DOLANAN BÉNGKAT-3
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-69)
Untuk merobohkan tiga bendha gasangan, setiap bendha pentasan (gacuk) dibengkatkan dua kali. Bisa pula, setelah dapat merobohkan bendha gasangan yang pertama, kemudian bendha pentasan dibengkatkan lagi untuk bisa merobohkan bendha gasangan lainnya dengan sebelumnya mengatakan “mblandari”. Bila mengenai bendha gasangan kedua dan dapat roboh, kemudian ingin meneruskan merobohkan bendha gasangan yang ketiga, maka kembali mengatakan “mrantasi”. Apabila ketiga bendha gasangan sudah bisa dirobohkan, maka kelompok main dianggap menang dan mendapatkan nilai. Kelompok ini berhak main lagi dan diawali dari garis pentasan. Sementara pemain kalah menggasang lagi ketiga bendha gasangan yang telah roboh di tempat robohnya masing-masing bendha gasangan. Jadi tidak ditempatkan di garis gasangan seperti semula, tetapi sudah berpindah ke tempat terakhir robohnya bendha gasangan. Demikian seterusnya permainan berlangsung. Namun apabila pada permainan kedua kelompok menang tidak dapat merobohkan ketiga bendha gasangan, maka permainan bertukar. Kelompok pemain menang menjadi kelompok nggasang, sementara kelompok nggasang menjadi kelompok yang main.
Biasanya pemain mentas (menang) membengkat bendhanya dari pentasan ke arah bendha gasangan sering diikuti perkataan “gul bali umpuk mbacut”. Namun, kadang-kadang pula pemain menang tidak sabaran. Ketika bendha gasangan belum didirikan semua, misalkan baru ada dua yang tergasang (didirikan tegak), pemain menang sudah keburu membengkat. Maka pemain menang biasanya harus terlebih dahulu mengatakan “ora kanti ngenteni gasangan siji, gul bali umpuk mbacut”.
Dalam permainan béngkat ini ada istilah umpuk. Umpuk maksudnya tabungan sawah pada permainan. Seorang pemain mendapatkan umpuk, apabila: 1) bendha yang dibengkat dari pentasan dapat merobohkan gasangan secara langsung. Dalam hal ini pemain mendapat satu umpuk. 2) bendha yang dibengkat dari pentasan juga langsung mengenai bendha gasangan lainnya, maka pemain mendapatkan nilai tiga umpuk. 3) bendha gasangan yang dirobohkan jatuhnya sampai pada pentasan, atau jaraknya dari garis pentasan sejauh tiga pecak (kaki) atau kurang. Ini disebut kentas dan diwajibkan nuju umpuk. Nilai tiga umpuk.
Apa manfaat umpuk? Manfaatnya, apabila pemain memiliki umpuk, padahal usaha untuk merobohkan ketiga bendha gasangan tidak berhasil, maka agar tidak mati dapat dilakukan dengan cara nuju umpuk.
Bagaimana cara “nuju umpuk”? Ketiga gasangan disusun di tempat yang agak cekung (lekukan) di bawah sumbul. Sumbul adalah letak teratas bendha gasangan pada awal permainan (lihat ulasan sebelumnya). Kemudian dituju atau dibengkat dengan ketiga bendha pentasan. Bila ketiga bendha pentasan telah habis dilemparkan, berarti telah habis satu umpuk. Dalam hal ini pemain menang berusaha agar bendha gasangan dapat tayar atau tercerai-berai. Kalau bisa mencerai-beraikan, maka pemain menang atau “mentas” tidak jadi mati. Bila umpuknya (tabungan sawah) ada tiga, dan baru umpuk sekali sudah berhasil tayar, maka masih ngendhog (menyimpan satu umpuk). Sedangkan bila tidak berhasil tayar maka mati, dan berganti menggasang.
bersambung
Suwandi
Sumber: Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Groningen, Batavia: JB. Wolters’ Uitgevers Maatscappij NV dan Permainan Tradisional Jawa, Sukriman Dharmamulya, dkk, 2004, Yogyakarta, Kepel Press
Artikel Lainnya :
- BABU DAN BALITA BULE(18/08)
- 20 Desember 2010, Kabar Anyar - LEMAHNYA PENGAMANAN MUSEUM SONOBUDOYO YOGYAKARTA(20/12)
- 14 Mei 2010, Figur Wayang - Pandhawa Papa(15/05)
- Sa'Unine Orchestra Masuk Kampus, Kenapa Tidak?(27/05)
- Daftar judul buku(18/12)
- DERMAGA WISATA GLAGAH, KULON PROGO OBWIS LAIN DI JOGJA(09/11)
- 4 April 2011, Kuliner - SAMBAL BELUT, TAHU CA SAWI DAN AYAM BAKAR(04/04)
- Daun Pintu yang Terbuka(23/07)
- 4 Februari 2010, Kabar Anyar - Pameran Senirupa Inventory Santri dan Seniman(04/02)
- Ketika Rakyat Bantul Membela Republik(12/09)