Gardika Gigih Pradipta
Curahkan Rasa Lewat Musik

Gardika Gigih Pradipta Curahkan Rasa Lewat Musik

Jogjakarta, selain dikenal dengan sebutan kota pelajar, kota ini juga telah melahirkan banyak seniman dan musisi. Salah satunya adalah pemuda berbakat lulusan ISI Jogjakarta bernama Gardika Gigih Pradipta. Selain menjadi mahasiswa lulusan terbaik “cum laud” tahun lalu, Gigih, panggilan akrabnya sudah membuat ratusan komposisi dan berkolaborasi dengan beberapa musisi mancanegara, salah satunya Tristan Coleman, artist dan komposer dari Australia, Makoto Namura dan grupnya Ai-Note dari Jepang. Kegiatan terbarunya adalaj, Gigih menggelar “Obrolan Musik Malam Hari” di Museum Tembi Rumah Budaya, Jogjakarta dalam rangkaian acara Fombi (Forum Musik Tembi) yang diadakan berkala bulanan pada Jumat, 17 Februari kemarin.

Gardika Gigih Pradipta Curahkan Rasa Lewat Musik

“Saya belajar musik pertama kali karena terpaksa, waktu kelas III SD, Ibu mendaftarkan saya untuk les keyboard dengan Bapak Herry Pujianto. Bulan-bulan pertama sungguh begitu menyiksa, karena jadwal lesnya sore dan bersamaan dengan jadwal bermain bola teman-teman saya,” katanya. Gigih sendiri tidak menyangka setelah lulus SD musik justru terasa menyenangkan, sejak itu Gigih mulai tekun berlatih musik dibawah pimpinan Bapak Herry Pujianto, ia beruntung karena gurunya sangat sabar apalagi menghadapi murid pemalas seperti dia. “Menginjak SMP Pak Henry pertama kali mengajari saya cara membuat melodi dan harmoni sederhana. Disitulah pertemuan pertama kali dengan dunia kreatif,” tambahnya. Keseriusan bermusik kemudian dilanjutkan dengan mendaftar kuliah di ISI Yogyakarta mengambil jurusan musik, dengan minat utama Komposisi, mayor Piano.

Gardika Gigih Pradipta Curahkan Rasa Lewat Musik

Proses kreasi selalu mengasyikkan, itu yang dirasakan Gigih selama menekuni dunia musik. Selalu bereksperimen dengan bunyi membawa Gigih menciptakan lagu-lagu kecil yang sederhana. Karyanya yang sudah dibawakan untuk kelulusan Tugas Akhirnya adalah Impresi 6 Peristiwa, sebuah karya yang bercerita tentang memori beberapa peristiwa yang begitu berkesan dalam perjalanan hidup yang dituturkan lwat musik. Saat pelaksanaan tugas akhir itu juga, Gigih menjadi konduktor untuk pertama kali dalam hidupnya. “Ternyata menjadi konduktor itu tidak mudah, terutama saat proses latihan. Belajar menjadi pemimpin untuk menyatukan rasa dari puluhan instrument sungguh membuat jantung berdebar-debar,” katanya.

Gardika Gigih Pradipta Curahkan Rasa Lewat Musik

Usianya masih muda, perjalanannya dalam bermusik tentu masih panjang, pilihan bukan menjadi seorang performer dalam musik adalah alasannya yang “grogian” yang menurutnya sangat menyiksa. Dalam membuat komposisi, Gigih dengan lantang mengatakan bisa menjadi dirinya sendiri. Selain ingin berbagi lewat karya, cita-citanya yang belum tercapai adalah menjadi illustrator musik film. Jangan pernah menyerah dan melakukan keinginan dari hati itu pesan Gigih kepada para musisi muda. Satu lagi terus belajar dan jangan pernah berhenti berkarya, karena inspirasi dalam berkarya bisa datang dari kehidupan sehari-hari, dari momen dan berbagai peristiwa yang menimbulkan energi dan perasaan. Tertarik dengan apa yang akan disampaikan Gigih dalam pertunjukkannya, 22 Maret 2012 nanti, ia akan mempresentasikan sketsa karya komposisinya. Bukan hanya lewat permainan instrumen piano, ada pianika dan duet cello nya.

Gardika Gigih Pradipta Curahkan Rasa Lewat Musik

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Foto2: Berbagai sumber




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta