Masjid Keraton Banyusumurup
Author:editorTembi / Date:21-07-2014 / Sumber setempat juga menyebutkan bahwa Masjid Keraton Banyusumurup mula-mula didirikan untuk melengkapi keberadaan makam Pangeran Pekik yang terletak di sisi barat-utara dari kompleks masjid ini.
Masjid Keraton Banyusumurup dilihat dari arah seberang sungai, sisi selatan
Masjid Keraton Banyusumurup berada di Dusun Banyusumurup, Kelurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dicapai melalui Jl Imogiri Timur (Terminal Giwangan) lurus ke selatan. Setelah sampai di Pasar Imogiri ambil arah ke kiri (arah Makam Raja-raja Mataram/Pajimatan Imogiri).
Setelah menemukan pertigaan yang salah satu cabang jalannya mengarah ke Dlingo/Mangunan ambil arah ke kanan (arah Dlingo/Mangunan) nanti akan ditemukan pertigaan di dekat SD Pundung. Pada pertigaan ini ambil arah lurus. Ikuti jalan beraspal hingga sampai di pertigaan Makam Suci Gunung Mojo. Pada pertigaan ini ambil arah lurus. Lokasi masjid dengan pertigaan Makam Suci Gunung Mojo kurang lebih 500 meter.
Secara fisik bangunan Masjid Keraton Banyusumurup telah mengalami perubahan, terutama pada bagian dinding dan lantainya. Dindingnya tampak sebagai dinding tembok baru. Demikian pun lantainya. Dinding tembok masjid ini juga telah dicat baru. Sedangkan lantainya telah diperkeras dengan tegel keramik warna hijau dengan ukuran 30 cm x 30 cm.
Bagian depan Masjid Keraton Banyusumurup
Masjid Keraton Banyusumurup memiliki ukuran lebar 11 meter dan panjang sekitar 14 meter. Atap masjid ini ditopang oleh empat buah saka guru yang terbuat dari kayu jati dengan ukuran penampang masing-masing 20 cm x 20 cm dan tinggi sekitar 3 meter. Sama seperti bangunan masjid lain atau beberapa cungkup makam, Masjid Keraton Banyusumurup beratap tajug. Langit-langit masjid ini berbentuk persegi (bujur sangkar). Atap utama dan atap tajug masjid ini dibuat berpenyekat. Sekat tersebut diberi kaca sehingga memberikan penerangan secara alamiah ke ruang utama masjid.
Pintu utama masjid yang menghubungkan ruang utama dan ruang serambi memiliki gaya kupu tarung (dua daun pintu). Daun pintu ini memiliki ukuran tinggi 195 cm dan lebar 195 cm. Sementara pintu samping yang terletak di kanan kiri masjid memiliki ukuran tinggi 195 cm dan lebar 125 cm.
Ruang utama masjid juga dilengkapi dengan jendela (ventilasi) dengan teralis yang terbuat dari kayu berbentuk persegi. Tampaknya jendela ini dulu berdaun jendela, namun sekarang daun jendela itu tidak ada. Jendela ini justru ditutup dengan tripleks. Jumlah jendela ini sebanyak 3 buah.
Pintu utama Masjid Keraton Banyusumurup
Jika bangunan utama masjid memiliki atap bergaya tajug, maka atap dari serambi masjid ini memiliki gaya limansap (limasan). Atap serambi masjid ini disokong oleh tiang berjumlah 10 buah. Tiang di serambi memiliki ukuran penampang 25 cm x 25 cm dan tinggi sekitar 3 meter.
Masjid Banyusumurup juga dikitari oleh dua pagar tembok setinggi kurang lebih 50 cm. Tembok sebagai pagar ini hanya terdapat di kanan dan belakang kompleks masjid. Oleh karenanya pagar tembok tersebut konstruksinya membentuk bangun huruf L. Tampak bahwa kepala pagar tembok di sisi kanan masjid dibangun baru. Kepala pagar tembok ini runtuh pada meusibah gempa, 27 Mei 2006. Sementara pagar tembok di sisi belakang masjid tampak sebagai bangunan lama yang utuh.
Gapura masjid terletak di sisi kanan depan. Gapura masjid sebenarnya bergaya bentar. Hanya saja antar-ujung kepala gapura disambungkan rangkaian besi sebagai hiasan sekaligus tempat untuk memasang lampu dan papan nama masjid.
Menurut Rahmat Hidayat (48) pendirian masjid ini diperkirakan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Namun selain itu sumber setempat juga menyebutkan bahwa Masjid Keraton Banyusumurup mula-mula didirikan untuk melengkapi keberadaan makam Pangeran Pekik yang terletak di sisi barat-utara dari kompleks masjid ini.
Profil penataan usuk untuk atap serambi
Masjid Keraton Banyusumurup
Jika alasan ini memang benar, maka dapat diduga bahwa Masjid Keraton Banyusumurup dibangun pada zaman Sunan Amangkurat Agung (1645-1677). Hal demikian didasarkan pada catatan sejarah bahwa Pangeran Pekik tewas atau meninggal karena dihukum mati oleh Sunan Amangkurat Agung. Sumber setempat juga menyebutkan bahwa masjid ini diperkirakan berdiri tahun 1668 M. Jika penyebutan tahun ini memang benar, maka pendirian masjid persis di saat Sunan Amangkurat Agung memegang kendalai pemerintahan Kerajaan Mataram pasca Sultan Agung.
Tampaknya pendapat yang kedua ini lebih mendekati kebenaran mengingat masjid tersebut dibangun sebagai kelengkapan dari adanya kompleks makam Banyusumurup (makam Pangeran Pekik dan keluarganya). Disebut sebagai kelengkapan makam dengan alasan bahwa untuk pergi ke makam diharapkan orang bersuci dulu di masjid.
Naskah dan foto: A. Sartono
Ensiklopedi SitusLatest News
- 30-04-15
Pagelaran Busana “De
Dewaraja menampilkan sebanyak 60 koleksi busana mayoritas untuk perempuan dalam bentuk high neck dress serta flowing coat dress dan sebagian kemeja... more » - 30-04-15
Ini Buku Seni Suara
Dibandingkan dengan buku keluaran baru, buku cetakan tahun 1956 dari Penerbit Yayasan Kanisius ini terkesan sungguh sederhana. Kertasnya warna coklat... more » - 29-04-15
PGTK KHalifah Datang
Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang... more » - 29-04-15
Membaca Jejak Chairi
Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu... more » - 28-04-15
Denmas Bekel 28 Apri
more » - 28-04-15
Anak-anak Tim-Tim di
Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian... more » - 27-04-15
Kearifan Lokal yang
Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more » - 27-04-15
‘Di antara Perempuan
Sebanyak 7 penyair, satu diantaranya pria dan sisanya penyair perempuan, sedang menyiapkan antologi puisi yang diberi judul ‘Di Antara Perempuan’ dan... more » - 27-04-15
Pada Tiap Rumah Hany
Bertepatan dengan Hari Kartini, Selasa malam, 21 April 2015, Bentara Budaya Yogyakarta, membuka pameran seni grafis karya Theresia “Tere” Agustina... more » - 25-04-15
Anak Yang Lahir Tang
Tanggal 8 (Jawa) adalah ‘dina Menjangan.’ Anak yang lahir pada tanggal tersebut baik wataknya, beruntung hidupnya, dikasihi orang-orang agung. Untuk... more »