- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»DAN DUNIA ITUPUN DINIKAHINYA
15 Dec 2011 07:36:00Rasanya, ini bukan permintaan, melainkan ajakan. Menikahi dunia, yang terkadang tidak melihatnya sebagai satu bagian dari kehidupan. Komunitas difabel, yang tergabung dalam ‘diff.com’ melakukan pertunjukan, yang dikemas laiknya orang melakukan pesta pernikahan. Judul pertunjukkannya pun menunjukkan orang yang sedang punya hajat: Pernikahan.
Pesta ini dilakukan selama dua hari, 7-8 Desember lalu di Tembi Rumah Budaya. Pada pesta pertama yang mereka sebut sebagai pre wedding, laiknya orang punya hajat, diisi dengan melakukan pelatihan/workhsop membuat ‘othok-othok’ satu permainan anak tradisional yang sekarang, barangkali sudah dilupakan, dan anak-anak balita sekarang, boleh jadi tidak mengenali jenis permainan itu.
Workhsop pembuatan ‘othok-othok’’ diikuti oleh orang dewasa, yang ternyata juga kelihatan asing dalam proses pembuatan, tetapi semua kelihatan bersemangat mengikuti workshop, dan semua bisa menghasilkan permainan anak tradisional itu, dan segera untuk dibunyikan: othok…othok…othok…
Pada pesta akad nikah, dipertunjukkan suatu dramatisasi puisi yang mengetengahkan cerita ‘nota kesepahaman’. Para pemain penuh ekspresif, dankelihatan menjiwai peran yang diberikan. Didalam ruang tertutup, sebut saja ‘dunia yang terpisah’ mereka seperti hendak dijauhkan, atau malah menjauhkan diri dari ‘dunia’ yang menghidupi kehidupan. Mereka seperti terjebak, seolah ‘dibohongi’ untuk tenggelam dalam dunianya dan merenungi nasibnya, dan tidak perlu memasuki dunia lain yang lebih luas dan tidak menolak kehadirannya.
Dan akhirnya, mereka mengajak dunia untuk menikah. Keduanya saling berpadu untuk mengisi kehidupan, tidak membedakan dari yang lain. Perbedaan adalah anugareh, bukan musibah atau sumber masalah.
“Lalu di rentang bulan madu nanti, kekasih
pasti bersemi aneka bunga kesenyawaan
setelahnya, mungkin ada yang layu mati
demikian kita semai tunas-tunas berpuitik sari cinta
enggan lagi sesiapa mengusik
sebab tak ada lagi kau-kalian
tak ada lagi dia-mereka
yang ada
hanya
kita”
Begitulah ending puisi dari ‘nota kespahaman, untuk meminang ‘dunia’ agar bersatu, dan karena itu, setelahnya, hanya ada ‘kita’.
Pada resepsi pernikahan, keduanya telah menjadi ‘kita’. Karena itu, pestanya penuh kebahagiaan, tidak lupa ada pentas musik, tentu saja ada nyanyi-nyanyi. Warga dari ‘kita, dipersatukan, misalnya dengan dorprize, atau juga menikmati karya-kaeya dunia yang telah dijalani, misalnya dokumentasi foto pertunjukan, karya kerajinan dan lainnya. Pendekanya, dunia, dalam resepsi ini bukan sebagai sesuatu yang jauh, melainkan telah menyatu menjadi ‘kita’.
Justru yang ada hanyalah ‘kita’, maka, sebenarnya merupakan ajakan untuk tidak berhenti berkarya. Karena, dunia hanya akan memiliki makna, apabila orang yang ada didalamnya memaknai dan menghidupkan dunia itu. Akan menjadi masalah, apabila salah satu diantaranya ‘menggantungkan’ hidupnya dari dunia.
‘Pernikahan’ dari diff.com ini, agaknya adalah upaya untuk menunjukkan kepada ‘dunia’, bahwa komunitas mereka tidak berhenti berkarya, serta tidak hanya merenungi nasibnya. Mereka terus berusaha memaknai dunia, agar apa yang disebutnya sebagai ‘kita; akan memberi makna.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- Film Indonesia Dapat Sambutan Meriah Di Festival Film Locarno (15/08)
- 30 April 2010, Kabar Anyar - BELAJAR UNTUK MENJADI(30/04)
- Serat Sari Swara. Jilid 1(13/06)
Septian Dwi Cahyo Tak Ingin Disebut The Next Jubing(06/07) - 5 Januari 2011, Kabar Anyar - CHAIRIL ANWAR MENGHISAP PENSIL(05/01)
- FESTIVAL DALANG ANAK 2011(30/05)
- Batik Klasik, Classical Batik(18/07)
- YOGYA BUKAN LAGI KOTA SEPEDA(01/01)
- PRODUK-PRODUK BERNUANSA BATIK BATIK (11)(10/01)
- 24 Februari 2010, Perpustakaan - Direktori Seni Pertunjukan TRADISIONAL(24/02)