Kota Yogyakarta Gelar Festival Ketoprak Antarkecamatan
Author:editorTembi / Date:30-10-2014 / Semua kecamatan di Kota Yogyakarta telah memiliki kelompok ketoprak yang anggotanya tidak hanya generasi tua, namun juga pemuda, remaja, dan bahkan anak-anak. Hal ini menjadi tanda bahwa ketoprak merupakan salah satu cabang seni tradisional yang mulai disukai di semua kalangan.
Tampilan Kontingen Kecamatan Tegalrejo yang menampilan lakon Prentah Diponegoro
Pemerintah Kota Yogyakarta menyelenggarakan festival ketoprak antarkecamatan se-Kota Yogyakarta. Festival ini diikuti oleh 14 kecamatan. Penyelenggaraan festival bertempat di Pendapa Tamansiswa Yogyakarta pada tanggal 20-26 Oktober 2014. Setiap malam ditampilkan dua kontingen dari dua kecamatan.
Bertindak sebagai penampil pertama pada Senin malam 20 Oktober 2014 adalah Kecamatan Gondomanan dan Tegalrejo. Malam kedua adalah Kecamatan Gedong Tengen dan Kecamatan Keraton. Malam ketiga adalah Kecamatan Paku Alaman dan Kecamatan Danurejan. Malam keempat adalah Kecamatan Mergangsan dan Wirobrajan. Malam kelima adalah Kecamatan Umbulharjo dan Jetis. Malam keenam adalah Kecamatan Kotagede dan Ngampilan. Sedangkan malam ketujuh adalah Kecamatan Gondokusuman dan Mantrijeron.
Tampilan Kontingen Kecamatan Gondomanan dengan lakon Pedhut Jati Kapur
Untuk penampil terbaik disediakan hadiah uang sebesar Rp 15 juta plus tropi. Penampil terbaik II mendapatkan hadiah Rp 11 juta + tropi, penampil III terbaik mendapatkan uang sebesar Rp 8 juta + tropi, Harapan I mendapatkan hadiah uang Rp 6 juta + tropi. Sedangkan Harapan II mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 4,1 juta + tropi. Selain itu dipilih juga sutradara terbaik, pemeran pria terbaik, pemeran putri terbaik, penata iringan terbaik, dan penata busana dan rias terbaik. Bertindak sebagai dewan juri dalam festival ini adalah Joko Budiarto, B Ginting Sri Haryati, Untung Mulyono, Marjiyo, dan Paulus Ari Subagya.
Penyelenggaraan festival ketoprak ini pada hari pertama sempat mengalami kendala karena listrik mati total. Akhirnya ditempuh cara untuk menyewa generator (genset). Oleh karena itu penyelenggaraan acara sempat molor dua jam dari waktu yang direncanakan.
Pada hari pertama, kontingen Kecamatan Gondomanan menyuguhkan lakon Pedut Jati Kabur. Sedangkan kontingen kedua yakni Kecamatan Tegalrejo menyuguhkan lakon Prentah Diponegoro.
Salah satu adegan lakon Prentah Diponegoro oleh kontingen Kecamatan Tegalrejo
Dari pementasan di hari pertama ini ada kesan bahwa penata panggung justru menyita waktu ketika mereka harus mempersiapkan properti. Hal ini cukup mengganggu manajemen waktu pementasan. Selain itu penataan panggung (setting) justru sering gagal memberikan setting waktu, tempat, dan suasana yang hendak dibangun.
Penggunaan mikrofon klip on yang sering mati juga cukup mengganggu sehingga dialog antartokoh tidak terdengar oleh penonton atau dewan juri. Iringan gending yang tidak meyakinkan atau ditabuh dalam keragu-raguan juga menunjukkan ketidaksiapan iringan maupun pemeran yang manggung.
Demikianlah beberapa kendala yang sempat tertangkap di lapangan. Sekalipun demikian, upaya untuk bermain dengan sungguh-sungguh dari kontingen-kontingen tersebut patut mendapatkan apresiasi. Perkara pentas panggung memang melibatkan banyak hal yang kompleks. Semuanya membutuhkan penanganan yang baik. Salah satu sisi atau unsurnya lemah, maka hasil keseluruhan pemanggungan atau pementasan juga akan kelihatan lemah.
Pembukaan Festival Ketoprak Antarkecamatan se-Kota Yogyakarta oleh
Drs Suparna, kepala Seksi Pembinaan dan Pelestarian Seni dan Cagar
Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Hal yang cukup membanggakan adalah bahwa semua kecamatan di Kota Yogyakarta telah memiliki kelompok ketoprak yang anggotanya tidak hanya generasi tua, namun juga pemuda, remaja, dan bahkan anak-anak. Hal ini menjadi tanda bahwa ketoprak merupakan salah satu cabang seni tradisional yang mulai disukai di semua kalangan sekalipun belum seperti jenis kesenian lain.
Naskah dan foto: a.sartono
Berita budayaLatest News
- 05-11-14
Kisah Arca-arca Peru
Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui lebih jauh tentang arca-arca perunggu koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta.... more » - 05-11-14
Perbincangan Cerpen
Diskusi yang digelar lesehan di depan panggung pertunjukan PKKH UGM ini menghadirkan pembahas Gunawan Maryanto (sastrawan) dan Arif Kurniar Rakhman (... more » - 04-11-14
Kirab Pelangi Budaya
Kirab budaya yeng merupakan event tahunan bagi Kabupaten Sleman kembali digelar, Minggu, 26 Oktober 2014. Kirab yang dimulai pukul 10.00 WIB ini... more » - 04-11-14
Rasa Pekat Gudeg Yu
Gudeg Yu Narni memang memiliki cita rasa yang memadai dengan kepopulerannya. Mungkin karena rasa gudegnya yang tergolong pekat, atau dalam istilah... more » - 03-11-14
Sastra Dari Yang Tel
Ada 29 nama sastrawan yang karyanya dimuat dalam antologi ini antara lain Umar Kayam, Rendra, Bakdi Sumanto, Linus Suryadi AG, Kirjomulyo,... more » - 03-11-14
Dalam Semangat Sumpa
Ikrar ini diucapkan oleh seluruh hadirin yang datang menyaksikan pegelaran musik yang dihadirkan oleh Komunitas Keroncong Bentara di Bentara Budaya... more » - 03-11-14
Busana Keprajuritan
Para pangeran ini berfoto bersama dengan mengenakan pakaian keprajuritan (baju resmi prajurit). Oleh karena mereka adalah pangeran, maka tentu saja... more » - 01-11-14
Koleksi Buku Perpust
Perpustakaan Tembi terbuka untuk umum. Berikut ini sebagian koleksi yang ada di perpustakaan Tembi... more » - 01-11-14
Monita Tahelea Tenga
Pada album ini, lagu-lagunya dibuat oleh Monita sendiri dan teman-teman di The Nightingales. Dia berharap bisa menyelesaikan albumnya pada Januari... more » - 01-11-14
Watak Orang Berdasar
Orang Rabu Pon, 5 November 2014, kalender Jawa tanggal 12, bulan Sura, tahun 1948 Ehe, punya jumlah weton 7 + 7 = 14. Watak: rendah hati, serba bisa... more »