Lakon Dewa Ruci Dipentaskan Ki Dalang Wisnu Hadi Sugito
18 Mar 2016 Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk mencelakakan Pandawa lewat Bima (Werkudara). Kurawa melalui Pendeta Drona menyuruh Bima untuk mencari air amerta (air kehidupan) di dasar laut. Tujuannya tidak lain agar Bima tenggelam di dasar laut. Bima sendiri tidak bisa menolak, karena itu adalah perintah gurunya. Sebagai seorang murid yang patuh kepada gurunya, maka segala perintahnya itu dilaksanakan, walaupun sebenarnya itu hanya merupakan tipu muslihat saja.Singkat cerita, Bima segera mencari air amerta di dasar laut. Lama ia mencari di laut. Bahkan banyak godaan menimpanya, termasuk salah satunya diserang ular naga yang sangat besar. Tetapi akhirnya Bima bisa mengalahkannya. Akhirnya Bima ditemui oleh Dewa Ruci yang tubuhnya kecil. Setelah beberapa saat berdialog, Bima disuruh untuk masuk ke tubuh Dewa Ruci lewat telinga. Awalnya Bima menolak, mustahil ia bisa masuk ke tubuh Dewa Ruci yang kecil itu. Tetapi setelah diyakinkan oleh Dewa Ruci, akhirnya Bima bisa masuk ke tubuh Dewa Ruci lewat telinga. Di dalam tubuh Dewa Ruci, akhirnya Bima diajarkan tentang makna kehidupan. Setelah usai Bima kembali ke Hastina Pura dengan selamat dan membuat kaget pihak Kurawa dan Pendeta Drona. Bima tidak mati, tetapi justru semakin sakti.
Itulah cuplikan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dimainkan oleh dalang Ki Wisnu Hadi Sugito asal Wates, Kulon Progo di pendopo Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto hari Selasa, 1 Maret 2016. Pagelaran wayang kulit itu dalam rangka memperingati Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 yang ke-67 dan peringatan 3 tahun berdirinya museum tersebut. Menurut Prof Dr Suharyadi MSc mewakili keluarga besar Probosutejo, diambilnya lakon wayang malam ini untuk mengingat kembali perjuangan Pak Harto selama hidupnya dan meresapi makna kehidupan bagi sesamanya.
Pagelaran wayang kulit dimulai sekitar pukul 21.15 WIB, diawali dengan penyerahan tokoh wayang dari Probosutejo kepada Ki dalang Wisnu. Namun sebelumnya, masyarakat sekitar museum yang beralamat di Dusun Kemusuk Lor, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul disuguhi 100 angkringan yang menyajikan berbagai makanan, seperti sate, ramesan, bakmi Jawa, bakso, nasi angkring, wedang ronde, siomay, dan berbagai makanan lainnya. Mereka boleh menyantap gratis sekenyangnya, asal tidak dibawa pulang. Dari 100 angkringan tersebut, 20 angkringan berada di sekitar pendopo, sementara 80 angkringan berada di luar, di sepanjang jalan menuju museum. Suasana cukup meriah. Karena acara peringatan SO 1 Maret 1949 ini, merupakan salah satu acara besar di museum tersebut yang diselenggarakan setiap tahun. Acara besar lain yang juga digelar setiap tahunnya adalah peringatan Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
Naskah dan foto:Suwandi
SENI PERTUNJUKANBaca Juga
- 21-03-16
Sastra Bulan Purnama ke-54 Membaca Puisi Membaca Laut
Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more » - 19-03-16
Napi Perempuan Membaca Puisi
Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more » - 15-03-16
Tari Garba, Ungkapan Daya Feminin
Dalam pembukaan pameran seni rupa di PKKH UGM, Yogyakarta, Sabtu malam 27 Februari 2016, Sri Astari Rasjid juga mengundang koreografer dari Solo,... more » - 12-03-16
Launching Antologi Puisi di Banten
Antologi puisi rupa berjudul ‘Anakku Sayang Ibu Pulang’, karya dari beberapa penyair, yang pernah tampil di Sastra Bulan Purnama, Sabtu malam, 5... more » - 01-03-16
Ekspresi Jiwa Tanya Ditaputri
Petikan gitar dan merdu suaranya terdengar lirih, perlahan, hingga memenuhi dalam ruangan. Nuansa dan ekspresi melebur saling bersinergi. Lagu... more » - 29-02-16
Ludrukan Puisi ‘Sandal Jepit Tali Abang’
Lagi-lagi penyair dari Surabaya tampil di Sastra Bulan Purnama dengan mengolah puisi menjadi bahan ludruk. Kali ini mereka tampil bareng dengan... more » - 27-02-16
Di Antara Para Wartawan, Butet Tampil
“Saya bukan penyair dan pernah menjadi wartawan, dan saya terbiasa membaca puisi. Saya sengaja datang di Sastra Bulan Purnama ini karena kangen... more » - 24-02-16
Eksplorasi Musik Genteng dari Awajishima, Godean dan Jatiwangi
Di bidang musik, tak jarang para seniman bereksperimen melalui media dan bunyi-bunyian. Keunikan warna suara yang dihasilkan dari media-media... more » - 22-02-16
Berita Hari ini: Wartawan Membaca Puisi
Kali ini, Sastra Bulan Purnama edisi ke-53 menghadirkan wartawan membaca puisi. Para wartawan ini sehari-harinya memburu berita, atau setidaknya... more » - 17-02-16
Agnes Membaca dan Menarikan Serat Centhini
Berbalut baju terusan berwarna hijau, Agnes Christina menggerakkan tubuhnya dengan lentur. Sepintas ia seperti seorang pendekar taichi yang sedang... more »
Artikel Terbaru
- 21-03-16
Pergantian Pengurus
Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more » - 21-03-16
Serba Ikan dengan Na
Selain Es Timun Ijem dan Es Timun Emas, pada bulan Maret 2016 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya juga menawarkan menu promo serba ikan... more » - 21-03-16
Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more » - 19-03-16
Napi Perempuan Memba
Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more » - 19-03-16
Selasa Legi Hari Tid
Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more » - 19-03-16
Wisrawa (2): Dewi Su
Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more » - 19-03-16
Pameran Temporer Yog
Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more » - 18-03-16
Warna-Warni Seribu T
Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more » - 18-03-16
Lakon Dewa Ruci Dipe
Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more » - 18-03-16
Lambang Kotapraja di
Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »