Tembi

Berita-budaya»MUDIK JOGJA LENGANG DAN PADAT

05 Sep 2011 08:33:00

MUDIK JOGJA: LENGANG DAN PADATPada hari-hari biasa, jalan-jalan di Yogya macet. Penuh sesak kendaraan. Bahkan, hampir-hampir tak ada ruang kosong jalan-jalan di Yogya. Sepeda motor dan mobil telah memenuhi badan-badan jalan. Arah lintas jalan Gondomanan sampai jalan Suryotmo tidak pernah sepi. Selalu padat. Lampu merah Abubakar Ali dari utara atau dari timur, tak ada tempat untuk berhenti. Apalagi bawah jembatan kewek yang lagi ada pembangunan, kemacetan tidak bisa dihindari. Sepanjang jalan Affandi sampai perempatan ring road Condong Catur sesak kendaraan. Jalan Colombo selalu padat kendaraan. Ramai.

Tapi pada hari dua, atau juga hari tiga lebaran sampai hari keempat, jalan-jalan yang biasanya ramai dan padat kendaraan menjadi lengang. Kendaraan bisa melaju sendirian, kalaupun disusul kendaraan lain jaraknya cukup jauh. Bahkan, dalam jarak seratus meter lebih, baru ada kendaraan lain menyuusul. Selebihnya kendaraan melaju sendirian.

Suasana jalan-jalan di Yogya pada lebaran tahun 2011 mengingatkan Yogya pada tahun 1970-an yang masih jarang kendaraan sehingga jalan-jalan menjadi lengang. Orang menjadi merasa nikmat berjalan kaki. Ruas-ruas jalan di Yogya yang biasanya padat kendaraan, kelihatan lengang. Bahkan lampu merah yang biasanya memperlihatkan kendaraan antri menunggu lampu hijau, seperti dipertigaan jalan Affandi, tak satupun ada kendaraan menunggu, padahal siang hari, ruang jalan itu biasanya, di lampu merah deretan kendaraan antri untuk menunggu lampu hijau.MUDIK JOGJA: LENGANG DAN PADAT

Kota Yogya seperti kembali pada 40 tahun yang lalu. Lengang. Hanya sedikit kendaraan yang lewat. Badan jalan yang sudah diperlebar, berbeda dari badan jalan tahun 1970-an yang kecil, sehingga suasana sekarang melihat badan jalan yang lebar dan hanya beberapa biji kendaraan lewat, menjadi terasa betapa Yogya, sesungguhnya tidak terlalu kecil untuk dihuni.

Lebaran di Yogya tahun 2011 ini, pada beberapa dua-tiga hari lebaran, ruas-ruas jalan tidak seperti lebaran pada tahun sebelumnya, yang tidak sepi. Penuh kendaraan dari luar kota. Namun bukan berarti dibagian lain diwilayah Yogya tidak ada yang macet. Untuk kawasan wilayah kota Yogya memang jalan-jalan kelihatan lengang, tetapi jalan arah menuju tempat wisata pantai tidak lengang, bahkan antreannya panjang tidak seperti biasanya. Kendaraan bermotor juga banyak yang melaju secara bersamaan.

Lintas jalan Parangtritis, malam pada tanggal 31 Agustus sudah kelihatan ramai. Antreannya cukup panjang, Mobil dan sepeda motor sama-sama memadati badan jalan. Pagi-siang, Kamis 1 September 2011, padat kendaraan sudah mulai terasa. Orang-orang bergegas dan berebut untuk melaju ke depan dan tujuannya, mungkin sama, ialah pantai Parangtritis.

Barangkali, sejMUDIK JOGJA: LENGANG DAN PADATenak warga mudik belum ‘menghuni’ kota Yogya, sehingga jalannya masih lengang. Siang pada tanggal 31 Agustus 2011 saat lebaran berlangsung, kawasan Malioboro tidak padat, meski banyak kendaraan lewat, tetapi jaraknya tidak berdekatan seperti hari-hari biasanya, sehingga masih masuk dalam kategori lengang. Bayangkan, Malioboro lengang. Padahal, pada hari itu, warung-warung lesehan di trotoar Malioboro sudah siap menunggu tamu untuk datang.

Malam Padat Merayap

Barangkali siang masih melakukan kunjungan pada handai taulan sehingga belum ada waktu untuk memasuki kota Yogya. Tetapi malam harinya, pada Kamis malam 1 September, jalan masuk kota sudah mulai padat. Sepertinya semua kendaraan hendak masuk ‘tengah’ kota Yogyakarta. Jalur lintas samsat ke utara dan ke barat padat. Kamacetannya cukup panjang. Jalan masuk ke kawasan Malioboro melalui pasar kembang dan Gowongan ditutup, sehingga semua kendaraan yang masuk ke Malioboro dari utara diarahkan melalui tugu ke selatan. Tentu saja, tugu dari arah barat jalan Diponegoro mengalami kemacetan dan tugu dari arah timur jalan Jendral Sudirman-Gondolayu juga padat. Beberapa ruas jalan yang potensial membuat kemaecatan arahnya diatur sehingga bisa mengurangi kemacetan. Jalan Magelang sampai perempatan Pingit, Kamis malam itu urutan berhenti di lampu merah cukup panjang. Dari jalur ini, bergerak ke selatan atau ke timur akanMUDIK JOGJA: LENGANG DAN PADATmenemukan kemacetan. Pilihan untuk tidak macet hanya perempat Pingit ke barat: tapi mau kemana dari Pingit ke Barat?

Lintas jalan Wates juga padat. Lalu lintasnya kencang sehingga seperti tidak memberi kemungkinan pada kendaraan lain yang hendak keluar dari jalan-jalan kampung menuju jalur lintas di jalan Wates. Semua kendaraan bergerak ingin mendahului.

Malam hari, sampai Jum’at 2 September, Yogya telah ‘berubah’ sebagai ‘kota mudik’ yang padat kendaraan, sepeda motor maupun mobil. Nomor-nomor kendaraan luar kota mudah sekali dilihat. Semuanya seperti memiliki keinginan yang sama: masuk di ‘tengah kota’ dalam hal ini kawasan Malioboro.

Ruas-ruas jalan yang pada hari-hari biasa padat, seperti jalan Kleringan, Abubakarali, Gondomanan, Pangeran Mangkubumi, Malioboro , Suryotomo, pada hari-hari mudik ini semakin tambah padat. Selain semuanya seperti hendak menuju ‘tengah kota’. Pada sisi yang lain, mereka juga ingin menikmati Yogya malam hari.

Pendek kata, ruas jalan dari arah luar kota Yogya, misalnya dari Bantul dan ruas lainnya, yang menuju ‘tengah’ kota Yogya, padat merayap dan semakin ‘sesak’ begitu memasuki ‘pintu tengah kota’ Yogyakarta.

Selama situasi mudik, setidaknya beberapa hari ini, warga Yogya bisa melihat ‘kenyataan sosial’ yang menggetarkan.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta