Pameran Artist Residensi #10 Galih Reza
Hidup dan Harapan
“Hope Beyond Absurdity” sebuah tema yang telah dipilih untuk melengkapi karya-karya milik Galih Reza, Artist Residensi ke-10 Tembi Rumah Budaya. Menurut Fadjar Sutadi, perupa dan penulis asal Jogjakartayang ikut memperhatikan proses berkarya Galih, dalam pamerannya, Galih sedang dalam upaya membangun harapan didalam ketidakpastian ( antara keimanannya dan kekafirannya ) dengan mencoba menarasikan karya visualnya secara dialektis yang mengajak kita membangkitkan kesadaran pada kepastian kepada Yang Maha Pasti, yaitu Gusti Allah. Disini karya-karya Galih terbaca, bahwa siapapun yang tak dapat menemukan kesadaran akan Tuhan, maka mereka akan menanggung akibatnya.
Ketika ditanya soal konsep pameran tunggal pertamanya ini, Galih mengatakan semua idenya berawal dari kegelisahan diri dan orang-orang disekitarnya, tak hanya saat bertatapan muka langsung, bahkan lewat sosial media beberapa temannya kerap curhat dan ‘galau’ karena masalah-masalah sepele. “Misalnya saja tugas kuliah numpuk, atau besok mau ujian dan belum siap, semua sepele tapi mereka seperti patah semangat dan gampang down,” kata Galih. Berawal dari itulah Galih kemudian menarik benang merah, kenapa mereka kerap mengeluh dan putus asa, seakan tidak memiliki harapan. “Kalau hanya berharap pada gadget dan curhat buat apa, kita tidak akan pernah menyerah dan putus asa atau merasa khawatir kalau kita menaruh harapan pada Yang Maha Esa,” tambahnya.
Galih kemudian mengajak penikmat dan penonton karya-karyanya untuk sekaligus membangun kesadaran penonton dalam mengapresiasi karya-karya dengan tanpa maksud menggurui. Coba lihat karya-karyanya yang berjudul: Atu Ndak Tatut, Fill Me With Your Kindness, I’m Lost Without You,Metanoia, Never Late, Surrender All Honey,The Name Is Gost Is Beauty menggambarkan harapan atas kecemasan, ketakutan, kekhawatiran yang terjadi pada siapa saja, tetapi terjawab dengan kembali dekatnya pada Yang Atas.
Sementara sosok Keledai yang muncul dalam setiap karyanya, diberi nama Prasetyo. Seekor hewan yang selalu dikonotasikan dungu, tidak dapat diandalkan. Dalam karya-karya Galih, Prasetyo kadang tampak sangat terpuruk, diambang kehancuran, tapi pada akhirnya Prasetyo tetap muncul dengan harapan. Masih banyak lagi cerita lain dalam karya-karya Galih mengenai harapan dalam kehidupan yang menurutnya absurd.
Untuk gaya melukisnya, Galih mencoba keluar untuk mencari sesuatu yang baru di dunia senirupa, menurutnya banyak perupa sekarang mencoba membuat karya dengan warna-warna cerah dan ‘ngepop’. Sedangkan untuk karya-karyanya Galih mencoba dengan sedikit warna dominasi coklat, hitam dan emas. “Sebenarnya passion saya adalah drawing, jadi saya lebih suka menguatkan ciri khas karya saya di drawing, daripada berkutat dengan gradasi warna,” paparnya.
Galih Reza Prihanandi Suseno adalah mahasiswa Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negri Sebelas Maret, Surakarta, beberapa kali berpameran, diantaranya Pameran Exposign Seni Rupa Murni UNS Surakarta, Exhibition Of Technology and Inovation On Batik and Glass Painting di Victoria University Australia dan lainnnya. Ia juga beberapa kali memenangkan lomba juara I komik nasional Gramedia Fair, juara III lomba poster tingkat nasional Oktin Unibra Malang dan lainnya.
Pameran yuk ..!
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- PAMERAN MAINAN ALA PERUPA(25/05)