Gudeg Koyor Varian dari Gudeg Yogyakarta

03 Aug 2016 Jenis makanan gudeg yang telah menjadi identitas makanan khas Yogyakarta mungkin sudah tidak asing lagi banyak orang. Namun gudeg koyor mungkin masih terbilang belum banyak dikenal orang. Di Yogyakarta sendiri keberadaan gudeg koyor mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Salah satu gudeg koyor tersebut bisa ditemukan di Perempatan Tamansari atau Jl Wachid Hasyim. Lokasi ini dapat dijangkau dari Terminal Bis Ngabean ke arah selatan. Posisinya berada di sisi timur jalan, di utara Perempatan Tamansari.

Gudeg Koyor Bu Sum demikian tulisan yang dipasang di depan warung makan milik Bu Sumiyati (62). Warung makan itu berdiri sejak empat tahun lalu. Bu Sum sengaja menawarkan gudeg koyor karena waktu itu bisa dikatakan memang belum ada gudeg koyor di Yogyakarta.

“Supaya memang ada yang beda. Ada variasinya Mas. Selain itu, di warung makan ini juga ada menu gudeg ceker, gudeg lele, dan gudeg seperti pada umumnya,” tutur Bu Sum. Ternyata apa yang ditawarkan Bu Sum mendapatkan respon yang baik dari para penggemar kuliner di Yogyakarta.

Warung makan Gudeg Koyor yang dioperasikan oleh Bu Sum dan dibantu dua orang putranya ini buka mulai pukul 19.00 sampai habis. Meskipun demikian warung makan ini biasanya tutup pada pukul 01.00 WIB. Dalam semalam Bu Sum bisa menjual 4 ekor ayam, 5 kilogram koyor, sekilo lele untuk menu gudegnya. Untuk seporsi gudeg koyor plus nasi dibanderol dengan harga Rp 15.000. Dalam menu ini didapatkan nasi putih, gudeg, sambel goreng krecek, dan sekian potong koyor yang diolah dengan bumbu yang dominan berasa manis.

Koyor adalah urat sapi yang karakternya mendekati kikil namun lebih lunak dan lebih lembut. Jika digambarkan mungkin karakternya mendekati antara daging murni dan lemak. Koyor bisa diolah dengan bumbu apa saja. Koyor di wilayah Semarang umumnya diolah dengan bumbu yang berasa pedas dan agak manis. Sementara di Yogyakarta umunya diolah dengan bumbu berasa manis. Koyor yang diolah dengan bumbu radikal pedas di Yogyakarta sering disebut sebagai oseng-oseng mercon.

Gudeg koyor memang bernuansa lain dengan gudeg tradisional. Nuansa lain itu ditimbulkan oleh hadirnya koyor yang dimasak dengan bumbu relatif manis-gurih dan rasa koyornya yang kenyil-kenyil (kial di lidah). Perpaduannya dengan gudeg memang nyambung juga. Hanya saja kalau boleh memberi saran, gudegnya mestinya bisa dibuat lebih matang lagi sehingga demikian lonyot (over cook sehingga benar-benar menjadi lembek tekstur gudegnya). Barangkali baik juga kalau sentuhan garamnya agak dikurangi sedikit.

a.sartono

Penampilan Warung Gudeg Koyor Bu Sum Tamansari, difoto: Sabtu malam, 30 Juli 2016, foto: a.sartono Sepiring Gudeg Koyor dan segelas jeruk panas di Warung Makan Gudeg Koyor Bu Sum Tamansari, difoto: Sabtu malam, 30 Juli 2016, foto: a.sartono Bu Sumiyati (62) penjual Gudeg Koyor di Tamansari, difoto: Sabtu malam, 30 Juli 2016, foto: a.sartono KULINER

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »
  • 27-08-16

    Topeng, Tradisi yang

    Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more »
  • 27-08-16

    Pameran Kriya Besar

    Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya... more »
  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »