Akar Timur Pameran Di Taman Budaya Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:20-03-2015 / Akar Timur merupakan komunitas perupa yang berasal dari Jawa Timur: Surabaya, Sidoarjo, Pasuruhan, Banyuwangi dan seterusnya. Tetapi mereka tidak tinggal di kota kelahiran, melainkan tinggal di beberapa kota, Yogyakarta salah satunya.

Beguiled lukisan karya Kik Wahyu Peshang, yang mengeksplorasi daun pisang menjadi tubuh manusia dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Beguiled, karya Kik Wahyu Peshang

Akar Timur merupakan komunitas perupa yang berasal dari Jawa Timur: Surabaya, Sidoarjo, Pasuruhan, Banyuwangi dan seterusnya. Tetapi mereka tidak tinggal di kota kelahiran, melainkan tinggal di beberapa kota, Yogyakarta salah satunya. Mulai 16-21 Maret 2015 mereka menggelar pameran karya seni rupa Di Taman Budaya, Jalan Sri Wedari 1, Yogyakarta yang diberi tajuk “Akar Timur”.

Ada sekitar 60 karya dalam ukuran besar dari 10 perupa yang tergabung dalam komunitas ini. Setiap perupa setidaknya memajang 5 karya. Tema karya mereka beragam, masing-masing menyajikan tema yang berbeda-beda, dengan visual yang tidak sama.

Kata timur sesungguhnya tidak hanya merujuk pada tempat kelahiran, melainkan bisa dimengerti sebagai tradisi seni yang menjadi orientasi atau bahkan menjadi latar belakang bagi para perupa untuk berkarya. Pilihan visualnya bisa bermacam-macam. Ada yang memilih satu pilihan obyek yang dieksplorasi sehingga bisa menghasilkan beragam visual.

Kik Wahyu Peshang misalnya, memilih pisang sebagai obyek yang dieksplorasi. Pisang dalam konteks ini bisa berupa buah pisang, daun pisang, tubuh pohon pisang. Pendek kata, keseluruhan dari pohon pisang. Setiap obyek yang disajikan Wahyu selalu berangkat dari bagian dari pohon pisang.

Pada lukisan berjudul “Beguiled” karya Kik Wahyu Peshang, yang menyajikan sosok manusia, seluruh tubuhnya berasal dari daun pisang yang sudah mengering dan daun pisang yang masih segar berwarna hijau. Bahkan rambutnya pun dari pohon pisang warna hijau. Wahyu, demikian panggilannya, mengeksplorasi daun pisang menjadi sebuah karya seni rupa dalam visual tubuh manusia.

Suasana ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta, penonton sedang menikmati karya seni rupa yang dipamerkan, foto: Ons Untoro
Penonton sedang menikmati pameran
 

Ada lukisan lain berjudul “Bongkar’ ukuran 220 cm x 500 cm karya Dharganden. Dalam karya ini, Dharganden menyajikan visual seekor burung warna hitam dan paruhnya warna coklat, hinggap di atas perkampungan, yang seolah akan melakukan ‘pembongkaran’. Mungkin perupanya sedang mencoba berkisah peristiwa pembongkaran yang sering terjadi di kota-kota besar.

Suasana yang melata-belakangi seekor burung hinggap ini bukan wilayah pedesaan, melainkan suasana perkotaan yang padat sekaligus kumuh, sehingga judul ‘Bongkar’ bukan saja mengingatkan lagu Iwan Fals, melainkan adalah peristiwa pembongkaran yang sering terjadi.

Karya-karya yang dipamerkan oleh komunitas ‘Akar Timur’ menyajikan visual yang beragam. Ada karya-karya abstrak, yang mencoba bertutur mengenai mimpi, yang diberi judul ‘The Dream’, dan karya sejenis yang diberi judul ‘Movement’. Keduanya karya Agus Balung dari Situbondo.

Ada karya yang diberi judul ‘The Garuda’ dan ‘Colonialist Capitalist’. Keduanya karya Lukman Gimen. Karya ini mencoba membidik persoalan negeri kita yang penuh masalah. Kisah aktual dari karya Lukman ini menarik dari segi tema, dan menunjukkan bahwa dia peka terhadap persoalan sosial politik yang menerpa bangsa kita.

Dari seluruh karya yang dipamerkan, bisa dikatakan, bahwa para perupa tidak berangkat dari tradisi timur, tempat mereka dilahirkan, melainkan menyajikan kisah-kisah visual untuk menyampaikan gagasan yang mereka pahami sendiri. Pilihan visual yang diambil tidak mendasarkan dari tanah kelahiran yang mereka sebut sebagai ‘timur’.

Bongkar karya Dharganden dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Bongkar, karya Dharganden

Mereka telah membebaskan dari tradisi tanah kelahirannya dan memilih menjadi ‘warga Indonesia’ dan dari sini mereka menghasilkan karya seni rupa. Kalaupun ada karya yang mencoba menyajikan kisah kehidupan yang berdekatan dengan tradisi hidupnya di laut misalnya, dengan menyajikan visual kapal, tetapi lebih untuk membuka ruang imajinasi untuk kembali pada kisah masa lalu, sehingga karya itu diberi judul “Perahu Nuh’ seperti karya Aboe Jumroh.

Akan terasa lebih bermakna apabila pameran ini menyajikan tajuk pameran yang bisa mewadahi seluruh tema, sehingga ‘Akar Timur’, sebagai satu komunitas tidak dihadirkan sebagai tema, meski kata ‘akar timur’ bisa dipahami secara lain, bukan sekadar nama komunitas, atau kawasan tempat mereka dilahirkan.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Berita budaya

Latest News

  • 23-03-15

    Begini Caranya Memba

    Kompleks Candi Prambanan kembali mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi bulan Mei 2006. Kerusakannya cukup bervariasi namun secara keseluruhan... more »
  • 23-03-15

    Aneka Corong Bernyan

    Pameran tersebut tidak saja memamerkan koleksi benda kuno, namun benda-benda kuno tersebut juga mendapat sentuhan lain dari para perupa. Tidak aneh... more »
  • 23-03-15

    Majalah Pria Esquire

    Sejak tahun 2007 majalah pria Esquire memberikan ruang kepada para cerpenis untuk menyumbangkan karya-karya mereka. Dua buah buku yang berisi... more »
  • 20-03-15

    Narayana (7): Menjad

    Kresna menjadi pertapa bernama Bagawan Kesawasidi, bertempat di pertapaan Kutharunggu. Sang Bagawan dihadap oeh Anoman, Resi Maenaka, Yaksendra dan... more »
  • 20-03-15

    Akar Timur Pameran D

    Akar Timur merupakan komunitas perupa yang berasal dari Jawa Timur: Surabaya, Sidoarjo, Pasuruhan, Banyuwangi dan seterusnya. Tetapi mereka tidak... more »
  • 20-03-15

    Slamet Widodo dan Ri

    Dua orang yang berkolaborasi ini memiliki latar belakang yang berbeda. Slamet Widodo adalah seorang pebisnis properti namun memiliki minat pada... more »
  • 19-03-15

    Swing Jazz Boss Tamp

    Membalut lagu yang kental dengan tradisi Jawa dengan musik Jazz, itu yang disuguhkan Swing Boss Jazz bersama penyanyi Sruti Respati. Dengan langgam... more »
  • 19-03-15

    Kyai Putih Cojoyo Pe

    Nama Kyai Putih sebenarnya merupakan nama julukan atau sebutan kehormatan. Sedangkan nama aslinya adalah Kyai Cojoyo atau Kyai Setyojoyo. Ia dijuluki... more »
  • 19-03-15

    Krishna Miharja, Pen

    Penyair kan tidak harus tampil lusuh, seperti orang lain pada umumnya, penyair perlu tampil bersih, meski tidak harus mewah. Karena sebagai penyair... more »
  • 18-03-15

    Dwi Sasono Kenalkan

    Aktor Indonesia, Dwi Sasono ingin anak-anaknya mengenal cerita wayang sejak kecil, sehingga ia menceritakan wayang saat malam sebelum anak-anak tidur... more »