Dolanan Balapan Neker Nganggo Sendok-2
(Permainan Anak Tradisional-79)
Awal permainan dimulai dengan persiapan lapangan dan alat-alatnya. Lapangan bisa mengambil lahan olahraga, pelataran kebun yang luas atau halaman rumah yang luas. Setelah itu membuat lajur-lajur sesuai dengan ketentuan, misalkan lebar 1 meter dan panjang 10 meter. Lajur permainan bisa dibuat tiga atau empat. Garis start dan finish boleh jadi satu. Artinya anak-anak yang bermain balapan kelereng harus menyelesaikan permainan pergi dan pulang. Sementara alat-alat kelereng dan sendok boleh disiapkan oleh masing-masing anak atau panitia. Apabila disiapkan oleh anak-anak, maka harus memenuhi ketentuan atau kesepakatan bersama yang telah disetujui.
Semua anak yang akan ikut dolanan balapan kelereng ini harus didata lebih dulu. Lalu dikelompokkan sesuai dengan umur agar permainan adil. Anak-anak sebaya diadu pada babak penyisihan. Mereka saling berlomba lebih cepat. Jika ada anak yang lebih dulu masuk finish, maka ia dinyatakan masuk babak selanjutnya. Demikian seterusnya hingga peserta habis. Pada babak selanjutnya, para pemenang diadu lagi dengan ketentuan sama. Apabila sudah memasuki babak final, misalkan diambil 3 besar untuk menentukan juara 1, 2, dan 3, maka mereka diadu di babak final, hingga akhirnya ketemu juaranya. Demikianlah permainan balapan kelereng.
Pada pelaksanaannya, permainan bisa berlangsung seru apabila banyak diikuti peserta dengan keanekaragaman karakter anak. Tidak jarang saat berlomba anak-anak ada yang menangis, bermain curang, dan sebagainya. Namanya anak-anak tentu hal itu kadang tidak disadarinya. Namun begitu, biasanya panitia atau orang dewasa yang mengatur jalannya permainan ini akan mengambil langkah bijak, setidaknya mengingatkannya.
Dalam permainan ini, memang anak-anak lebih banyak berlomba daripada bertanding. Anak-anak tidak saling berhadap-hadapan, sehingga tidak saling kontak fisik. Namun begitu dalam permainan ini, diharapkan anak-anak mempunyai jiwa sportif, tidak bermain curang, dan melatih keberanian anak untuk tampil di arena permainan. Selain itu juga melatih jiwa sosial kepada anak-anak agar mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya.
Begitulah permainan balapan kelereng yang sering kita jumpai saat acara tujuh belasan. Permainan ini memang sebenarnya tidak hanya terjadi di masyarakat Jawa, tetapi sudah merata menyeluruh di nusantara. Alangkah baiknya, permainan yang mendidik ini terus dilestarikan dan dikembangkan.
Suwandi
Sumber: 33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- 25 Januari 2010, Klangenan - KEBUDAYAAN DAN PILKADA(25/01)
- Hotel Yogya 1941(17/10)
- Indonesie(10/11)
- 30 Maret 2011, Kursus Tembang Macapat - KURSUS TEMBANG MACAPAT VIII(30/03)
- Busana Adat Kraton Yogyakarta (1887 - 1937) Makna dan Fungsi dalam Berbagai Upacara(01/11)
- SENI FOTOGRAFI DARI DEWI BUKIT(16/07)
- Pameran Seni Rupa Menandai Pensiun Sebagai Birokrat(18/01)
- 24 Maret 2010, Perpustakaan - Pengobatan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta(24/03)
- Maca Titi Basa lan Carita. Bab III(01/02)
- KERUSAKAN JEMBATAN DAN GORONG-GORONG KARENA BANJIR DI JOGJA(04/01)