- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»BALI DI KANVAS BERATHA
26 Sep 2011 07:27:00Bali bukanlah wilayah asing. Wilayah ini dikenal luas di dunia. Bahkan, nama Bali lebih dikenal ketimbang negaranya, yakni Indonesia. Orang asing, barangkali bisa mengernyutkan dahi kapan mendengar nama Indonesia. Tetapi, kapan mendengar Bali, respon yang biasa muncul: ‘I know…’. Bali memiliki sejarah dalam pertumbuhannya, dan simbol-simbol produk budaya masa lalunya dijaga sehingga mengunjungi Bali sekaligus ‘mengunjungi’ masa lalu.
Seorang pelukis Bali dan sampai kini tinggal di Bali I Wayan Beratha Yasa namanya, sepertinya sengat ‘mencintai’ daerahnya. Bali, berikut obyek wisata yang ada disana seperti melekat dalam kesadarannya sehingga, sebagai pelukus, Beratha, tidak tega untuk ‘melupakan’ Bali di kanvasnya. Pada karya Baratha, yang dipamerkan di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta, 24 September-8Oktober 2001 dengan tajuk ‘Pentas Rupa, Baca dan Rasa’ seluruh karyanya menampilkan Bali.
Orang sudah tahu Bali, meski mungkin belum mengunjungi. Jadi, tahu Bali dalam pengertian mengenal nama Bali, dan setidaknyapernah melihat foto-foto mengenai Bali. Orang takjub terhadap Bali, sehingga orang asing bisa betah tinggal disana. Para turispun lebih memilih tinggal beberapa hari di Bali untuk menikmati alamnya yang mempesona.
Karya lukis Baratha menyajikan Bali sebagaimana orang bisa melihatnya di Bali, misalnya ‘Pura Tanah Lot’, atau ‘Pantai Kuta’, atau ‘Upacara Pengabenan’. Justru karena bukan fotografi, melainkan karya lukis, obyek wisata yang tampak pada karya Baratha memberikan imajinasi publik yang melihatnya. Apalagi pada setiap judul lukisannya oleh Baratha disertai narasi sejarah, sehingga orang tahu mengenai ‘sejarah’ lokasi wisata yang sedang dilihatnya. Misalnya, pada lukisan yang berjudul ‘Pura Tanah Lot’ narasi sejarah yang disertakan bisa dibaca berikut ini:
“Lokasi Tanah Lot berada di desa Braban, Kecamatan Kendiri, Kabupaten Tabanan (Bali). Pura yang dikelilingi lautan ini dari kota Denpasar ke arah barat jauhnya sekitar 18 km. Setiap hari obyek wisata andalan kabupaten Tabanan ini selalu padat dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut catatan sejarah Pura Tanah Lot didirikan pada tahun Caka 1411 (tahuh 1489 M) oleh Danghyang Nirartha yang berasal dari Tanah Jawa. Sebelum dibangun pura Danghyang Nirartha yang juga disebut Ida Pandanda Sakti Wawu rawuh dan bersemedi di atas batu yang dikelilingi lautan Samudra Indonesia. Warga desa disekitar Pura Tanah Lot sangat hormat dengan Danghyang Nirartha karena beliau sebagai penyebar agama Hindu saat itu. Karena beliau berpengaruh dan sakti, sebagai peringatan dan pertanda bakti maka warga nelayan di sana membangun pura di atas batu karang tersebut yang kini bernama Pura Luhur Tanah Lot yang upacara piodalannya setiap 6 bulan sakali”.
Upaya untuk menyertakan narasi-sejarah pada setiap judul karyanya, untuk member informasi pada publik sehingga ketika melihat satu lokasi obyek wisata dalam karya Baratha, orang bisa mendapat gambaran mengenai sejarah lokasi obyek wisata tersebut. Dalam konteks ini, lukisan karya Baratha tidak hanya indah sebagaimana imajinasi orang mengenai Bali, tetapi segaligus informatif. Pendkenya, lukisan Baratha indah dan informatif.
“Saya sengaja menyertakan teks sejarah pada setiap judul karya lukis saya supaya orang tahu sejarah obyek wisata yang saya lukis” ujar Baratha,
Berbagai macaam visual mengenai obyek wisata Bali termasuk panorama alam, bisa dilihat melalui karya-karya I Wayang Baratha Yasa yang di pamerkan di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta.
Visual tari Pendet, tari Legong atau juga Barong, semakin menegaskan bahwa Baratha masih tetap di Bali. Imajinasinya tidak ‘keluar’ dari Bali. Baratha sungguh-sungguh menvisualkan Bali secara ‘nyata’, laiknya karya fotografi. Dari segi teknis Baratha memang sudah mempunyai pengalaman sehingga goresan karyanya menunjukkan Baratha sudah lama bergelut dengan seni lukis.
Dari karya-karya yang dipamerkan di Tembi Rumah Budaya ini, setidaknya kita semakin yakin, bahwa Baratha masih tinggal di Bali dan tidak akan ‘meninggalkan’ Bali, meski hanya melalui karya lukisnya.
Baratha sungguh hidup di Bali sampai pada karya lukisnyapun tidak ‘meinggalkan’ Bali.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- Dimana ada sela di situ jadi jalan(03/08)
- 5 April 2010, Klangenan - APA KATA DUNIA(05/04)
- 23 Oktober 2010, Jaringan Museum - SENAM BARAHMUS DAN FESTIVAL MUSEUM 2010(23/10)
- 27 Oktober 2010, Perpustakaan - Oudheidkundig verslag(27/10)
- Kesenian Indonesia Purba. Zaman-zaman Djawa Tengah dan Djawa Timur (25/07)
- Denmas Bekel(12/11)
- Keruntuhan Hukum Akibat Tidak Adaptif(07/01)
- 30 Nopember 2010, Ensiklopedi - DOLANAN GOBAG GERIT(30/11)
- Gemah Ripah Loh Jinawi(24/07)
- 8 Desember 2010, Perpustakaan - Kongres Perempuan Pertama. Tinjauan Ulang(08/12)