Makam Ki Ageng Surosekti, Cikal Bakal Dusun Grumbul Gede, Kalasan

Ki Ageng Singokerti adalah tokoh yang berasal dari Majapahit. Ia lari dari Majapahit ketika kerajaan itu dilanda perang. Ditengarai bahwa Ki Ageng Singokerti semula beragama Hindu. Namun ia kemudian memeluk agama Islam.

Cungkup makam Ki Ageng Singokerti di tengah kompleks makam Dusun Grumbul Gede, Selomartani, Kalasan, Sleman, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Cungkup makam Ki Ageng Singokerti di tengah kompleks makam Dusun Grumbul Gede,
Selomartani, Kalasan, Sleman

Makam Ki Ageng Singokerti terletak di Dusun Grumbul Gede Kowang, Kelurahan Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Makamnya berada di sisi tengah-barat dari kompleks makam tersebut.

Cungkup makam Ki Ageng Singokerti punya ukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter. Cungkup memiliki pintu masuk di dinding bagian selatan serta sisi barat. Sedangkan nisan Ki Ageng Singokerti terbuat dari balok kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk konstruksi dua balok sejajar yang kemudian disambung (dikunci) dengan dua balok lain di bagian dan bawah.

Nisan Ki Ageng Singokerti ini disandingkan dengan nisan istrinya. Nisan Ki Ageng Singokerti ini sejak awal mula memang terbuat dari kayu dan hingga kini sengaja tidak digantikan dengan nisan berbahan batu atau beton.

Nisan Ki Ageng Singokerti dan istrinya berupa susunan balok kayu, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Nisan Ki Ageng Singokerti dan istrinya berupa susunan balok kayu

Nisan Ki Ageng Singokerti dan nisan istrinya berukuran sama. Ukuran panjang nisannya adalah 140 cm dan lebar 55 cm. Sedangkan ukuran balok kayu sebagai bahan nisan berukuran 10 cm x 15 cm.

Menurut cerita yang diterima turun-temurun, Ki Ageng Singokerti adalah tokoh yang berasal dari Majapahit. Ia lari dari Majapahit ketika kerajaan itu dilanda perang. Ditengarai bahwa Ki Ageng Singokerti semula beragama Hindu. Namun ia kemudian memeluk agama Islam.

Berdasarkan sumber setempat, makam Ki Ageng Singokerti merupakan makam pertama atau makam paling kuno di Dusun Grumbul Gede. Dalam perkembangannya lahan di sekitar makam Ki Ageng Singokerti digunakan untuk makam umum dusun tersebut.

Cemeti hitam di atas keranda yang biasa dikirab di Dusun Grumbul Gede pada bulan Sura, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Cemeti hitam di atas keranda yang biasa dikirab pada bulan Sura

Kepala Dukuh setempat, Pramono (62) menyatakan bahwa Ki Ageng Singokerti inilah tokoh yang pertama kali mendirikan surau di wilayah yang disebut sebagai Kelurahan Selomartani. Jadi, surau di Dusun Grumbul Gede merupakan surau tertua di wilayah Selomartani, Kalasan, Sleman. Surau ini kemudian dibangun lebih baik lagi pada tahun 1948/1949.

Makam Ki Ageng Singokerti ini menurut sumber setempat pernah “ditayuh” (ditanyakan dengan cara mistis/gaib). Berdasarkan hal itu kemudian diketahui bahwa Ki Ageng Singokerti minta “direjakake” (dimuliakan/dibangun makamnya) pada bulan Sura. Salah satu cara untuk “ngrejakake” itu di antaranya dengan syarat mengarak (mengirab) cemeti (cambuk). Oleh karena itu makamnya kemudian dibersihkan dan diberi cungkup pada tahun 2009.

Pada tahun itu juga diselenggarakan pementasan wayang kulit sebagai penanda mulai diperhatikannya makam Ki Ageng Singokerti. Kecuali itu juga dilakukan kirab cemeti yang sebelumnya diselenggarakan pasar malam dan pementasan berbagai potensi kesenian dari dusun setempat.

Profil cungkup makam Ki Ageng Singokerti, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Profil cungkup makam Ki Ageng Singokerti,
dan Pramono (62) kepala Pedukuhan Grumbul Gede

Setelah itu, setiap tahun, terutama di bulan Sura, selalu diselenggarakan upacara kirab cemeti di Dusun atau Pedukuhan Grumbul Gede. Cemeti dan ubarampe yang telah selesai dikirab kemudian dilarung di Laut Selatan dan Sungai Opak. Kegiatan ini kemudian menjadi salah satu agenda wisata spiritual di Kabupaten Sleman.

Pengiraban atau pengarakan cemeti dilakukan sebagai simbol agar masyarakat Grumbul Gede terlecut atau terus terpacu untuk memperbaiki diri dan terus bertekun serta rajin bersembayang, mengaji, dan sebagainya. Kirab cemeti umumnya juga akan dibarengi dengan kirab kue apem sebanyak 63 potong. Kirab apem sebanyak itu untuk memperingati usia Nabi Muhammad SAW.

Naskah & foto:A.Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta