DOLANAN GENDIRAN-2
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-70)

DOLANAN GENDIRAN-2Dolanan gendiran biasanya dimainkan di halaman rumah atau kebun belakang rumah yang masih alami, tanah datar. Sangat tidak mungkin dimainkan di lantai ubin atau keramik, karena harus ada bagian tanah yang dilubangi (istilah Jawa: didhekoki). Sebisa mungkin, kanan kiri tempat bermain masih ada tanah lapang, sehingga pemain leluasa bermain. Selain itu, sebaiknya di kanan kiri tempat bermain juga dengan suasana teduh, banyak pohon, sehingga anak-anak lebih nyaman bermain. Sementara itu, dolanan ini lebih sering dimainkan pada hari yang terang, bisa pagi, siang, atau sore hari. Sangat jarang dimainkan pada malam hari, kecuali terang bulan.

Anak-anak yang hendak bermain, misalkan ada 5 anak, pemain A, B, C, D, dan E harus segera berkumpul di tempat bermain. Sebelumnya, setiap anak, minimal membawa 1 kelereng sebagai gacuk. Boleh membawa kelerengDOLANAN GENDIRAN-2cadangan untuk ganti gacuk. Salah satu anak selanjutnya membuat lubang di tanah dengan menggunakan batu. Batu tersebut dipukul-pukulkan ke tanah, sehingga ada bagian tanah yang cekung (dhekok). Cekungan tersebut dibuat sedalam 3—5 cm dengan diameter sekitar 5—7 cm. Cekungan tanah itu dibuat agak ke tepi, sehingga masih ada tempat untuk start bermain. Jarak garis uncal dengan lubang gendiran sekitar 5—7 meter.

Setelah jadi semuanya, kelima anak menyepakati beberapa aturan tidak tertulis, misalkan: 1) kelereng terdekat dengan lubang bermain lebih dulu; 2) cara memasukkan kelereng setelah dilempar dari garis uncal tidak boleh dilempar, tetapi harus dengan cara disentil; 3) setiap pemain setelah giliran kedua main boleh mengenai gacuk pemain lawan yang ada di dekatnya agar jauh dari lubang gendiran; 4) pemain terakhir yang belum memasukkan gacuk ke lubang gendiran, dianggap sebagai pemain kalah; 5) setiap pemain menang, berhakDOLANAN GENDIRAN-2menggendir pemain kalah dengan sejumlah kelereng dari semua pemain.

Permainan diawali dari garis lempar. Setiap anak membawa sebuah gacuk, kemudian dilempar ke arah lubang gendiran. Pemain yang kelerengnya terdekat dengan lubang gendiran, berhak bermain duluan, misalkan dengan urutan pemain A,B,C,D, dan E. Pada langkah pertama, ternyata pemain A belum bisa memasukkan kelerengnya ke lubang gendiran, tetapi malah melewati lubang gendiran. Maka dilanjutkan dengan pemain B. Ternyata pemain B juga belum bisa memasukkan gacuk ke lubang gendiran. Justru gacuk pemain B mendekati gacuk pemain A. Maka dilanjutkan dengan pemain C. Ternyata sekali sentil, gacuk pemain C langsung masuk lubang gendiran. Maka pemain C sudah dianggap menang atau mentas. Kemudian dilanjutkan pemain D dan E. Jika gacuk kedua pemain belum masuk lubang gendiran, maka permainanDOLANAN GENDIRAN-2diawali lagi dari pemain A. Ternyata pemain A tidak memasukkan gacuknya ke lubang, tetapi justru menembak gacuk pemain B. Dan ternyata kena dan gacuk pemain B menjauh dari lubang. Maka selanjutnya pemain B menyentil gacuknya ke arah lubang dari tempat terakhir gacuk ditembak pemain A. Demikian seterusnya.

Apabila ternyata dalam permainan itu, yang terakhir memasukkan gacuk adalah pemain D, maka ia dianggap pemain dadi atau kalah. Selanjutnya salah satu kakinya diletakkan di atas lubang gendiran. Sementara itu pemain C mulai membawa 5 gacuk dari semua pemain. Satu persatu dijatuhkan dari atas ditujukan ke ruas jari kaki pemain kalah yang dipasang di atas lubang gendiran. Boleh dikenakan pada jari jempol, atau jari-jari lainnya. Setelah selesai, dilanjutkan pemain mentas kedua, misalkan pemain A. Ia memunguti 5 gacuk yang telah dijatuhkan pemain C.DOLANAN GENDIRAN-2Sama seperti pemain C, ia mulai menjatuhkan satu persatu gacuk dikenakan pada jari-jari pemain kalah. Terkadang pemain kalah akan menyeringai, jika kelereng yang dijatuhkan mengenai ruas jari kaki, karena terasa sakit. Tetapi pemain kalah biasanya takut menangis, karena malu jika diolok-olok. Setelah semua pemain menang menghukum pemain kalah, maka permainan dimulai lagi dari awal. Demikian seterusnya permainan gendiran dijalankan. Jika anak merasa lelah, bisa saja dibubarkan, sesuai dengan kesepakatan semua pemain.

Demikianlah permainan gendiran yang sangat seru dimainkan oleh anak-anak di waktu senggang untuk menghibur diri sekaligus bersosialisasi dengan teman sebaya.

Suwandi

Sumber: Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Groningen, Batavia: JB. Wolters’ Uitgevers Maatscappij NV dan Pengalaman




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta