Tembi

Yogyakarta-yogyamu»UPACARA NGURAS ENCEH PAJIMATAN IMAGIRI, BANTUL

01 Jan 2008 05:35:00

Yogyamu

UPACARA NGURAS ENCEH PAJIMATAN IMAGIRI, BANTUL

Upacara Nguras Enceh atau Gentong yang dilaksanakan di kompleks makam raja-raja Mataram Imogiri, Bantul selalu dilakukan pada setiap tanggal 1 Sura khususnya pada hari Jumat Kliwon. Upacara yang berlangsung setahun sekali ini biasanya dihadiri oleh banyak orang dengan berbagai tujuan. Ada yang sekadar ingin menyaksikan upacara, ada yang ingin berwisata, ada yang ingin mengetahui makna dari upacara tersebut, dan ada pula yang datang dengan niat untuk mendapatkan berkah.

Enceh atau gentong yang ada di kompleks makam raja-raja Mataram itu berjumlah 4 (empat buah). Masing-masing Enceh diberi nama seperti umumnya benda-benda yang dianggap sebagai pusaka. Nama-nama Enceh tersebut jika diurutkan dari arah barat ke timur yaitu: Enceh atau Gentong Kyai Danumaya, Kyai Danumurti, Kyai Mendung, dan Nyai Siyem. Kyai Danumaya merupakan sebuah gentong yang berasal dari Kerajaan Palembang, Kyai Danumurti berasal dari Kerajaan Aceh, Kyai Mendung berasal dari Kerajaan Ngerum atau Turki, dan Nyai Siyem berasal dari Kerajaan Siam atau Thailand.

Semestinya Enceh-enceh tersebut merupakan tanda kenang-kenangan atau tali persahabatan antara Kerajaan Mataram dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Akan tetapi menurut sumber setempat Enceh-enceh tersebut juga dapat dipandang sebagai tanda takluknya kerajaan-kerajaan tersebut di bawah Mataram. Menurut sumber setempat pula pada waktu itu Sultan Agung (1613-1645) sebagai penguasa Mataram tidak bersedia diberi hadiah aatu tanda kenang-kenangan yang berupa emas, intan, maupun berlian. Sultan Agung hanya menginginkan Enceh-enceh tersebut agar nantinya airnya dapat memberikan berkah kepada seluruh kawula Mataram.

Sebelum upacara Nguras Enceh ini dilakukan pada satu hari sebelumnya dilakukan Upacara Ngarak Siwur. Siwur adalah nama lain dari gayung air yang terbuat dari batok kelapa dengan tangkai bambu. Pada keesokan harinya barulah Upacara Nguras Enceh itu dilakukan. Urutan upacara Nguras Enceh tersebut adalah sebagai berikut. Pembukaan, Tahlil, Wilujengan, Doa, Pengalungan Untaian Bunga (roncen) ke Enceh, Pelaksanaan Pengambilan Air oleh abdi dalem berpangkat Tumenggung maupun Ngabei. Setelah itu abdi dalem dibantu warga masyarakat mengambil air cidukan tersebut. Yang terakhir setelah Enceh penuh air masyarakat umum baru boleh air yang dianggap bertuah tersebut. Bersamaan dengan itu masyarakat juga diperkenankan mengambil lorodan sajen. Demikian seperti yang dituturkan Raden Ngabei Pringgodiprojo yang lebih terkenal dengan panggilan Pak Tarno.

Setelah semua acara tersebut berakhir biasanya orang-orang yang datang ke tempat ini lantas melakukan peziarahan ke makam raja-raja khususnya makam Sultan Agung Hanyakrakusuma. Bersamaan dengan itu masyarakat seperti tidak ada habis-habisnya berusaha mengambil air dari Enceh untuk kemudian dimasukkan ke dalam botol dan dibawa pulang. Bersamaan dengan itu pula biasanya banyak orang yang juga memohon sesuatu dengan perantaraan abdi dalem. Orang-orang yang demikian ini biasanya akan menyerahkan sebungkus kembang beserta wajib (uang) kepada abdi dalam tersebut.

Tim Tembi: Didit PD, Agus DP, Sartono K.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta