Pembacaan Puisi untuk Peresmian Perpustakaan di Desa Terpencil

Author:editorTembi / Date:23-12-2014 / Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga berbatu. Dalam kondisi jalan seperti ini, sebuah perpustakaan didirikan untuk menumbuhkan minat baca warganya.

Sumanang Tirtasujana, penyair dari Purworejo membaca puisi untuk pembukaan perpustakaan di desa Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, foto: Ons Untoro
Sumanang Tirtasujana

Tiga penyair, satu orang dari Purworejo, Sumanang Tirtasujana dan dua orang dari Yogya, Syam Chandra dan Umi Kulsum, membacakan puisi karyanya dalam peresmian perpustakaan Sabtu siang 20 Desember 2014 di Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah.

Sumanang membacakan puisi karyanya berjudul ‘Surat Kaleng Bagi Presiden’, Syam Chandra membaca puisi berjudul ‘Timang-Timang’ dan Umi Kulsum membaca puisi yang berkisah mengenai lumpur Lapindo.

Sumanang mengatakan bahwa perpustakaan yang dibangun di Desa Kedunggubah, desa tempat Romo Driyarkara, dilahirkan merupakan investasi budaya bagi masyarakat setempat.

“Melalui buku-buku kita bisa mengenali ilmu dan bisa belajar banyak hal di ruang perpustakaan ini, “ kata Sumanang Tirtasujana.

Dalam peresmian perpustakaan yang diberi nama Pustaka Grumegah, demikian kata Sumanang, saya akan membaca satu puisi berjudul ‘Surat Kaleng Bagi Presiden’.

“Siapa tahu, dari desa ini kelak ada orang yang bisa menjadi prseiden,” kata Sumanang sambil tertawa.

Sumanang, yang dikenal sebagai penyair dan budayawan Purworejo, sangat antusias melihat apa yang dilakukan warga di Kedunggubah dengan membuka perpustakaan, yang terbuka untuk warga masyarakat.

Pudi Wibowo, camat Kaligesing, meresmikan perpustakaan itu. Menurut Pudi Wibowo, perpustakaan penting untuk pengembangan pengetahuan bagi masyarakat dan sekaligus membentuk budaya membaca.

Koleksi buku perpustakaan ‘Pustaka Grumegah’ di Kedubnggubah, Kaligesing, Purworejo, foto: Ons Untoro
Buku koleksi perpustakaan

“Budaya membaca perlu dikembangkan dan dimulai dari tingkat desa. Di wilayah Kecamatan Kaligesing, saya kira perlu ditumbuhkan minat baca melalui perpustakaan seperti di Desa Kedunggubah ini,” kata Pudi Wibowo.

Pudi Wibowo menyampaikan bahwa koleksi perpustakaan yang berjumlah sekitar 5.000 buah buku, menandakan bahwa perpustakaan ini sudah siap. “Harus kita jaga bersama agar setiap peminjam disiplin untuk merawat dan mengembalikan buku yang dipijam,” kata Pudi Wibowo.

Pada rak buku bisa dilihat sejumlah buku dalam berbagai macam judul. Ada buku karya Jakob Utama. Buku berjudul ‘Karya Lengkap Driyarkara’ bisa ditemukan diantara deretan buku lainnya. Buku-buku rohani, buku memasak, buku anak-anak dan lainnya merupakan buku-buku yang menjadi bagian koleksi dari perpustakaan.

Kedunggubah merupakan satu desa di wilayah Kecamatan Kaligesing, Purworejo, yang menjadi desa kelahiran Driyarkara, seorang filsuf terkenal dari Indonesia. Di desa terpencil ini, spirit Driayakara seperti kembali dihadirkan untuk membangun semangat membaca masyarakat desa.

Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga berbatu. Dalam kondisi jalan seperti ini, sebuah perpustakaan didirikan untuk menumbuhkan minat baca warganya.

Syam Chandra, penyair dari Yogya, membaca puisi untuk pembukaan perpustakaan di desa Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, foto: Ons Untoro
Syam Chandra

Pustaka Gumregah mengajak warganya gumregah (bangkit) untuk menuju tradisi baru, yakni tradisi membaca. Driyarkara, yang namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi di Jakarta: Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, menjadi spirit bagi perpustakaan ini.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 30-12-14

    Outbond SMKN 6 Yogya

    Selama dua hari beturut-turut pada Senin-Selasa, 15-16 Desember 2014, siswa-siswi SMKN 6 Yogyakarta melaksanakan outbond di Tembi Rumah Budaya.... more »
  • 30-12-14

    Keistimewaan Yogya M

    Dalam diskusi ini, para pembicara melihat bahwa keistimewaan yang diributkan bukan hanya persoalan kesenian, lebih dari itu bagaimana kebudayaan... more »
  • 30-12-14

    Numerology Tahun 201

    Untuk tahun 2015 ini hasil penjumlahan angka = 8. Jika dikaitkan dengan peri kehidupan di bumi Nusantara ini, secara kosmologis angka 8 menjadi... more »
  • 29-12-14

    Sega Bancakan dan Es

    Sega Bancakan sangat kental bernuansa Jawa, dengan komponen utama sega abang (nasi merah), ayam kampung, kuah areh, yang dilengkapi dengan krupuk... more »
  • 29-12-14

    Macapatan Malam Rabu

    Saat melakukan perjalanan dari Jawa hingga sampai Negara Ngesam (daerah Suriah) Nabi Isa berhenti di suatu jalan. Di tempat tersebut Ia mendapatkan... more »
  • 29-12-14

    Spirit dari Kedunggu

    Ons Untoro, pegiat budaya dari Yogyakarta dan dikenal sebagai penyair yang aktif menulis puisi sejak akhir 1970-an diminta memberikan pidato... more »
  • 27-12-14

    Menyimak Gending-gen

    RM Palen Suwanda Nuryakusuma mulai menulis dan menyusungendhing-gendhing karawitan sejak berusia 23 tahun. Gendhing karya pertamanya adalah... more »
  • 27-12-14

    Aneka Warangka Keris

    Masyarakat Jawa yang kurang kenal dekat dengan dunia keris biasanya hanya tahu bahwa sarung keris namanya warangka. Padahal sebenarnya setiap bagian... more »
  • 27-12-14

    Orang Sabtu Paing Ku

    Orang Sabtu Paing kurang perhitungan atau kelewat berani, suka pamer, sombong dan panas hati, bergaya sok kaya, kurang rendah hati, jika bertengkar... more »
  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »