Tembi

Yogyakarta-yogyamu»GUA MARIA LAWANGSIH, OBWIS ZIARAH BARU DI KULON PROGO

12 May 2010 10:11:00

Yogyamu

GUA MARIA LAWANGSIH:
OBWIS ZIARAH BARU DI KULON PROGO

Satu lagi Obwis (Objek Wisata) ziarah di Jogja, yakni Gua Maria Lawangsih. Gua Maria Lawangsih terletak di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Jarak antara pusat kota Jogja dengan lokasi ini sekitar 38 kilometer. Rute dari Jogja dapat ditempuh melalui Tugu Jogja-Jalan Raya Godean-Perempatan Kenteng Nanggulan-terus ke arah barat (arah Gua Kiskenda)-Gua Maria Lawangsih.

Untuk menuju lokasi ini diperlukan kendaraan yang cukup prima mengingat banyak jalan menanjak-turunan-dan tikungan-tikungan yang tajam dengan kanan-kiri jalan berupa jurang. Akan tetapi medan yang relatif menantang ini juga menyuguhkan pemandangan alam yang demikian mempesona. Gundukan perbukitan, jurang, tegalan, hutan, harum rerumputan, dan sawah ditingkah hawa sejuk semilir menjadi hiburan tersendiri yang tidak mungkin dapat ditemukan di daerah lain.

Gua Maria Lawangsih sendiri merupakan gua alamiah dengan hiasan stataktit dan stalagmit yang mempesona. Kesunyian atau ketenangan suasana di kompleks ziarah ini menambah pesona kealamiahannya. Tetesan air dari stalagtit yang menyentuh kulit terasa begitu sejuk mengesankan kedamaian dan ketenangan.

Gua Maria Lawangsih semula merupakan gua yang dihuni banyak kelelawar. Penduduk setempat pun banyak yang memasuki gua ini untuk mengambil kotoran kelelawar yang kemudian dipergunakan sebagai pupuk tanaman. Tidak diketahui secara pasti kapan sesungguhnya gua ini mulai dikenal dan dimasuki orang. Gua ini merupakan gua alam kedua di Keuskupan Agung Semarang setelah Gua Maria di Tritis, Paliyan, Gunung Kidul.

Pada awalnya mulut gua ini tertutup oleh gerumbul atau semak belukar. Mulut gua pun di kala itu masih sempit. Luas mulut gua kurang lebih hanya satu meter persegi. Sekalipun demikian lubang-lubangnya bisa dimasuki orang untuk mencari kotoran kelelawar.

Status kepemilikan gua ini semula ada di tangan keluarga T. Supino yang menjadi Ketua Stasi Santa Perawan Maria Fatima Pelemdukuh. Kemudian tanah ini dihibahkan ke pihak gereja pada tahun 2008. Kemudian lokasi gua dan sekitarnya pun secara bertahap mulai dibersihkan. Tanah di sekitar gua digali sehingga mulut gua menjadi lebih lebar atau luas.

Gua ini kemudian diberi nama Gua Maria Lawangsih. Istilah lawang berarti pintu dan sih berarti kasih, cinta, berkat, atau keselamatan. Oleh karena itu diharapkan bahwa Gua Maria ini menjadi pintu atau gerbang kasih atau berkat dari surga. Semua itu didasarkan pada makna rohani bahwa Maria adalah sebagai gerbang berkat dari surga sebab dalam keyakinan Katolik Maria adalah perantara umat kepada Tuhan Yesus.

Gua Maria Lawangsih setidaknya memiliki beberapa bagian sebagai kelengkapan tempat peziarahan. Kelengkapan itu di antaranya adalah kapel kecil di depan gua, lorong gua yang cukup dalam di samping gua dan patung Bunda Maria. Gua ini setidaknya memiliki kedalaman 300 meter. Panjang lorong gua ini sampai sekarang belum diketahui seberapa panjang atau dalamnya. Ketika Tembi berkunjung ke sana Sabtu, 1 Mei 2010 lorong gua ini masih terus digali dan dibuatkan pengerasan lantainya agar nyaman disusuri pengunjung.

Di belakang patung Bunda Maria pun terdapat gua lain yang di dalamnya mengalir mata air yang jernih. Debit air dari lorong gua ini cukup besar sehingga membentuk semacam sungai kecil. Air ini dialirkan ke bawah dan ditampung dalam sebuah bak. Baik ini pun tidak mampu menampung curahan air dari perut gua sehingga air melimpah-limpah keluar dari bak. Kelak air dari dalam perut gua ini akan ditampung untuk keperluan peziarahan dan keperluan sehari-hari masyarakat setempat.

Jalan setapak menanjak yang tidak terlalu tinggi dan dibangun dengan sistem cor juga cukup memudahkan pengunjung untuk menapakinya. Areal parkir yang sedang dibangun di bagian bawah sekalipun tidak sangat luas cukup membantu pengunjung untuk memarkir kendaraannya. Kamar mandi dan toilet pun telah dibangun di tempat ini sekalipun dalam wujud yang relatif sederhana namun memadai dan bersih.

Gua Maria Lawangsih ini masuk dalam wilayah Stasi Santa Maria Fatima Pelemdukuh dan Paroki Santa Maria Tak Bernoda Nanggulan. Secara keletakan Gua Maria ini berada di atas bukit di atas Gereja Santa Maria Pelemdukuh.

Pembangunan Gua Maria Lawangsih ini mula-mula didorong oleh perasaan umat Katolik di wilayah itu yang ingin mendekatkan diri kepada Bunda Maria. Sementara tempat peziarahan Gua Maria yang lain tempatnya cukup jauh dari wilayah Pelemdukuh dan sekitarnya. Pembangunan Gua Maria Lawangsih ini dimotori oleh Romo Adi Wardoyo Pr. dan Romo Suharto Widodo Pr.

Gua Maria Lawangsih ini juga dinamakan Gua Maria Pangiloning Leres. Penamaan ini didasarkan pada bentuk pintu atau Gua Maria yang apabila dicermati menyerupai bentuk cermin. Diharapkan dengan demikian melalui Gua Maria ini umat bisa bercermin pada kebenaran. Hal ini didasarkan pada istilah pangilon yang sama artinya dengan cermin dan leres sama artinya dengan kebenaran.

Gua ini diberkati pertama kali oleh Romo Adi Wardoyo tahun 1994 dan diberkati oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo tahun 1998.

a. sartono k
Sumber: Buletin Mekar, No. 81 Tahun VIII, April 2010. Artikel dalam bulletin tersebut ditempelkan pada papan pengumuman di depan Altar Gua Maria Lawangsih.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta