Kunjungan SMA Pangudi Luhur ke Tembi dalam Tiga Gelombang
04 Apr 2016 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang sering melakukan kunjung museum ke Tembi Rumah Budaya. Untuk tahun 2016 ini sebanyak 210 siswa kelas X dari SMA ini berkunjung ke Tembi. Kunjungan tersebut dilaksanakan dalam tiga gelombang, yakni tanggal 22 dan 31 Maret. Sedangkan gelombang ketiga dilaksanakan tanggal 1 April 2016.Oleh karena mereka mengambil paket kunjungan dengan tarif Rp 3.000 per orang, maka mereka pun berhak mendapatkan selebaran/leaflet dan minuman secang gratis. Tarif murah meriah ini sudah termasuk pelayanan dari pemandu serta berhak mendapatkan informasi seluas-luasnya mengenai Tembi. Dengan demikian, mereka tidak perlu terlalu lama menerima penjelasan di awal kunjungan dari para pemandu karena brosur/leaflet sudah dapat mewakilinya.
Begitu tiba di Tembi mereka langsung berkeliling Tembi sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu. Antusiasme mereka cukup tinggi untuk menanyakan berbagai hal yang ada di Tembi. Baik di Museum Tembi, Balai Inap, Balai Dokumentasi, maupun area/tempat yang lain. Ada cukup banyak koleksi museum yang memikat perhatian mereka.
“Wah, kalau ini pasti bukan benda kuno. Ini lho, piano ini. Ini baru, kenapa ditempatkan di sini. Kok nyleneh ya ?” demikian ujar salah satu siswa SMA Pangudi Luhur itu setengah bertanya dan setengah berkomentar. Setelah mendengarkan penjelasan dari pemandu mereka pun akhirnya tersenyum-senyum.
“Pak, kalau mandi di kolam renang ini bayarnya berapa ?”
“Paket satu 27 ribu rupiah. Itu sudah dapat soft drink dan sewa handuk. Paket kedua 36 ribu rupiah, dapat soft drink, sewa handuk, dan nasi goreng atau bakmi goreng Tembi.”
“Weeh…. Nggak mahal tuh. Kapan-kapan renang ah. Bar renang njur madhang (setelah renang terus makan),” demikian komentar siswa yang lain.
Berkunjung ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi yang dilakukan bersama kawan-kawan selalu menyenangkan. Apalagi berkunjung ke Tembi yang tidak saja memiliki museum dengan koleksi senjata tradisional Jawa, dolanan anak-anak, kulkas kuno, kendaraan kuno, buku kuno, alat rumah tangga tradisional, senthong dengan segala pembagian ruang dan asesori serta maknanya, namun juga ada balai inap, belik, taman, angkringan, perpustakaan, warung dhahar, souvenir, dan lain-lain. Semuanya itu semakin membuka wawasan dan menambah pengetahuan di samping tentu, memberi rasa gembira bersama.
Hal-hal demikian itu tentu tidak mereka dapatkan di sekolahan. Tembi Rumah Budaya melengkapinya.
a.sartono
Foto:Indra Waskito HadidanTotok Barata
Baca Juga
- 14-04-16
Upaya Keras Melestarikan Peninggalan Majapahit
Judul : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis :... more » - 13-04-16
Denmas Bekel 13 April 2016
Denmas Bekel 13 April 2016 more » - 12-04-16
Bercermin dari Kehancuran VOC Akibat Korupsi
Memasuki ruang pamer di Museum Perjuangan Yogyakarta, pertama-tama koleksi yang dihadirkan adalah replika kapal layar VOC, hasil rempah-rempah, dan... more » - 11-04-16
Kesaksian Tentang Letusan Gunung Kelud Tahun 1919
Konon letusannya terdengar berkali-kali sampai terdengar di Prambanan. Pagi harinya terjadi hujan abu dan berlangsung selama dua hari. Ketebalannya... more » - 10-04-16
Yoni Karanggede setelah Satu Dekade yang Lalu
Yoni di situs Karanggede terletak di Kring Karanggede, Pedukuhan Ngireng-ireng, Kalurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi... more » - 08-04-16
Wisrawa (3): Sastrajendra Rahasia Alam Semesta
Ada tiga tujuan mengapa Prabu Sumali yang berwajah raksasa bersikukuh menggelar sayembara ‘Sastrajendra’? Padahal tidak ada yang dapat menjabarkan... more » - 08-04-16
Gambar Lama Jalan Nagreg yang Legendaris
Foto tahun 1880 ini menunjukkan tentang pegawai bangsa Belanda dengan rombongannya yang tengah berada di Pos Nagreg di wilayah Cicalengka, Bandung,... more » - 07-04-16
Siswi ACICIS Ogah Menangkap Belut
“Ada yang tahu apa itu gula pasir ?” demikian salah satu pertanyaan yang dilontarkan pendamping 10 siswa-siswi ACICIS (Australian Consortium for ‘In... more » - 07-04-16
Buku “Serat Sarasedya” Mengupas tentang Ilmu Kesempurnaan Hidup
Satu lagi buku kuno unik tentang filsafat Jawa yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya adalah buku berjudul “Serat Sarasedya”. Buku ini... more » - 06-04-16
Hukum yang Berlaku di Zaman Kerajaan Bali
Judul : Nog Eenige Verordeningen en Overeenkomsten van Balische Vorsten Penulis : F.A. Liefrinck Penerbit... more »
Artikel Terbaru
- 14-04-16
Upaya Keras Melestar
Judul : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis :... more » - 14-04-16
100 Puisi Yuliani Ku
Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di... more » - 14-04-16
Menu Vegan Serba Seh
Makan sehat dan nikmat tentu menjadi dambaan semua orang. Nah, untuk bulan April 2016 ini secara khusus Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya... more » - 13-04-16
Denmas Bekel 13 Apri
Denmas Bekel 13 April 2016 more » - 13-04-16
Pameran Keramik Tiga
Pameran keramik di Tirana House yang berakhir pada 5 April lalu bisa dikatakan sebagai penegasan atas lahirnya sarjana perupa. Perupa yang dihasilkan... more » - 13-04-16
Iqbal, Puisi dan Bio
Penyair muda penuh bakat ini namanya Iqbal H Saputra, yang biasa dipanggil Iqbal. Lahir di Belitong, 8 November 1989, dan kini tinggal di Yogya.... more » - 12-04-16
Eksplorasi Tanpa Beb
Berkesenian sejatinya adalah sebuah proses. Penegasan pada proses ini berulang kali disampaikan sejumlah seniman terkemuka, baik sastrawan, pemain... more » - 12-04-16
Bercermin dari Kehan
Memasuki ruang pamer di Museum Perjuangan Yogyakarta, pertama-tama koleksi yang dihadirkan adalah replika kapal layar VOC, hasil rempah-rempah, dan... more » - 12-04-16
Pameran Seni Rupa Tr
Tropis: Keragaman Nusantara, itulah tema yang diambil dalam pameran seni rupa bersama angkatan 2014 Pasca-Sarjana ISI Yogyakarta. Pameran... more » - 11-04-16
Sang Anak Pun ikut U
Dalam pengertian umum foto sering ditempatkan sebagai kesaksian atas satu peristiwa. Lewat foto kita diminta percaya bahwa peristiwa itu benar... more »