- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»UPACARA BERSIH DUSUN DI PURWODADI, TEPUS, GUNUNG KIDUL
01 Jan 2008 04:50:00Yogyamu
UPACARA BERSIH DUSUN DI PURWODADI, TEPUS, GUNUNG KIDUL
Upacara bersih desa merupakan upacara yang lazim dilaksanakan di berbagai desa di Jawa. Bersih desa atau bersih dusun biasanya dilakukan sebagai bentuk pembenahan dan pembersihan wilayah setempat secara fisik maupun batin. Pembenahan secara fisik tersebut biasanya dilakukan dengan cara menyapu, mencabuti rumput, membenahi pagar, pembuatan gapura, pemotongan berbagai dahan yang dirasa mengganggu, pengurasan sendang atau telaga, dan seterusnya.
Pembersihan secara batin biasanya dilakukan dengan mengadakan doa-doa secara bersama. Baik itu dalam wujud pengajian, shalawatan, doa di tempat-tempat yang dianggap penting atau keramat, upacara kendurian, dan sebagainya.
Salah satu dusun di wilayah Kecamaan Tepus, Gunung Kidul pada tanggal 22-23 melakukan serangkaian upacara merti dusun. Dusun-dusun yang melakukan hal itu meliputi Dusun Jimatan, Dusun Gerotan, Dusun Brongkol, dan Dusun Kenis. Keempat dusun ini merupakan dusun-dusun yang tergabung dalam wilayah administrtatif Kalurahan atau Desa Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul.
Upacara Bersih Desa di wilayah tersebut dipusatkan di rumah Kadus Dusun Gerotan yang berbatasan langsung dengan Dusun Jimatan. Di rumah Kadus Supriyanto (26) inilah upacara kenduri dilakukan. Sebelum upacara kenduri yang disebut sebagai Masang di rumah Kadus ini dimulai, Kadus setempat biasanya akan memaparkan tentang sejarah terjadinya dusun setempat. Pemaparan ini biasanya juga akan diperkuat dengan pemaparan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dusun setempat. Apabila pemaparan tentang sejarah atau asal-usul terjadinya dusun tersebut selesai, maka acara dilanjutkan dengan upacara kenduri.
Upacara kenduri dipimpin oleh rois setempat yang bernama Wasto Diono (57). Kenduri dilakukan dengan pembacaan doa-doa. Doa-doa itu umumnya berisi permohonan dan ucapan syukur atas segala karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi dusun setempat sehingga dusun setempat aman, tenteram, dan makmur. Kecuali itu permohonan-permohonan juga dipanjatkan agar dusun setempat selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Demikian juga agar semua leluhur dusun atau desa diampuni segala dosanya dan arwahnya segera diterima di sisi-Nya.
Umumnya warga juga berharap agar semua leluhur dusun/desa ikut mendoakan mereka (warga) agar warga terhindar dari segala gangguan, khususnya gangguan yang bersifat gaib. Warga menganggap bahwa leluhur dusun perlu mendapatkan tempat yang tinggi di atas mereka, sehingga kemudian peninggalan mereka dianggap sebagai sesuatu yang perlu dihormati juga. Salah satu tempat atau petilasan leluhur setempat yang sampai saat ini masih dikeramatkan adalah sebuah pohon serut yang keletakannya berada di kaki sebuah bukit di sisi timur rumah Kadus Gerotan (tempat pelaksanaan kenduri).
Pohon serut ini dulunya tumbuh tinggi dan besar namun sekarang pohon yang besar itu telah tumbang. Hanya anak pohon serut itulah yang masih hidup dan dirawat oleh penduduk hingga sekarang. Pohon serut ini dianggap sebagai salah satu peninggalan leluhur atau cikal bakal dusun setempat.
Kompleks dipohon serut inilah tepat yang pertama kali dibersihkan oleh warga sekitar sebelum memulai segala aktivitas Upacara Bersih Dusun atau Rasulan Dusun. Purna pembenahan dan pembersihan tempat tersebut barulah kenduri dilakukan. Setelah kenduri selesai, warga kemudian berbondong-bondong kembali ke kompleks pohon serut dengan dipimpin Rois dan berdoa kembali di tempat itu sambil memberikan sebagian nasi kenduri di tempat itu.
Apabila semuanya sudah selesai, maka acara kesenian pun digelar dengan mengambil tempat di Balai Padukuhan Brongkol, Purwodadi. Pada acara kesenian ini biasanya warga setempat akan berbondong-bondong menonton sambil berbelanja sebab di seputaran lokasi pentas biasanya akan terdapat banyak pedagang yang menjajakan dagangannya. Pentas kesenian yang hampir tidak pernah ketinggalan dipergelarkan adalah jenis kesenian Reog atau Jatilan, Shalawatan, Ketoprak, atau Wayang Kulit. Sedangkan kesenian-kesenian jenis lain biasanya merupakan kesenian pelengkap dari seluruh rangkaian kesenian itu. Alhasil, Rasulan atau Bersih Dusun tersebut juga merupakan arena pesta bagi rakyat.
Tim Tembi: Agus Doni P, Sartono
Artikel Lainnya :
- GUDEG NGGENENG(19/05)
- Peperangan Kerajaan di Nusantara. Penelusuran Kepustakaan Sejarah(30/06)
- Peroempamaan Melajoe(08/01)
- 20 September 2010, Klangenan - WARGA SAMPAH MENCARI NEGARA SEJAHTERA(20/09)
- Menyerap Spirit Energi Positif dari Jogja Dragon Festival II(08/03)
- Siti karo Slamet. Jilid 1(16/05)
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(11/10)
- LESUNG DAN ALU TEMPO DULU(25/11)
- 10 Desember 2010, Pasinaon basa Jawa - APA BENER DIY MONARKI? (10/12)
- DOLANAN GAJAH TELENA (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-32)(18/05)