Kembang Api Menjamur di Kala Lebaran

Kembang Api Menjamur di Kala Lebaran

Lebaran sebentar lagi tiba. Sudah menjadi tradisi, ketika Lebaran tiba, para penjual kembang api mulai menjamur di berbagai tempat strategis, tidak terkecuali di jalan-jalan protokol di Bantul dan sekitarnya, termasuk di wilayah Yogyakarta, Sleman, dan semua wilayah di Indonesia. Di jalan-jalan protokol di Bantul saja seperti di Jalan Bantul, tidak kurang dari 20 penjual yang menjajakan kembang api. Demikian pula yang ada di Jalan Parangtritis dan lainnya.

Tembi juga menemui hal serupa ketika melewati Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Di sekeliling alun-alun, kebanyakan di sisi utara, para penjual kembang api berderet-deret menunggu pembeli. Kebanyakan yang dijual sama, jenis kembang api. Begitu pula di berbagai jalan di kota Yogyakarta juga mudah ditemui penjual kembang api. Bahkan di pasar-pasar tiban dan kampung Ramadhan, seperti di Jogokaryan, Nitikan, Kauman, dan lainnya juga ditemui penjual kembang api.

Kembang Api Menjamur di Kala Lebaran

Eko Mei (27) adalah salah satu penjual kembang api yang mangkal di depan Pasar Bantul. Ia telah berjualan kembang api sejak gempa bumi melanda Bantul, 2006 silam. Ia berjualan mulai menjelang bulan Ramadhan atau bulan Puasa hingga Lebaran tiba. Menurutnya, yang dijual bersama teman-temannya di sekitar Pasar Bantul adalah jenis kembang api. Tidak ada satupun ia menjual jenis mercon, kecuali mercon banting sebesar sedotan, karena selain jenis itu dilarang oleh polisi. “Kalau mercon banting ini boleh, karena tidak berbahaya”, demikian pengakuannya ketika ditemui Tembi. Bahkan setiap seminggu sekali, polisi rutin mengontrol para penjual kembang api, siapa tahu berjualan mercon.

Masih menurut pengakuannya, berbagai jenis kembang api yang dijual, seperti gangsing, air mancur, asap, sos, kembang api, dan mercon banting. Harganya pun bervariasi. Setiap jenisnya ada yang berharga mulai dari Rp 500 hingga Rp 25.000. Dari sekian jenis kembang api tersebut, menurut pengakuannya yang paling laris adalah jenis air mancur, karena lebih menarik bagi anak-anak. Sementara berkaitan dengan omset setiap hari tidak kurang dari Rp 300.000 hingga Rp 500.000.

Kembang Api Menjamur di Kala Lebaran

Saat Tembi mengunjungi lapaknya yang berada tepat di samping pintu masuk utama Pasar Bantul, pria yang bertempat tinggal di Trirenggo, Bantul kota ini mengatakan bahwa setiap hari buka mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Hari-hari ramai jika pas tanggal merah atau liburan sekolah. Puncak omset penjualan ketika Lebaran tiba. Seperti pedagang lainnya, ia membayar retribusi sebesar Rp 1.000 perhari ke pengelola pasar setempat. Jika ada jenis dagangannya yang habis, ia bersama teman-temannya biasa kulakan di tempat Ibu Ayem beralamat di Jalan Kyai Mojo Yogyakarta. “Ya tidak mesti Mas, kadang seminggu sekali, kadang lima hari sekali”, demikian akunya.

Apa yang dilakukan oleh Eko dan teman-temannya adalah menangkap peluang bisnis yang selalu mentradisi di setiap bulan Puasa dan Lebaran. Selain untuk mengais rezeki, juga menjadi hiburan bagi anak-anak yang merayakan Lebaran. Walaupun saat ini, keberadaan mercon sudah jauh berkurang –karena dilarang negara—namun tradisi menyalakan kembang api tetap terus berjalan setiap menjelang Lebaran, mengiringi keberadaan anak-anak yang merayakannya. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain, yang menyebabkan penjual kembang api menjamur di mana-mana, menunggu anak-anak membeli dagangannya.

Kembang Api Menjamur di Kala Lebaran

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta