Museum Tembi Punya Dua Keris Tangguh Yogyakarta

Author:editorTembi / Date:13-11-2014 / Semasa Kerajaan Kasultanan Yogyakarta berdiri dan mempunyai kekuasaan otonomi, maka daerah ini memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan kerajaan Kasunanan Surakarta, baik mengenai corak batik, gamelan, pakaian, dan termasuk pula keris. Itulah sebabnya dalam ilmu perkerisan, ada tangguh Yogyakarta.

Keris Tangguh Yogyakarta di Museum Tembi Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi/Tembi
Warangka Gayaman Solo pada keris Tangguh Yogyakarta

Kerajaan Kasultanan Yogyakarta atau sering disebut juga Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri pada tahun 1755 Masehi setelah “Perjanjian Giyanti” yang menjadikan Kerajaan Mataram Islam menjadi 2 bagian, yakni Kerajaan Kasunanan Surakarta (yang dipegang oleh Raja Pakubuwono III) dan Kerajaan Kasultanan Yogyakarta (yang dipegang oleh Raja Sultan Hamengkubuwono I atau sering disebut Pangeran Mangkubumi). Kerajaan Kasultanan Yogyakarta menempati daerah yang sekarang ini berdiri Keraton Yogyakarta, sementara Kerajaan Surakarta tetap berada di Keraton Kasunanan Surakarta.

Keris Tangguh Yogyakarta di Museum Tembi Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi/Tembi
Keris Tangguh Yogyakarta berkode KL7-01

Semasa Kerajaan Kasultanan Yogyakarta berdiri dan mempunyai kekuasaan otonomi, maka daerah ini memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan kerajaan Kasunanan Surakarta, baik mengenai corak batik, gamelan, pakaian, dan termasuk pula keris. Itulah sebabnya dalam ilmu perkerisan, ada tangguh Yogyakarta.

Sementara mengenai ciri tangguh Yogyakarta, Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris tahun 2004 menyebutkan bahwa keris tangguh Yogyakarta agak mirip dengan keris tangguh Majapahit. Pasikutannya wingit dan prigel. Besinya lumer (halus rabaannya) dan berkesan kering, warnanya agak biru. Menancapnya pamor pada bilah pandes dan ngawat (kokoh dan serupa kawat). Panjang bilahnya berukuran sedang, makin ke ujung makin ramping sehingga berkesan runcing. Luknya tidak begitu rapat. Gandiknya miring dan agak pendek.

Empu-empu terkenal yang membuat keris tangguh Yogyakarta di antaranya: Mangkudahana, Taruna Dahana, Supasetika, Karyodikromo, dan Supowinangun. Sementara itu empu terkenal yang tinggal di wilayah kerajaan Kasultanan Yogyakarta di abad ke-21 adalah Empu Djeno Harumbrodjo.

Keris Tangguh Yogyakarta di Museum Tembi Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi/Tembi
Keris Tangguh Yogyakarta berwarangka Gayaman Yogyakarta

Sayangnya, Museum  Tembi Rumah Budaya Yogyakarta hanya memiliki koleksi dua buah keris tangguh Yogyakarta.

Keris bertangguh Yogyakarta yang pertama berkode KL7-01. Keris ini mempunyai ciri-ciri rangka: Gayaman Solo terbuat dari kayu mangga, dapur Carita berluk 7, dan pamor Kulit Semangka. Keris ini memiliki panjang keseluruhan 49 cm, panjang bilah dengan pegangan 41 cm, dan panjang bilah 30 cm. Terlihat pula kayu pada rangka keris berwarna hitam kecoklatan.

Keris Tangguh Yogyakarta di Museum Tembi Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi/Tembi
Keris Tangguh Yogyakarta berkode KBR-21

Keris bertangguh Yogyakarta yang kedua berkode KBR-21. Keris ini mempunyai ciri-ciri: rangka: Gayaman Yogyakarta kayu timoho, dapur Brojol lurus, dan pamor Sanak. Keris ini memiliki panjang keseluruhan 46 cm, panjang bilah dengan pegangan 42,5 cm, dan panjang bilah 32 cm.

Naskah dan foto: Suwandi
Sumber: Buku Ensiklopedi Keris karangan Bambang Harsrinuksmo (2004) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Koleksi Benda Bersejarah

Latest News

  • 26-12-14

    Voice of Asmat, Perp

    Pertunjukan musik akustik dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin. Mereka memadukan rasa... more »
  • 26-12-14

    Puntadewa Masuk Nera

    Puntadewa tersentak hatinya. Ia tidak dapat membayangkan betapa sakit dan sengsara keempat adiknya. Tanpa berpikir panjang, Puntadewa bergegas... more »
  • 24-12-14

    Rumah Kebangsaan. Da

    KRT Jayadipura adalah salah satu tokoh gerakan kebangsaan. Karena itu, tidak heran apabila dalem Jayadipuran sering dipakai untuk pertemuan atau... more »
  • 24-12-14

    Cuplikan dari Festiv

    Kirab atau pawai ini merupakan awal atau pembukaan Festival Seni Budaya Klasik yang diselenggarakan oleh Pura Paku Alaman pada tanggal 17-20 Desember... more »
  • 23-12-14

    Gladhen Tembang Maca

    Pada Gladhen 22 ini tembang yang dipakai untuk belajar adalah tembang Asmarandana yang dilagukan dengan notasi Slobok. Sedangkan teks tembang,... more »
  • 23-12-14

    Pembacaan Puisi untu

    Jalan menuju Desa Kedunggubah sedikit terjal, dan terasa agak terpencil, jauh dari pusat kota. Jalann menuju desa bukan hanya berlubang, tetapi juga... more »
  • 23-12-14

    Pameran Tunggal Visu

    Bulan Desember 2014 ini Ong ditantang untuk berpameran tunggal oleh Bentara Budaya Yogyakarta, yang sempat membuat dirinya ragu-ragu, antara meng-iya... more »
  • 22-12-14

    Ini Buku Akutansi Za

    Perpustakaan Tembi, yang terbuka untuk umum, menyimpan buku kuno ini yang berisi tentang pengantar ilmu dagang. Istilah sekarang akuntansi. Buku... more »
  • 22-12-14

    “Kecubung Pengasihan

    Perkumpulan Seni Nusantara Baca (PSBN) menggarap cerpen karya Danarto itu menjadi sebuah pertujukan, yang memadukan antara musik, alunan dan... more »
  • 22-12-14

    Tangis Gandrik dalam

    Lakon Tangis yang merupakan naskah karya almarhum Heru Kesawa Murti yang berjudul Tangis, memang menyuguhkan kritik sosial tentang pusaran tipu-tipu... more »