Awak Redaksi Tembi.net Juara I Sayembara Penulisan Crita Cekak
Sastrawan Jawaumumnya berkarya bukan semata-mata untuk mengejar honorarium. Sebagai seniman mereka butuh eksistensi, butuh berekspresi. Selain itu, mereka merasa punya kepedulian besar terhadap kehidupan sastraJawa itu sendiri.
Serah terima surat keputusan dewan juri lomba cerkak majalah Praba
dari Romo Ign. Sukawalyana, Pr. kepada Drs. Yohanes Siyamta
Sastra Jawa(modern) mungkin memang tidak segegap gempita sastraIndonesia atau sastraasing. Kehidupan genre sastraJawa ini mungkin sama nasibnya dengan sastraNusantara lainnya (Batak, Sunda, Bali, dan sebagainya). Pengguna bahasa atau penutur bahasa lokal (Jawa) mungkin akan terus menyusut jumlahnya. Hal ini mengingat bahwa generasi muda Jawasendiri sekarang tampaknya semakin berjarak dengan bahasa ibunya, juga dengan kebudayaannya sendiri.
Betapa semakin sedikit generasi muda Jawayang bisa berbahasa Jawa, lebih-lebih krama dan krama inggil. Dalam kondisi demikian, produk sastraJawa menjadi hal yang tidak terhindarkan jika kemudian dijauhi generasi muda Jawa. Bagaimana mungkin mereka akan menikmati karya sastraJawa jika mereka sendiri tidak mampu menggunakan bahasa Jawa.
Di tengah kondisi demikian itu ternyata masih ada juga media-media berbahasa Jawayang terus hidup mengemban tugasnya. Dengan demikian, masih ada saja penulis-penulis sastraJawa yang juga terus berkarya. Penulis, jurnalis, atau sastrawan Jawaini tentu saja jumlahnya tidak sebesar sastraIndonesia. Umumnya para penulis sastraJawa menulis juga atau berkarya juga di luar itu. Beberapa penulis atau sastrawan Jawajuga menulis sastraIndonesia.
Umumnya penulis atau sastrawan Jawatidak bisa menggantungkan hidupnya dari dunia sastraJawa. Hal ini terjadi karena umumnya media sastraJawa (majalah/koran) belum mampu memberikan honor yang lumayan besar bagi penulisnya. Sekalipun demikian, sastrawan Jawaumumnya berkarya bukan semata-mata untuk mengejar honorarium. Sebagai seniman mereka butuh eksistensi, butuh berekspresi. Selain itu, mereka merasa punya kepedulian besar terhadap kehidupan sastraJawa itu sendiri. Kecintaannya pada dunia itu mungkin memang sulit diukur dengan sekadar honor yang habis untuk belanja rumah tangga sederhana selama sehari dua hari saja.
Pengumuman pemenang lomba cerkak majalah Praba
oleh Drs. Yohanes Siyamta
Untuk semakin menggairahkan kehidupan sastraJawa media-media cetak berbahasa Jawasemacam Djaka Lodang, Mekarsari, Praba, Jaya Baya, Panyebar Semangat, dan Sempulur menyediakan rubrik-rubrik sastra. Tidak jarang juga mereka menyelenggarakan lomba atau sayembara sastra.
Baru-baru ini Majalah Praba juga menyelenggarakan sayembara penulisan cerkak (cerita pendek berbahasa Jawa). Lomba yang dibuka sejak bulan Juli-Agustus 2013 ini berhasil menjaring penulis sebanyak 11 orang dengan jumlah karya yang masuk 14 judul. Sebelas orang penulis itu berasal dari Yogyakarta, JawaTengah, dan JawaBarat. Sebelas penulis itu terdiri dari lima orang laki-laki dan enam orang perempuan. Juri untuk lomba lukis ini terdiri dari Drs Yohanes Siyamta (Atma Jaya Yogyakarta), Drs Dhanu Priyo Prabowo (Balai Bahasa Yogyakarta), dan Drs Anton Suparnyo (FIB UNS Surakarta).
Pengumuman dan pemberian hadiah bagi pemenang lomba penulisan crita cekak ini dilakukan Senin, 9 September 2013 di Aula Gereja St. Yusup Bintaran, Yogyakarta. Dari lomba tersebut dihasilkan juara-juara sebagai berikut: Juara Harapan II Agus Mulyono WWA, dengan judul cerkak Tangan-tangan Katresnan (nilai 1.405), Juara Harapan I Drs. Aloysius Harnowo, dengan judul cerkak Rosario Ibu (nilai 1.455), Juara III Yul Sumaryanto, dengan judul cerkak Pangan Saka Swarga (nilai 1.525), Juara II St. Sumaryati, dengan judul cerkak Wahyu Tumurun (nilai 1605), Juara I Albertus Sartono (anggota redaksi tembi.net) dengan judul cerkak Dalan Sabrangan (nilai 1620).
Juara Harapan II mendapatkan hadiah uang tunai Rp 150.000, Harapan I Rp 200.000, Juara III Rp 300.000, Juara II Rp 400.000, dan Juara I Rp 500.000. Masing-masing pemenang juga mendapatkan sertifikat dan bingkisan dari majalah Praba. Diharapkan lomba semacam ini menjadi pemicu semangat berkarya bagi penulis, jurnalis, ataupun sastrawan Jawa.
Naskah & foto:A. Sartono
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- ‘Revolusi Kwek-Kwek’ di ‘Indonesia Raya’(12/09)
- Museum Tembi Bagikan Sega Wiwit dalam Karnaval Museum 2013(12/09)
- Mahasiswa Arsitektur Trisakti Jakarta Mampir di Tembi Rumah Budaya(10/09)
- Para Teman Mengenang Rama Kuntara di Tembi Rumah Budaya(10/09)
- Landung Simatupang Membaca Arjunawiwaha di Tembi Rumah Budaya(09/09)
- Kris, Ocha dan Nasar Membaca Puisi Karya Kuntara Wiryamartana di Tembi(06/09)
- Berlatih Jurnalisme Empati Secara Mudah & Gratis(05/09)
- Babad Wanamarta dan Kalpataru untuk Djoko Pekik(05/09)
‘Sri Mimpi Indonesia’, Karya Terbaik Guruh Soekarno Putra(04/09) - Sebuah Seminar dan Kongres Kebudayaan Rakyat Jogja Digelar di Bantul(03/09)