Atien Kisam, Guru Silat dan Pewaris Kebudayaan Betawi
24 Oct 2015Ayahnya juga merupakan keturunan dari seniman Betawi tempo dulu Djiun, hasil perkawinannya dengan Mak’ Kinang yang berprofesi sebagai penari. Bisa dikatakan Bang Atien adalah generasi ketiga penerus topeng Betawi.
“Anak zaman sekarang harus bisa menerapkan nilai kebaikan dari budayanya. Kami orang Betawi harus bisa silat dan terapkan nilainya dalam kehidupan," kata Atien Kisam, pelatih silat dan koreografer Teater Abang None Jakarta, kepada Tembi di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lelaki yang akrab dipanggil Bang Atien ini mengaku sudah akrab dengan silat sejak kecil. Dulu ia sering terkena sabetan –pukulan benda panjang - dan lemparan sepatu dari ayahnya saat berlatih silat. "Dulu kalau nggak sholat kena omelan babe, kalau nggak latihan silat juga begitu. Jadi ngaji, sholat sama silat itu wajib dan harus imbang, harus khatam, selesai, istilahnya,” kata Bang Atien.
Menurut Bang Atien, silat adalah sebuah seni bela diri yang harus kita pelihara. Lewat pertunjukan “Jawara: Langgam Hati dari Marunda” oleh teater Abang None di GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) tanggal 25-26 Oktober 2015, akan memperlihatkan teknik silat dari berbagai perguruan, yang bisa menjadi pilihan bagi anak muda yang ingin belajar silat. Selain memperkenalkan silat Betawi, pertunjukan ini juga dapat mengangkat guru-guru besar perguruan. “Ini akan menjadi penghasilan dan kesejahteraan bagi guru besarnya, karena banyak kesejahteraannya yang tidak tersentuh,” kata Bang Atien.
Bang Atien juga menjelaskan dalam silat terdapat nilai-nilai agama, kedisiplinan, kejujuran, dan mengendalikan diri. Filosofi itulah yang diambil Bang Atien untuk diterapkan pada anak-anaknya baik yang laki-laki maupun wanita. Cara mendidik kelima anaknya pun, ia belajar dari pengalaman ayahnya. "Tapi, tidak seperti main sabet atau lempar sandal. Nanti kena pasal kekerasan anak lagi," tambahnya sambil tertawa.
Selain aktif melatih silat, Bang Atien adalah seorang penari, penata dan pelatih tari. Bang Atien mengajar tarian tradisional topeng Betawi di studionya sendiri sejak 1983. Pria bernama asli Muhammad Supriyatin ini lahir di Jakarta, 19 Juli 1969. Ia merupakan anak ketiga Kisam Djiun yang dikenal sebagai seniman topeng Betawi dari Grup Ratna Sari. Ayahnya juga merupakan keturunan dari seniman Betawi tempo dulu Djiun, hasil perkawinannya dengan Mak’ Kinang yang berprofesi sebagai penari. Bisa dikatakan Bang Atien adalah generasi ketiga penerus topeng Betawi.
Seniman topeng betawi ini lulusan Sekolah Tekhnik Mesin (STM) Boedi Oetomo. Namun, Bang Atien merasa lebih berbakat di bidang seni ketimbang mengutak-atik mesin. Maka ia memutuskan untuk mendalami dan berkarya di seni tari. Bang Atien banyak menghasilkan karya-karya baru tarian, antara lain Jingga, Kaulan si Jantuk, Enjot-enjotan, Ronggeng Gandes. Hampir semua karyanya terinpirasi dari topeng Betawi.
Inspirasinya itu, didasari untuk mempertahankan seni tradisi topeng Betawi agar tidak terasing dari khalayak. Ia pun mengemas pertunjukan yang memadukan tarian, lawak, seni bercerita, serta musik dan lagu ini dengan konsep yang lebih menghibur dan lebih singkat yang berdurasi 1,5 - 2 jam, tidak selama pertunjukan aslinya yang memakan waktu 9 jam. Dengan kemasan baru seperti ini, justru menarik banyak peminat, baik pelajar dan khalayak dari Betawi maupun non-Betawi, hingga mendapat kesempatan memperkenalkan topeng Betawi hingga ke mancanegara seperti Jerman, Prancis, Inggris, Swedia, Denmark, Australia, Jepang, Amerika, Korea, Maroko, dan Mesir.
