Tembi

Yogyakarta-yogyamu»BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI TENGAH KOTA JOGJA

04 Nov 2009 11:43:00

Yogyamu

BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI TENGAH KOTA JOGJA

Apabila orang melintas di atas Jembatan Kewek Jogja di sisi timur Stasiun Tugu lalu menghadap ke arah utara (bawah) pasti akan terlihat pemandangan yang mungkin dirasa agak mengherankan berupa deretan kotak-kotak karamba di Sungai Code. Karamba di tengah kota Jogja tepatnya di Kampung Kali Code atau Jogoyudan, Kalurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Jogja ini jumlahnya ratusan buah. Keberadaannya hampir memenuhi semua sisi sungai, khususnya pada sisi barat. Ratusan karamba yang terbuat dari bambu dan kayu ini adalah milik warga setempat. Masing-masing warga bisa memiliki karamba antara 1-5 buah. Ukuran masing-masing karamba juga beragam. Berkisar antara 2x2 m hingga 4x4 m.

Gagasan membuat karamba di Sungai Code ini telah muncul sekitar tahun 2003-2004 yang lalu. Demikian tutur salah satu pemilik karamba di wilayah itu yang bernama Sukadi (49). Sukadi sendiri dalam kesehariannya berprofesi sebagai berprofesi sebagai petugas keamanan Kampung Jogoyudan dan Pasar Kembang. Ide untuk membuat karamba di Sungai Code itu muncul karena ingin memanfaatkan aliran Sungai Code yang berada di sisi timur Kampung Jogoyudan. Di samping itu, warga juga berkeinginan untuk mengisi kegiatan atau hobi mereka sekaligus sebagai kegiatan yang rekreatif. Sampai sekarang dari sekian karamba itu belum ada yang dibisniskan. Semua hasil dari perikanan karamba itu lebih banyak dikonsumsi sendiri.

Umumnya karamba di kampung ini diisi dengan benih ikan jenis nila, bawal, lele, dan patin. Dalam 3,5 bulan ikan-ikan karamba ini sudah dapat dipanen. Dari sekian jenis ikan yang dipelihara di karamba ini jenis bawal dan lele merupakan jenis yang paling bandel. Sementara nila dan patin lebih ringkih atau mudah sakit dan mati. Perubahan suhu air yang drastis juga menyebabkan ikan mudah mati. Hujan yang jatuh pertama kali akan mempengaruhi suhu air secara drastis. Umumnya menjelang turun hujan pertama ikan-ikan pada karamba di Kampung Jogoyudan ini dipanen. Hal ini dilakukan agar ikan-ikan tidak mati secara mubasir.

Untuk menjaga agar karamba tidak hanyut dibawa banjir mereka menanamkan tiang-tiang karamba sedalam satu meteran di bawah dasar sungai. Karamba-karamba tersebut juga diperkuat dengan karung-karung pasir pada sekeliling dindingya. Karamba yang terbuat dari bambu dan kayu ini umumnya kuat bertahan hingga dua tahun. Jadi, pada setiap dua tahun karamba-karamba tersebut mesti diperbaiki atau bahkan diganti dengan yang baru.

Untuk pakan ikan di samping pelet mereka juga memberikan pakan berupa sisa makanan baik dari dapur sendiri maupun dari rumah-rumah makan. Akan tetapi pemberian pakan berupa sisa makanan ini harus hati-hati sebab jika sisa makanan ini banyak mengandung minyak/lemak ikannya akan mati. Umumnya masing-masing karamba ini diberi benih sebanyak 2-4 kg. Selang 3,5 bulan ikan sebanyak itu akan menjadi 50-100 kg. Tentu saja dengan catatan tidak ada ikan yang mati atau sakit.

Karamba di kampung tengah kota ini di samping memberikan penghasilan tambahan juga memberikan penghiburan bagi warga setempat. Hampir setiap pagi atau sore warga bisa saling ketemu di kompleks karamba ini. Mereka bisa ngobrol sambil memandangi ikan dan merokok. Mereka bergotong royong membersihkan sampah dan memperbaiki karamba. Mereka bisa saling bertukar pikiran.

Dengan karamba di sungai itu pula sesungguhnya warga setempat secara langsung atau pun tidak menjadi semakin menyadari letak pentingnya menjaga kebersihan sungai.

sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta