Gereja Santo Yusup Bintaran (1)
Keletakan
Gereja Santo Yusup Bintaran terletak di Jl. Bintaran Kidul No. 5 Yogyakarta. Gereja ini secara administratif terletak di Kampung Bintaran, Kalurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. Lokasi gereja ini dapat dijangkau melalui Perempatan Gondomanan ke arah timur-menyeberang Jembatan Sayidan, setelah sampai pertigaan ambil jalan ke arah selatan.
Kondisi Fisik
Pembangunan Gereja St. Yusup Bintaran dipelopori oleh Rama H. Van Driesche, Rama van Kalken, SJ., dan Bapak Dawoed. Sedangkan pembangunannya dilaksanakan oleh Hollandsche Beton Maarschapij. Arsitek dari gereja ini adalah J.H. van Oyen B.N.A.
Pada awal didirikan Gereja Santo Yusup memiliki ukuran panjang 36 meter, lebar 20 meter, dan ketinggian atap penaung di bagiang tengah 13 meter. Luas keseluruhan Gereja St. Yusup Bintaran kurang lebih 5/024 meter persegi.
Pembangunan gereja dilakukan pada tahun 1933-1934. Peresmian Gereja St. Yusup dilakukan pada tanggal 8 April 1934. Peresmian ditandai dengan perayaan misa ekaristi yang waktu dihadiri sekitar 1800 orang umat Katolik. Gereja diresmikan oleh Mgr. A. van Hoof, SJ., Vikaris Apostolik didampingi oleh Rama van Kalken, SJ., Kepala Misi Jesuit di Jawa dan Rama G. Riestra, SJ., Pastur Kepala di Yogyakarta. Pastur pertama yang bertugas di Paroki Binataran adalah Rama A. de Kuijper, SJ. dibantu oleh Rama Al. Soegijapranata, SJ.
Gereja ini telahmengalami renovasi pada tahun 2007 (pasca gempa, 27 Mei 2006). Renovasi selesai pada tahun 2010. Purna renovasi kemudian dilakukan peresmian oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X. Peresmian tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2010.
Pada masa awal, ruang di bagian depan gereja (dekat altar) diisi dengan tikar. Sedangkan bagian belakang diisi dengan bangku-bangku. Hal ini terjadi karena masyarakat Jawa waktu itu (tahun 1930-an) belum terbiasa duduk di kursi. Jadi tikar memang lebih diperuntukkan bagi umat Katolik Jawa, sementara bangku lebih diperuntukkan untuk umat Katolik dari bangsa Eropa.
Gereja St. Yusup Bintaran memiliki gaya arsitektur yang berbeda dengan gereja-gereja lainnya. Gereja ini secara keseluruhan memiliki bangun seperti pedati. Gaya atap dari bangunan gereja ini sangat menegaskan akan hal itu. Lubang-lubang angin (ventilasi) di dalam ruang gereja juga memiliki bentuk yang unik, yakni berbentuk bunga mawar. Hal demikian dimaksudkan sebagai lambang dari Bunda Maria karena dalam tradisi gereja Katolik Bunda Maria memang sering dilambangkan sebagai bunga mawar tak berduri. Jumlah ventilasi berbentuk bunga mawar ini juga sama dengan jumlah manik-manik dalam rosario. Menurut Rama Paroki Bintaran, Rama E.G. Willem Pau, Pr. (51) arsitektur yang mirip dengan Gereja St. Yusup di Bintaran ini hanya ada tiga di dunia. Satu di Yogyakarta, dua lainnya berada di Eropa.
Pada perkembangannya oleh karena factor keunikan, ketuaan, dan karena andilnya yang cukup penting dalam perjalanan sejarah bangsa, Gereja Santo Yusup Bintaran ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya. Penetapan ini disyahkan melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM. 25/PW.007?MKP/2007.
bersambung
a.sartono
Artikel Lainnya :
- 29 Maret 2010, Klangenan - 2000 IKLAN SEPANJANG 1 KM(29/03)
- Lomba Bahasa dan Sastra Jawa(02/05)
- 21 Juni 2010, Kabar Anyar - Perumpamaan Biji Padi(21/06)
- Maudy Koesnadi Menggali Akar Budaya Negeri (01/12)
- PEMENTASAN TEATER DAN TARI DALAM APRESIASI TARI Tembi 2011(23/07)
- Festival Upacara Adat DI. Yogyakarta(04/10)
- GADIS JAWA PEMETIK PADI, 1935(24/10)
- MONUMEN DI JOGJA RIWAYATMU KINI(23/02)
- Profil Pangeran Diponegoro Dalam Busana yang Berbeda, 1807(13/03)
- 7 Januari 2011, Figur Wayang - Pada Suatu Saat …(07/01)