Pendiri Budaya Indonesia Dance Company ini pernah menjabat sebagai direktur dan koreografer dalam memori 40 tahun Ismail Marzuki tahun 2000 dan Gebyar Betawi Ngumpul tahun 2004. Saat ini Bang Atien, aktif mengajar silat di beberapa perguruan silat di kawasan Depok, Tebet, dan Tanah Abang. Ia juga aktif sebagai Ketua Seksi Tari di Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan juga aktif mengajar tari Balai Rakyat Condet, TMII dan mengisi mata ajaran muatan lokal (mulok) di sejumlah SMP dan SMU. Ia juga kerap diundang IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dan UI (Universitas Indonesia) untuk mengajar tari, selain melayani tanggapan hajat warga Betawi.
Naskah & Foto: Marcellina Rosiana
PROFILBaca Juga
- 01-12-15
Tara Basro Ingin Berguna Bagi Industri Film
Jatuh bangun di dunia film tak membuat perempuan berkulit eksotis ini patah arang. Berbagai casting dilalui sampai akhirnya ia berhasil membuktikan... more » - 11-11-15
Giryadi, Penyair dan Perupa
Sebagai ulusan seni rupa, dia malah menekuni sastra dan teater, dan puisi adalah karya yang terus diciptakan dia. Makanya, dia dikenal sebagai... more » - 02-11-15
David Nurbianto, Menjadi Komika Tak Harus Cerdas
Menjadi juara pertama ajang Stand Up Comedy season empat yang diadakan Kompas TV membuat nama David Nurbianto semakin melambung. Selain semakin tenar... more » - 26-10-15
Inayah Wulandari Wahid Akan Terus Berteater
Putri bungsu dari mantan Presiden Gus Dur ini aktif dan serius berteater sejak tahun 2000-an, meski sempat terhenti sejenak karena kesibukan. Ia... more » - 20-10-15
Maudy Koesnaedi, Cinta Mati Pada Betawi
Meski memiliki darah Sunda, wanita yang dikenal dengan perannya sebagai Zaenab dalam serial Si Doel Anak Sekolah ini mengaku sangat mencintai budaya... more » - 16-10-15
Wanto Tirta Penyair Dari Banyumas
Selain menulis puisi Wanto juga menulis geguritan, yaitu puisi bahasa Jawa. Jadi, dia penyair sekaligus penggurit. Tapi, agaknya, ia lebih tekun... more » - 12-10-15
Ki Bayu Gupito Aji Nugroho, Dalang Muda Potensial
Setiap kali mendapat kesempatan mendalang, mahasiswa tingkat akhir di ISI ini mengajak anak-anak muda untuk bersama-sama, bahu membahu melestarikan... more » - 06-10-15
Didik Nini Thowok Berani Mendalami Dunia Cross Gender
Ia adalah perias yang piawai, ia juga bisa melukis, ia manajer yang baik, ia juga seorang pengajar di berbagai institusi, komedian, pantomimer,... more » - 28-09-15
Olga Lidya, Tak Kenal Lelah Demi Perfilman Indonesia Lebih Baik
Dipercayai sebagai ketua FFI 2015, Olga mengaku sempat ragu mengemban tugas yang sangat berat ini. Namun sahabat-sahabat seperti Lukman Sardi, dan... more » - 05-09-15
Aming Aminoedhin Penyair Juga Penggurit
Di Surabaya, Aming dikenal sebagai penyair, yang menulis puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Jawa. Jadi, selain dikenal sebagai penyair, Aming juga... more »
Artikel Terbaru
- 08-12-15
Catatan Bung Tomo Te
Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more » - 08-12-15
Joglo di Bantul Buat
Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more » - 07-12-15
Ki Margiono Suguhkan
Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more » - 07-12-15
Lampah Kasiswan, Aja
Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more » - 05-12-15
Cablek-Cablek Lemut
Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more » - 05-12-15
Tergiur Manisnya Bib
Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more » - 05-12-15
Kesatuan Militer Keb
Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more » - 05-12-15
Sabtu Kliwon Ini Har
Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more » - 04-12-15
Festival Teater Jaka
Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more » - 04-12-15
Museum Benteng Vrede
Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »