Candy Satrio, Dari Laga ke Laga
Akibat sering tawuran dengan sekolah lain, ayah Candy Satrio memindahkan Candy ke Sekolah SMA Kanisius, Menteng Jakarta Pusat sekolah yang menurut orang tua Candy bisa membuat anaknya fokus belajar.
Di sekitar akhir 80an majalah remaja “MODE” sempat jadi trendsetter dalam pemilihan foto model. Jalan pintas untuk terkenal seperti terbuka lebar. Tapi bukan berarti kesempatan itu mengilhami Candy Satrio yang kala itu tidak terpikir sama sekali untuk ikut kontes Cover Boy majalah MODE tahun 1987. Tanpa sepengetahuan dirinya, teman-temannya iseng mengirimkan foto serta data dirinya ke panitia lomba. Maka masuklah Candy ke dunia baru sebagai model ketika sebuah agensi memberinya job sebagai model kalender untuk produk kacamata.
Perkenalannya dengan Fendi Pradana di agensi model tanpa sengaja menjadi pintu berikut dunia entertain bagi Candy Satrio. Ceritanya waktu itu Candy Satrio mengantar Fendi Pradana untuk latihan film Saur Sepuh karena mobil Fendi mogok. Sampai di lokasi latihan saat Candy menunggu Fendi latihan tiba-tiba seorang kru film menawarkan kepada Candy untuk ikut latihan reading sekaligus fighting karena menurut kru itu wajahnya pantas untuk berperan sebagai anak Fendi Pradana. Dari sini Candy langsung dikontrak untuk main di 5 film sekaligus. Honor pertamanya sebesar lima juta rupiah masih bisa ia sisakan sebesar satu juta rupiah setelah ia belikan sebuah mobil idamannya, Suzuki Jimny yang ia beli seharga empat juta rupiah.
Kesibukan syuting untuk 5 judul film akibatnya jelas, waktu sekolah Candy bisa dihitung karena hari-hari syuting tidak bisa dilaksanakan cuma di hari libur maka Candypun pindah ke sekolah yang memungkinkannya untuk syuting. Seingatnya Yayasan Harapan Bangsa, nama sekolahnya. Waktu belajarnya malam di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Di sela-sela syuting, Candy yang kala itu merasa harus banyak belajar tentang film banyak bertanya pada kru dan sutradara film. Atas saran seorang sutradara, Candy mengambil kuliah di jurusan perfilman.
Tahun 1990 Candy mulai kuliah di jurusan penyutradaraan di Institut Kesenian Jakarta bersama dengan Ryan Hidayat dan Agil Syahrial teman-temannya yang kebetulan berada dalam di satu produksi film.
Lagi-lagi kesibukannya dalam dunia peran memaksanya untuk mengambil pilihan, terus kuliah meninggalkan pekerjaan sebagai artis film atau lanjutkan karir di film dengan resiko harus drop out dari kampus. Pilihan yang sulit karena harus diakui dunia akting sangat menggiurkan karena uang mengalir kencang. Apalagi ketika itu Candy juga mendapat tawaran untuk bermain dalam sinetron “Kaca Benggala” yang tayang setiap hari stripping di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sekarang berganti nama jadi MNCTV.
Kenyang dengan peran sebagai actor laga membuatnya melirik ke laga lainnya. Sebagai produser musik audio visual. Bersama istri keduanya Tya Subiakto yang ia nikahi tahun 2009 lalu mereka menggarap perkerjaan untuk mengisi musik iklan TV, Radio dan music scoring atau musik pengiring untuk film. Sukses di peran laga, sukses juga di laga produser musik film. Begitu harapannya.
Temen nan yuk ..!
Ypkris
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Lasja F Susatyo(30/07)
- Harry Patra Bawa Angklung Keliling Dunia(28/07)
- Hudson Pranajaya Pria Bersuara Wanita(23/07)
- Baskoro, Pernah Kerja Ibarat WTS(23/07)
- Valdy Maail, Kecelakaan Itu Indah(16/07)
- Super Seven, The First Indonesia Little BoyBand(09/07)
Septian Dwi Cahyo Tak Ingin Disebut The Next Jubing(06/07) - Eross Chandra Pingin jadi Koki(02/07)
- Alison Victoria Thackray Bule Penggagas Edutainment(28/06)
- Solideo, Belajar nge-drum Sejak Umur 2 Tahun(25/06)
Radio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?