Es Gosrok Jadul yang Murah Menyegarkan
20 Feb 2016
Namanya es gosrok karena cara membuatnya dengan menggosokkan (gosrok) es maju mundur melewati sebilah besi tajam. Dengan komposisi sederhana berupa tambahan tape dan serutan kelapa, biasanya meminumnya tak butuh waktu lama. Lagi pula biasanya penjual es gosrok hanya bermodalkan gerobak, paling banter payung, jadi memang kurang nyaman jika minum berlama-lama. Apalagi di bawah teriknya sinar matahari, segelas es gosrok bisa dihabiskan cepat dalam 2-3 kali tenggak, setempo dengan hilangnya dahaga.
Namun di warung tenda Sutaryono (37 tahun), Tembi bisa menyeruput es gosrok lebih santai. Maklum ada atap plastik yang melindungi dari panasnya cahaya matahari. Disediakan pula beberapa kursi dan meja plastik berwarna biru. Beberapa pengunjung tampak asyik mengobrol.
Sutaryono menyambut dengan ramah. “Diminum di sini?” tanyanya sambil menyaut gelas. Dengan cepat gelas berukuran besar ini terisi, es santan dengan campuran tape dan kelapa yang menyegarkan. Sebagai pelengkap, disediakan roti semir, yang siap dicelupkan ke dalam es. Rasanyamathukdipadu dengan es gosrok.
Es gosrok buatan Sutaryono tidak terlalu kental. Manisnya gula pasir tidak menonjol, dipadu kecut tape dan gurih kelapa yang tidak menohok. Rasanya moderat. Terasa sekali segarnya. Sutiyono juga tidak menambahkan susu. Berbeda dengan beberapa penjual es gosrok yang menggunakan susu yang malah menyebabkan eneg dan mengurangi kesegaran.
Warung Sutaryono jarang terlihat sepi. Letaknya memang cukup strategis, di sudut Jalan Abubakar Ali dan Jalan Ngadikan, Kotabaru, Yogyakarta. Apalagi harganya murah meriah, Rp 3.000 per gelas. Dalam sehari, menurut pria asal Gunung Kidul ini, biasanya terjual seratus lebih gelas. Namun pada musik penghujan ini, jumlahnya turun menjadi sekitar 60-70 gelas.
Sutaryono yang berjualan es gosrok sejak 2013 menamakan warungnya Es Gosrok Jadul, yang mengacu pada zaman dulu. Nama yang pas. Pada sekitar akhir tahun 1970-an di trotoar Jalan Senopati, selatan Shopping Centre (sekarang Taman Pintar), jejeran gerobak es gosrok adalah pemandangan biasa. Tembi termasuk pelanggannya. Tapi sudah lama, belasan atau puluhan tahun ini gerobak-gerobak itu telah berganti gerobak dagang batu akik dan pigura foto.
Kini di berbagai tempat sudah mulai bermunculan kembali para pendatang baru es gosrok, minuman menyegarkan berharga murah.
Naskah dan foto:Barata
KULINER
Baca Juga
- 20-08-16
Ada cukup banyak kuliner khas, unik, yang sesungguhnya berangkat dari menu-menu tradisional Jawa. Salah satunya adalah mangut ikan salem (sejenis...
more »
- 03-08-16
Jenis makanan gudeg yang telah menjadi identitas makanan khas Yogyakarta mungkin sudah tidak asing lagi banyak orang. Namun gudeg koyor mungkin masih...
more »
- 04-06-16
Kuliner tempo dulu bisa dikatakan selalu ngangeni. Banyak orang yang mulai jenuh dengan kuliner kekinian kemudian mencoba mencari lagi kuliner tempo...
more »
- 10-05-16
Wedang tahu di Yogyakarta dikenal juga dengan nama tahok di Solo. Sedangkan untuk Surabaya menamai jenis makanan ini dengan nama tahua sedangkan...
more »
- 30-04-16
Bantul punya sejumlah kuliner khas primadona dimana warungnya juga tergolong jawara, seperti sate klathak pak Pong dan mangut lele mbah Marto. Bahkan...
more »
- 23-04-16
Karangan adalah kuliner lokal yang mungkin hanya bisa ditemukan di Pasar Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul dan Pasar Ngangkruksari, Parangtritis...
more »
- 16-04-16
Kualitas baso tak pernah lepas dari kualitas dagingnya. Begitu pun dengan baso di warung Baso Oen di Jalan Parangtritis Km 7, Sewon, Bantul. Melihat...
more »
- 09-04-16
Rumah makan spesial belut tergolong sangat jarang di Yogyakarta. Biasanya kalau menyebut belut, asosiasi orang terutama ke satu nama, warung pak...
more »
- 12-03-16
Koyor atau urat sapi mungkin tidak sepopuler bagian tubuh sapi lainnya. Tapi bagi sebagian orang, koyor justru tampil sebagai primadona. Koyor...
more »
- 05-03-16
Saat ini tidak lagi sulit untuk dapat menikmati soto betawi, makanan khas Jakarta, di Yogyakarta. Salah satu tempat untuk menikmati makanan itu...
more »
Artikel Terbaru
- 20-08-16
Ada cukup banyak kuliner khas, unik, yang sesungguhnya berangkat dari menu-menu tradisional Jawa. Salah satunya adalah mangut ikan salem (sejenis...
more »
- 20-08-16
Judul : Sita. Sedjarah dan Pengorbanan serta Nilainja dalam Ramayana
Penulis : Imam Supardi...
more »
- 20-08-16
Pranatamangsa: mulai 25 Agustus memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, usia 24 hari, sampai dengan 17 September 2016. Candrane: Suta Manut ing Bapa...
more »
- 20-08-16
Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah salah satu raja di Yogyakarta yang disegani oleh Belanda di kala itu. Ia mewarisi sikap ayahnya, yakni...
more »
- 19-08-16
Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara...
more »
- 19-08-16
Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan...
more »
- 18-08-16
Mestinya, pada Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Slamet...
more »
- 18-08-16
Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah...
more »
- 16-08-16
Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke...
more »
- 16-08-16
Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan...
more »