Kaligrafi dan Lukisan China yang Sarat Makna
29 Jun 2015 Ketika masuk ke dalam Benteng Museum Heritage, suasana budaya China sangat kental terasa. Pengunjung pun langsung disuguhi karya-karya Edy Widiyanta yang dipajang di dinding-dinding museum, di antara benda-benda bersejarah.Kaligrafi dan lukisan China (Chinese Painting) memiliki riwayat sejarah yang panjang. Pada masa kerajaan China dahulu, lukisan ini merupakan karya seni yang sangat bernilai. Setiap goresan pada lukisan sarat akan makna. Maka, pelukisnya pun harus memiliki kemampuan menulis kanji China. Edy Widiyanta, pelukis dan kaligrafer China dari Indonesia mengajak penikmatnya menyelami arti dan makna dari nilai histori lukisan, pada pameran kaligrafi di Museum Benteng Heritage pada perayaan Peh Cun, 20-21 Juni 2015 di kawasan Pasar Lama, Tangerang.
Ketika masuk ke dalam Benteng Museum Heritage, suasana budaya China sangat kental terasa. Pengunjung pun langsung disuguhi karya-karya Edy Widiyanta yang dipajang di dinding-dinding museum, di antara benda-benda bersejarah. Meski menggunakan huruf-huruf kanji China dalam lukisan tersebut, yang tidak semua orang mengerti, lukisan-lukisannya telah membawa penikmatnya ke sebuah pengalaman dimensi waktu dan kultural yang kental. Lukisan yang terpajang banyak mengambil tema alam dan binatang.
Harapan, keuletan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, dilambangkan dalam Lukisan Pohon Mei Hwa, karya Edy. “Mei Hwa melambangkan kemujuran dan panjang umur,” kata Mila Rosalina,voulenteerdari Mahasiwa Sinologi, Universitas Indonesia, yang bertugas mendampingi para pengunjug pameran. Pohon ini mampu berkembang sepanjang musim, tak peduli musim dingin atau musim panas.
Ada beberapa lukisan Pohon Mei Hwa di pameran itu, yang bukan hanya karya dari Edy Widiyanta saja tetapi juga karya murid-muridnya. Jika diperhatikan, meski objeknya sama, goresannya sangat berbeda. Keindahan lukisan ini bukan hanya dilihat dari gambar objek yang dipresentasikan pada kanvas atau kertas lukis, tetapi bagimana melihat lebih dalam lagi apa makna yang tersirat dari hasil lukisan yang digambarkan oleh sang pelukis.
Pameran tersebut disertai juga demo cara membuat kaligrafi oleh Edy Widiyanta. Ketika Tembi datang, ia sedang memberikan contoh dan panduan langkah pembuatannya kepada pengunjung:dengan menggoreskanmenarik kuas menggunakan tinta hitam tanpa diulang di sebuah kertas khusus. Ia menjelaskan, “Setiap goresan pelukisnya pasti memiliki makna luas.”Ia pun tidak segan-segan mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada pengunjung yang ingin mencobanya.
Kaligrafi dan lukisan pada zaman kekaisaran awal Dinasti Jin (265-420), adalah yang paling sangat dihargai di kalangan istana. Kaligrafi dianggap sebagai bentuk lukisan tertinggi dan paling murni. Selama Dinasti Jin, orang-orang mulai menghargai lukisan keindahan dan menulis tentang seni. Lukisan China pun berkembang di istana pada Dinasti Tang (618-907), yang ditunjukkan melalui kemegahan kehidupan istana di lukisan kaisar, wanita istana, dan kuda kekaisaran. Lukisan pun terus berkembang ke berbagai objek pemandangan dan alam. Seiiring waktu pada beberapa periode selanjutnya, pada abad ke-12 pada era Dinasti Yuan (1279-1368), para pelukis menggabungkan seni lukis dengan seni puisi, dan seni kaligrafi, agar bisa menuangkan perasaan yang lengkap.
Mungkin dari riwayat sejarah yang panjang itulah, lukisan China tidak lepas dari kata-kata puisi dan kanji China.“Setiap pelukis memiliki kata mutiara sebagai penanda dalam lukisan. Setiap lukisan juga memiliki cap dengan tinta merah sebagai pengganti tanda tangan yang berukiran nama pelukis, dan sengaja dibuat rompal agar tidak bisa dipalsukan,” kata pria yang pernah mempelajari lukisan aliran ini di Shanghai, China.
Edy mengaku sudah sering melakukan pameran di berbagai tempat meski belum memiliki galeri sendiri. Mila menambahkan, baru saja Edy menggelar pameran di Universitas Binus Jakarta, April lalu. Edy juga mengajar di berbagai tempat secara privat dan di sanggar Seni Hua Yi Yuan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. “Pak Edy tidak memiiki sekolah khusus untuk mengajar murid-murid. Ia mengajarkan dengan privat, di sini juga ada lukisan-lukisan murid-murid beliau yang dipamerkan,” jelas Mila.
“Melihat lukisan ini harus teliti dan mempunyai pandangan luas, bukan hanya mengamati objeknya saja tetapi agar kita juga bisa merasakan setiap goresan lukisan tersebut, makanya lukisanChinese Painting akan selalu disertai dengan syair puisi,” kata Edy Widiyanta. Ia tidak berbicara banyak mengenai dirinya, namun goresan karyanya telah memperlihatkan kedewasaan dan pengalaman Edy.
Naskah dan Foto: Marcellina Rosiana
SENI RUPABaca Juga
- 29-06-15
Go Green di Tembi Rumah Budaya
Pameran karya C Roadyn Choerodin yang berlangsung dari 12 Juni sampai 12 Juli 2015 ini menghadirkan tajuk ‘The Circle’. Karya yang berjudul ‘Go Green... more » - 16-06-15
Kering Karena Ego
“Ini tentang hilangnya Hak Mudah. Negeri ini subur dan kita hidup di atas air. Namun, untuk mendapatkan air bersih kita harus membayar. Air yang... more » - 21-05-15
Aji Prasetyo Kembali Mengomel lewat “Teroris Visual”
“Ketika orang membeli karya saya, itu bukan membeli gambarnya. Mereka membeli opini saya. Mereka ternyata suka dengan opini saya walaupun juga banyak... more » - 13-03-15
PNS Jawa Timur ini Melukis di Baju
Perupa dari Surabaya itu, yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, mengambil pilihan lain dari... more » - 11-03-15
Pameran Karya Hendrik Dibuka dengan Pembacaan Puisi
Pembukaan pameran seni rupa karya Hendrik ini dimeriahkan pembacaan puisi oleh beberapa penyair Yogya, diantaranya Daru Maheldaswara, selain penyair... more » - 06-03-15
Hendrik Menggelar Karya Lukis Kemeja
Perupa dari Surabaya, Hendrik akan menggelar pameran seni rupa yang menggunakan media kemeja atau yang dikenal dengan istilah hem. Selain itu, dia... more » - 27-09-14
Apri Menggali Tradisi dan Menyampaikan Secara Kontemporer
Apri Susanto menggali nilai pisang dalam tradisi Jawa, memaknainya kembali, dan memvisualkannya secara kontemporer, dengan tajuk ‘Menembus Batas’.... more » - 23-08-14
Ketut Adi Candra Memamerkan “Spirit of Legacy”
Setiap siang Ketut sudah berada di ruang pamer Tembi Rumah Budaya. Dia temui tamu dan juga teman-temannnya yang datang. Pendek kata, Ketut tak mau... more » - 05-08-14
Apri Susanto Sedang Berproses dalam Residensinya
Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more » - 26-07-14
Lukisan Kaca dari Empat Perupa “Penjinak Kaca”
Pameran seni lukis kaca ini, yang berlangsung dari 11 Juli sampai 11 Agustus, baru pertama kali diselenggarakan di ruang pamer Tembi Rumah Budaya.... more »
Artikel Terbaru
- 06-07-15
Kali ini IYSO Bermus
Ini kali ke-6 IYSO pentas sejak Januari 2015, dan yang ke-4 di Museum Tembi Rumah Budaya. Untuk pementasan kali ini mereka membawakan tema musik... more » - 06-07-15
Perhitungan Tahun Ke
Di dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna pada nomor 94 diberi judul ‘Pal Yama,’ yang isinya mengenai tahun keberuntugan dan tahun celaka pada... more » - 02-07-15
Pasar Seni Yogyakart
Kangjeng Pangeran Aria Adipati Danureja, sang Patih Raja Yogyakarta, yang mempunyai gagasan mendirikan pusat kerajinan itu. Berita tersebut bisa... more » - 02-07-15
Prajurit Ketanggung
Struktur Prajurit Ketanggung terdiri atas dua oran Panji (Panji Parentah dan Panji Andhahan), dua orang Sersan, seorang pembawa panji-panji dan... more » - 02-07-15
Kursus MC Jawa Tembi
Sejak tahun 2000 Tembi Rumah Budaya membuka kursus pranatacara (MC) pamedhar sabda (pidato) bahasa Jawa, khususnya untuk upacara perkawinan. Kursus... more » - 29-06-15
Go Green di Tembi Ru
Pameran karya C Roadyn Choerodin yang berlangsung dari 12 Juni sampai 12 Juli 2015 ini menghadirkan tajuk ‘The Circle’. Karya yang berjudul ‘Go Green... more » - 29-06-15
Lukisan karya murid-
Dinamakan Gunung Pasar karena menurut sumber setempat di atas puncak gunung ini selalu bergema suara ramai orang seperti di tengah pasar. Suara itu... more » - 29-06-15
Kaligrafi dan Lukisa
Ketika masuk ke dalam Benteng Museum Heritage, suasana budaya China sangat kental terasa. Pengunjung pun langsung disuguhi karya-karya Edy Widiyanta... more » - 29-06-15
Kajian Menarik tenta
Serat Angger tersebut memuat tentang hukum material yang terkait hak dan kewajiban subyek hukum. Serat Angger Pradata Awal dan Pradata Akir juga... more » - 29-06-15
Cetakan Roti Tradisi
Kondisi cetakan roti tradisional koleksi Museum Tembi masih bagus. Jumlahnya ada 6 buah. Koleksi ini sejak tahun 1999, berasal dari Bapak P... more »