Solideo, Belajar nge-drum Sejak Umur 2 Tahun
Sebagaimana lazimnya yang orangtua lakukan ketika anaknya rewel adalah menggendong si anak atau menimang-nimang sambil mendendangkan lagu untuk meredakan tangis berharap si anak tenang dalam belaian.
Begitulah yang dilakukan pasangan Bambang Budi Sasmito dan Dwi Kurnia kepada anak ke tujuhnya Solideo. Entah sadar atau tidak sebagai penggemar Koes Plus, pak Bambang seringkali membuai Solideo putera bungsunya yang rewel dengan lagu-lagu Koes Plus ketika Solideo masih bayi. Deo menjadi tidak asing terutama dengan lagu-lagu Koes Plus disamping lagu-lagu gereja yang sering diputar baik di rumah atau di kendaraan.
Solideo putera ke tujuh dari tujuh bersaudara lahir di Malang 17 April 2007. Kemampuan Deo, panggilannya dalam merekam lagu dalam pikirannya semula sempat dianggap hal yang tidak istimewa ketika orangtuanya melihat tingkah Deo seperti orang memainkan set drum dengan bunyi ketukan yang keluar dari mulut mungil anaknya. Waktu itu ayahnya cuma berpikir bahwa hal itu banyak dilakukan oleh anak-anak seusia Deo.
Setiap kali Deo dan keluarga selesai kebaktian Deo selalu minta untuk memainkan drum yang ada di gereja, Melihat ketertarikan yang kuat, sang ayah membelikan Deo stik drum. Di rumah Deo sering bergaya layaknya seorang drummer sambil menirukan bunyi tom-tam dan simbal set drum dengan mulutnya. Setiap kali ayahnya memutar video musik Koes Plus kesukaannya, Deo terlihat sangat fokus pada pemain drumnya.
Suatu ketika ayahnya memainkan lagu Koes Plus dengan keyboard di rumahnya. Sang ayah baru tersadar bahwa ketukan yang terdengar dari mulut buah hatinya itu terasa pas dari segi tempo atau iramanya. Tanpa pikir panjang lagi sang ayah mencoba kemampuan Deo untuk melakukannya dengan sebuah set drum. Sang ayah benar-benar tak menyangka bahwa putera bungsunya itu memiliki bakat yang luar biasa di bidang musik khususnya pada alat musik drum karena ketukan stik drum yang Dio mainkan bisa langsung sesuai dengan irama lagu Koes Plus yang ayahnya mainkan dengan keyboard. Bahkan di usia yang masih begitu muda (2 tahun 2 bulan) Deo sudah berani tampil mengiringi organ tunggal di panggung Klub Penggemar Koes Plus Arema (KPKA) dalam acara rutin bertajuk “Malang Tempo 2009”.
Menurut pengakuan ayahnya yang berprofesi sebagai dosen fakultas perikanan Universitas Brawijaya Malang ini, Deo, putra bungsunya ini belajar drum secara otodidak karena ia belajar dengan cara mendengar, melihat, dan mempraktekannya sendiri. Sampai saat ini Deo, yang cita-citanya kadang ingin jadi seperti ayahnya sebagai dosen masih belajar mengikuti apa yang bisa ia pelajari sendiri. Kadang Samuel AS, kakak Deo yang nomor lima yang juga drummer, sesekali memberi arahan cara memainkan drum kepada Deo.
Sampai saat ini Deo memang masih senang menyanyikan lagu “Bis Sekolah”nya Koes Plus. Sebagian besar lagu yang Deo kuasai untuk mengiringi dengan drum adalah lagu-lagu Koes Plus, The Mercy’s dan beberapa lagu Gereja. Deo belum diarahkan untuk jadi drummer professional. Penampilan Deo masih di seputar acara keluarga seperti acara perkawinan, gereja dan beberapa kali tampil di acara “Malang Tempo Doeloe”, event tahunan Pemda Malang, mengiringi ayah, pak de dan pak lik nya membawakan lagu-lagu tempo pop tempo doeloe. Jangan heran jika menyaksikan band ayahnya manggung dengan iringan drummer si kecil Deo, karena bisa jadi anda mengira drummnya bunyi sendiri karena tubuh sang drummer tertutup tomtam dan simbal.
Malang bukan cuma terkenal dengan sepakbolanya, tapi punya juga jagoan ciliknya.
Temen nan yuk ..!