkan menurut umur. Misalkan untuk umur 7—9 tahun menjadi 1 kelompok, umur 10—12 tahun menjadi kelompok lainnya. Demikian untuk usia lanjut. Dalam lomba, biasanya dibagi menjadi babak penyisihan dan babak final. Bagi pemenang biasanya mendapat hadiah, berupa alat tulis, alat makan, atau lainnya.
bersambung
Suwandi
Sumber buku “33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- Pemilu di Yogyakarta dengan Bumbung(22/01)
- 3 Februari 2010, Yogya-mu - DUSUN TANJUNG, SLEMAN: SENTRA TEKLEK JOGJA(03/02)
- KERUSAKAN JEMBATAN DAN GORONG-GORONG KARENA BANJIR DI JOGJA(04/01)
- NYATUS DINA HERU KESAWA MURTI AKU CINTA ISTRIKU(19/11)
- 10 Februari 2010, Kabar Anyar - SOMETHING WE'VE BUILT HARI PRAJITNO(10/02)
SALURAN PENGATUSAN BUKANLAH JUGANGAN(16/11) -
Satu gunungan yang tidak diperebutkan di halaman Masjid Gedhe adalah Gunungan Brama. Setelah didoakan oleh para ulama Kraton Kasultanan, Gunungan Brama (dibuat khusus dengan bagian tengah sisi atas berlubang dan mengeluarkan asap) kembali diarak menuju kraton. " href="https://tembi.net/adat/20100320/index.htm">20 Maret 2010, Adat Istiadat - "GUNUNGAN BRAMA" HANYA MUNCUL GREBEG MULUD TAHUN DAL(20/03)- Daftar judul buku(18/07)
- Kerispatih 9 Tahun Jatuh Bangun(19/03)
- JETHUNGAN-2 (DOLANAN ANAK TRADISIONAL-13)(28/07)