Irus, Alat Dapur yang Terus Bermetomorfosis (2)

Seri Alat dapur masyarakat Jawa, sumber foto: Suwandi/Tembi
Irus tradisional koleksi Museum Tembi Rumah Budaya

Pada zaman dahulu irus disimpan dengan berbagai cara, antara lain diselipkan diselipkan di antara jepitan rak kayu, atau ditaruh di dalam bambu yang telah dilubangi bagian atasnya. Cara itu efektif daripada hanya diletakkan begitu saja pada “lincak” atau meja di dapur. Sebab, ada kalanya tanpa sengaja, irus yang begitu saja diletakkan di “lincak” dapur bisa diduduki sehingga patah. Begitu pula jika ditaruh bersama alat dapur lain secara sembarangan, bisa jadi tertindih sehingga mudah rusak. Itulah sebabnya irus harus dijaga keawetannya.

Hingga saat ini di masyarakat Jawamasih banyak dijumpai perajin pembuat irus tradisional. Satu di antaranya adalah yang berada di wilayah Desa Pucang, Secang, Magelang Jawatengah. Di daerah ini terdapat banyak perajin, yang salah satunya penghasil alat-alat dapur tradisional, seperti irus, enthong, dan solet. Selain di wilayah Pucang Magelang, daerah Desa Kejawang, Sruweng, Kebumen, JawaTengah juga masih memproduksi irus dan siwur tradisional. Masih banyak sebenarnya, perajin pembuat irus selain di dua daerah tersebut.

Ternyata masyarakat Jawasudah sejak lama menggunakan irus tradisional sebagai alat dapur. Setidaknya istilah irus sudah terekam dalam kamus Jawabernama “Baoesastra Djawa” karangan WJS Poerwadarminta (1939). Pada halaman 174 kolom 1 disebutkan bahwa irus adalah gayung pengambil sayur dan lainnya yang terbuat dari tempurung kelapa yang diberi pegangan atau “garan”, sebutan dalam bahasa Jawa.

Seri Alat dapur masyarakat Jawa, sumber foto: Suwandi/Tembi
Seorang ibu sedang mengulek sambel,
dan di depannya terdapat irus tradisional dan alat dapur lainnya

Bahkan jauh sebelumnya, ketika masyarakat Jawamasih menggunakan bahasa JawaKuno yang diperkirakan digunakan sekitar abad ke-9 Masehi, kata irus juga sudah muncul. Hal itu menandakan bahwa irus sebagai alat dapur di masyarakat Jawatelah muncul selama ratusan tahun lalu.

Kata irus dalam bahasa JawaKuno, dapat dilacak pada kamus JawaKuna—Indonesia karya PJ Zoetmulder (1995) penerjemah Darusuprapto dan Sumarti Suprayitna (Dosen Sastra JawaFIB UGM), pada halaman 397 kolom 1. Kata irus yang digunakan pada zaman itu, bisa dirunut dari sebuah naskah Jawayaitu Wirataparwa, khususnya yang berbunyi “(Bhima) mangindhit irus walakap”.

Dalam perkembangannya, irus juga dipakai sebagai media untuk memanggil roh halus yang dinamakan jaelangkung. Pada dolanan jaelangkung ini, irus digunakan sebagai kepala dan tubuh jaelangkung yang dirias. Sementara “gagang”nya berfungsi untuk tubuh dan biasanya dilengkapi dengan asesori lainnya.

Hingga saat ini irus tradisional tetap bertahan bersama-sama keberadaan irus yang telah lebih modern yang terbuat dari stenlis, melamin, kuningan, aluminium, dan bahan-bahan lainnya.

Naskah & foto:Suwandi



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta