Tembi

Berita-budaya»66 TAHUN INDONESIA MERDEKA

15 Aug 2011 09:05:00

66 TAHUN INDONESIA MERDEKASetiap bulan Agustus kita selalu teringat akan hari Kemerdekaan Indonesia. Seluruh komponen bangsa, sampai tingkat RT tidak pernah sepi dari peringatan, walaupun sederhanana partisipasi masyarakat, tetapi menunjukkan bahwa rakyat Indonesia masih hirau akan peringatan kemerdekaan. Berbagai macam lomba, tidak pernah sepi, selalu saja diselenggarakan untuk menggairahkan semangat. Dari anak-anak sampai orang tua, ikut terlibat dalam bermacam lomba. Yang tak pernah ketinggalan lomba untuk anak-anak, bahkan juga untuk orang tua, adalah lomba mengambil uang logam yang ditancapkan pada buah semangka atau kates, dan buahnya sudah ditaburi arang. Cara mengambil buahnya tidak dengan tangan, melainkan digigit. Bisa dibayangkan gelak tawa tak bisa dihindari melihat wajahnya berlepotan arang.

Dari satu kampung ke kampung lainnya di seluruh Indonesia bisa dilihat bendera merah berkibar. Warga kampung menghias kampungnya dengan warna-warni, ada lampu hias segala. Warna merah putih pastilah tidak dilupakan. Disepanjang jalan, beberapa hari sebelum bulan Agustus sudah banyak penjual bendera merah putih, termasuk bendera merah putih kecil yang ditempelkan di kaca mobil Pendek kata, hari Kemerdekaan RI tidak akan lepas dari bendera merah putih.

Beberapa kali peringatan Kemerdekaan RI, setidaknya setelah rezim berganti, suasana pemerintahan yang penuh permasalahan mewarnai rakyat memperingati 17 Agustus. Namun seolah, gairah rakyat untuk berpartisipasi tidak surut, meski pemerintah dikepung banyak masalah. Yang paling parah dan tidak kunjung tuntas adalah masalah korupsi. Setiap tahun peringatan hari Kemerdakaan dirayakan, namun kasus-kasus korupsi belum pernah tuntas. Ada yang sudah dipenjarakan, namun ada juga yang belum, bahkan malah lari ke luar Indonesia.

Pada peringatan hari Kemerdekaan tahun 2011, usia Kemerdekaan genap 66 tahun. Pada usia ini, fenomena Nazarudin, orang yang diduga melakukan korupsi dan lari dari Indonesia sudah tertangkap. Artinya, suasana 66 tahun Indonesia merdeka diliputi kasus-kasus korupsi. Nazarudin hanyalah salah satu dari kasus korupsi yang belum terbongkar. Kasus Century, sampai hari ini belum selesai dan seolah malah mulai dilupakan.

Apakah momentum peringatan Kemerdekaan RI ini akan dijadikan untuk melakukan penegakkan hukum dengan salah satunya, membongkar kasus-kasus korupsi, siapapun orangnya? Rasanya, pertanyaan ini hanya tinggal pertanyaan, dan tidak mengusik para penegak hukum serta para pemegang kekuasaan.

Peringatan hari Kemerdekaan RI telah menjadi rutinitas. Ia bukan suatu momentum. Meskipun ketika Proklamasi dibacakan oleh Soekarno-Hatta untuk mewakili bangsa Indonesia adalah momentum upaya untuk menghapus penjajahan dari muka bumi. Tetapi, peringatan hari Kemerdekaan, oleh pemerintah tidak66 TAHUN INDONESIA MERDEKAberlandaskan dari semangat awalnya.

Sebagai warga bangsa, kita merasa trenyuh dan sedih. Pada usia Kemerdekaan 66 tahun, bangsa kita belum bisa ‘keluar’ dari kemiskinan. Belum bisa menegakkan keadilan. Belum bisa menghargai perbedaan. Belum tuntas, kalau tidak tepat disebut tidak mampu, mengurangi korupsi. Para elit politik malah saling berlomba melakukan korupsi. Lebih parah lagi, anak-anak muda yang dulunya anti korupsi, begitu masuk dilingkaran kekuasaan, bukannya memberi warna atau memperbaiki, malah mengikuti perilakunya. Politisi muda, dengan tenang dan tidak merasa bersalah, seperti halnya Nazaruddin misalnya, menyalah-gunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Pada perayaan kemerdakann RI ke 66 ini kita merasa sedih pada sebagian politisi muda, yang mestinya bisa membawa ‘angin perubahan’ malah tenggelam dalam arus lama, yang dulu ditentangnya. Sepertinya, gugatan yang dulu pernah dilakukan sekedar pertunjukkan, sehingga ketika ada kesempatan ‘masuk’, bukannya meneruskan ‘gugatannya’, malah ikut berakting. Berpolitik di negeri kita adalah kata lain dari akting, dengan ‘alur cerita’ yang ditapaki berupa kunker, pembelaan terhadap rakyat dan seterusnya. Bermain politik tidak ada bedanya bermain drama, hanya panggungnya yang berbeda.

Kita juga terheran-heran mendengar berita biaya pemulangan Nazaruddin ke Indonesia membutuhkan biaya sebesar Rp 4 milyar. Sementara kita tahu, warga masyarakat, dengan suka rela memberi sumbangan di kampungnya untuk merayakan hari Kemerdekaan RI. Anggap saja, penangkapan Nazaruddin sebagai ‘hadiah’ untuk Kemerdekaan RI agar jaringan korupsinya terbongkar, tetapi biaya pemulangannya, mungkin, bisa untuk membiayai perayaan hari Kemerdekaan kampung-kampung di Indonesia.

Ringkas kata, kita mau mengatakan, perayaan Kemerdekaan RI ke 66 tahun 2011 masih dalam suasana ‘tidak bersih dari korupsi’ dan lemahnya penegakkan hukum.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta