Panggung Krapyak Sebagai Penanda Lalu Lintas

Panggung Krapyak Sebagai Penanda Lalu Lintas

Di Yogya terdapat banyak bangunan yang memiliki sejarah, karena itu dijaga kelestariannya. Bangunan itu termasuk heritage. Salah satu bangunan yang bernilai sejarah itu dikenal dengan nama panggung Krapyak, karena letaknya memang di kampung Krapyak. Panggung ini dibangun ketika Sultan Hamengku Buwana bertahta antara 13 Februari 1755 sampai 24 Maret 1792. Tentulah, ketika panggung Krapyak ini dibangun, wilayah sekitarnya masih berupa hutan, dan karena itu tempatnya jauh dari kota kerajaan. Kisah cerita yang kita dengar, panggung Krapyak ini sebagai tempat berburu Raja, atau setidaknya keluarga Kraton.

Bangunan itu sekarang masih berdiri, pastilah fungsinya sudah lain, tidak lagi untuk tempat berburu. Apalagi lokasi di mana panggung Krapyak berdiri bukan lagi hutan, melainkan perkampungan. Yang bisa dilihat, panggung Krapyak sekaligus dipakai untuk penanda lalu lintas yang melawati sekitar panggung Krapyak. Karena lalu lintas di Yogya sudah mulai padat, termasuk di wilayah Krapyak, yang tidak jauh dari ring road selatan, lalu lintas dari empat arah: utara,selatan,barat dan timur melewati panggung Krapyak.

Sekitar 30 tahun lalu, lalu lintas yang hendak melewati sekitar panggung Krapyak bisa mengitari panggung sesukanya, misalnya dari arah utara bisa belok ke barat, untuk kemudian melaju ke selatan. Sekarang, hal seperti itu tidak bisa lagi. Kendaraan dari arah utara yang hendak ke barat harus memutar melewati sisi timur panggung Krapyak, setelah itu bisa melaju ke barat. Kendaraan yang dari selatan hendak ke utara haru melewati sisi barat panggung Krapyak, dan jika dari selatan hendak ke timur, harus memutarai panggung Krapyak, demikian juga kendaraan dari arah timur yang hendak menuju ke utara harus memutari sisi selatan panggung Krapyak. Tidak bisa langsung dari arah timut langsung ke kanan menuju ke arah utara. Kendaraan dari barat yang menuju ke arah selatan harus memutari panggung Krapyak dari sisi utara. Hanya saja, kendaraan dari arah timur, jika hendak ke arah selatan tinggal belok kiri, lurus sekitar 200 meter sudah sampai ring road selatan.

Panggung Krapyak Sebagai Penanda Lalu Lintas

Setiap pagi, lalu lintas di sekitar panggung Krapyak cukup ramai. Kendaraan kebanyakan melaju ke arah utara. Karena itu, hampir dalam hitungan menit selalu saja ada kendaraan yang mengitari panggung Krapyak. Karena sudah diberi tanda lalu lintas, sehingga pengguna jalan tahu, arah nama yang diambil jika melewati panggung Krapyak.

Tembi, Senin (30/7) lalu, dan hampir setiap pagi sebelum jarum jam menunjuk angka 7 melewati dan mengitari panggung Krapyak. Kendaraan yang hendak ke arah utara mengitari panggung Krapyak, jalurnya untuk menuju kea rah utara keluar dari sisi barat panggung Krapyak. Dari pojok sebelah utara, Tembi memperhatikan satu dua kendaraan yang lewat dan membidiknya melalui kamera digitital: klik!

Panggung Krapayak, yang memiliki nilai sejarah dan kadang dikunjungi turis, sekaligus bisa sebagai penanda lalu lintas. Tanpa perlu ada lampu merah, panggung Krapyak dan tanda-tanda yang ada di panggung Krapyak telah mengarahkan pengguna jalan untuk mengikutinya.

Dulu, kapan bermain ke panggung Krapyak bisa masuk didalamnya, karena memang tidak ada pintunya. Orang bisa keluar masuk dari pintu arah selatan, utara, timur maupun barat. Tetapi, sekarang pintu besi dipasang pada empat titik pintu, sehingga tidak bisa dengan mudah memasuki panggung Krapyak.

Tentu, tidak hanya panggung Krapyak, sebagai bangunan yang memimiki nilai historis, dan letaknya ditengah persimpangan jalan, yang dipakai sebagai penanda lalu lintas. Satu bangunan lain, Gardu listrik, yang letaknya di jalan Abubakar Ali, jalan utama menuju kawasan Malioboro, sekaligus sebagai penanda lalu lintas, dan malah di didindingnya ada gambar mural, sehingga memberi keindahan tersendiri pada bangunan heritage itu.

Panggung Krapyak Sebagai Penanda Lalu Lintas

Kita tahu, sesungguhnya, bangunan bernilai sejarah, memberi tanda pada produk kebudayaan pada masa lampau.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta