Kirab Ageng KGPAA Paku Alam X Setelah Penobatan
11 Jan 2016
Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X untuk diperkenalkan kepada masyarakat Yogyakarta. Kirab Ageng tersebut sebagai bukti bahwa Paku Alam X sudah dinobatkan dalam acara adat Jawa “Jumenengan Dalem” pada pagi harinya bertempat di Bangsal Sewatama Kadipaten Pura Pakualaman yang dihadiri oleh mantan Presiden RI ke-5 Megawati Sukarnoputri, raja-raja Nusantara, termasuk raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, juga kerabat, sentana dalem kadipaten dan tamu undangan lain yang jumlahnya tidak kurang dari 900 orang.
Kirab Ageng Paku Alam X tersebut, diawali pada sekitar pukul 14.30 WIB berangkat dari Bangsal Sewatama Kompleks Kadipaten Pakualaman yang terletak di utara Jalan Sultan Agung Yogyakarta. Paku Alam X berdiri di sisi selatan pendopo sebelum menaiki kereta Kyai Manik Kumala. Sebelumnya juga didoakan agar dalam Kirab Ageng tersebut dapat berjalan baik dan selamat dari marabahaya. Setelah doa usai dipanjatkan, maka Paku Alam X segera menaiki kereta Kyai Manik Kumala. Iring-iringan segera keluar dari halaman Kadipaten Pura Pakualaman.
Rombongan terdepan adalah Marching Band Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisucipto Yogyakarta, yang disusul barisan Bendera Pakualaman, barisan gajah Gembira Loka, barisan prajurit Lombok Abang, barisan kavaleri, lalu diikuti barisan kereta-kereta kuda. Barisan kereta kuda paling depan adalah Kereta Kyai Manik Kumala yang dinaiki KGPAA Paku Alam X yang ditarik 6 kuda berwarna putih agak kelabu. Kereta-kereta pusaka lain yang ikut kirab di antaranya adalah Kereta Nyai Rara Kumenyar, Kereta Kyai Jaladara, Kereta Kyai Brajanala, Kereta Manik Braja, dan Kereta Kyai Reja Pawaka. Usai barisan kereta ditutup pasukan prajurit Pura Pakualaman dan marching band.
Jalan yang dilalui Kirab Ageng, di antaranya adalah Jalan Sultan Agung, Jalan Gajah Mada, Bausasran, Jalan Gayam, Jalan Cendana, dan Jalan Kusumanegara. Terlihat rakyat berjejal di kedua sisi jalan. Mereka berjubel ingin melihat dari dekat penguasa Kadipaten Pura Pakualaman yang baru. Paku Alam X adalah pengganti dari ayahandanya yakni Paku Alam IX yang meninggal beberapa waktu lalu.
Kirab Ageng Paku Alam X pada siang hingga sore hari tersebut sangat meriah dan sangat agung. Acara seperti ini, hanya terjadi apabila ada penobatan Raja Kasultanan atau Adipati Pakualam yang baru. Sehingga kegiatan budaya seperti ini semakin mengokohkan Yogyakarta sebagai daerah Istimewa yang mengemban pelestari budaya, khususnya adat budaya dan tradisi Jawa.
Naskah dan foto:Suwandi
Berita BUDAYA
Baca Juga
- 11-01-16
Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan...
more »
- 05-01-16
Adalah Diego Zapatero, orang dari Spanyol yang hobinya memotret. Dalam dua tahun terakhir ini ia berada di Indonesia, dan menetap di Yogyakarta. Di...
more »
- 04-01-16
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Dinas Kebudayaan DIY memberikan penghargaan Anugerah Budaya 2015 kepada 14 pelaku budaya DIY yang...
more »
- 18-12-15
Kegiatan yang digelar pada Minggu 13 Desember 2015 itu memang diprioritaskan untuk melibatkan langsung masyarakat dengan harapan agar masyarakat...
more »
- 15-12-15
Pembuatan aplikasi bahasa Jawa tersebut dimaksudkan untuk menyasar kaum muda supaya lebih mudah belajar bahasa Jawa. Maklum, kebanyakan anak muda...
more »
- 12-12-15
“Pasar Keroncong Kota Gede” diselenggarakan Sabtu ini, 12 Desember 2015, pukul 16.00-24.00 WIB. Sesuai dengan nama acara, pertunjukan ini akan...
more »
- 12-12-15
Festival Teater Jakarta 2015 sudah berakhir, Sanggar Kummis dari STIE Ahmad Dahlan, Jakarta berhasil menyabet juara pertama kelompok teater terbaik...
more »
- 04-12-15
Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater...
more »
- 04-12-15
Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis...
more »
- 02-12-15
Secara keseluruhan pembacaan karya sastra di Balai Bahasa Yogyakarta oleh SSJY ini berjalan dengan menyenangkan, akrab, sekalipun dilaksanakan secara...
more »
Artikel Terbaru
- 12-01-16
Foto tersebut adalah Gapura Bajang Ratu, salah satu sisa peninggalan Keraton Majapahit. Foto ini dibuat pada kisaran tahun 1930-an. Tampaknya...
more »
- 12-01-16
Nugroho, ganjaran, peparing atau anugerah adalah ‘kabegjan’ yang diberikan Tuhan kepada umatnya. Turunnya nugroho bukan karena prestasi...
more »
- 11-01-16
Dari seratus anak Dewi Gendari, hasil pernikahannya dengan Adipati Destarastra, dua diantaranya lahir kembar, yang diberi nama Citraksa dan...
more »
- 11-01-16
Pada Kamis Legi, 7 Januari 2016, waktu sore hari, Kadipaten Pura Paku Alaman Yogyakarta menggelar Kirab Ageng Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya...
more »
- 11-01-16
Para tokoh tingkat nasional, yang kini sudah tiada, yang dulu pernah berproses di Yogyakarta, bisa ditemukan di dinding Waroeng Bu Ageng, Jalan...
more »
- 09-01-16
Perhitungan ini sering disebut perhitungan Panca Suda. Panca = 5 dan suda = kurang. Maksudnya 5 dikurangi 1 atau 5 kurang 1 sama dengan 4. Ada empat...
more »
- 09-01-16
Rendi tidak menyangka sama sekali, ketika mengikuti kegiatan ontheling di Tembi bersama grupnya dari PT Unilever Jakarta...
more »
- 09-01-16
Denmas Bekel 9 Januari 2016
more »
- 08-01-16
Judul : Mereka yang Terlupakan. Memoar Rahmat Shigeru Ono. Bekas Tentara Jepang yang memihak Republik
Penulis : Eiichi...
more »
- 08-01-16
Pada Minggu 20 Desember 2015, Tembi Rumah Budaya mendapat kunjungan dari para pelajar SMP Al-Azhar Jakarta yang berjumlah 165 orang. Mereka...
more »