Judul : Biografi Tokoh Seni
Penulis : Dwi Ratna Nurhajarini, Sri Retna Astuti
Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2013, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : x + 130

Dariyah sebenarnya adalah laki-laki bernama Sadam. Karena penjiwaannya yang sangat total sebagai penari Lengger, tingkah lakunya berubah seperti perempuan. Perilaku ini bahkan terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Karena lebih merasa nyaman sebagai “perempuan” ia mengganti namanya menjadi Dariyah, serta berpakaian dan bertingkah laku seperti perempuan.

Biografi Tokoh Seni

Kesenian tradisional adalah salah satu aset bangsa yang sangat berharga dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Sebagai warisan budayaia memiliki arti yang penting bagi kehidupan adat dan sosial karena di dalamnya terkandung nilai, kepercayaan, tradisi serta sejarah dari masyarakat lokal. Sebagai aset ekonomi ia memiliki nilai komersial bagi yang terlibat (pelaku, masyarakat, pemerintah).

Kesenian tradisional sangat banyak jenisnya. Hidup dan matinya kesenian tradisional antara lain tergantung pada pelaku senidan masyarakat yang membutuhkan serta pemerintah. Buku ini mengupas kehidupan dua orang pelaku seni/seniman tradisional, yaitu Temu dan Dariyah.

Temu adalah penari Gandrung dari Kemiren, Banyuwangi, JawaTimur, sedangkan Dariyah adalah penari Lengger dari Banyumas, JawaTengah. Sebagai seniman tradisional keduanya sangat total dalam mengabdi. Keduanya juga sangat teguh memegang pakem atau aturan-aturan dalam tari tersebut.

Dariyah sebenarnya adalah laki-laki bernama Sadam. Karena penjiwaannya yang sangat total sebagai penari Lengger, tingkah lakunya berubah seperti perempuan. Perilaku ini bahkan terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Karena lebih merasa nyaman sebagai “perempuan” ia mengganti namanya menjadi Dariyah, serta berpakaian dan bertingkah laku seperti perempuan.

Pada mulanya Gandrung dan Lengger memang dibawakan oleh laki-laki, sehingga ada sebutan Gandrung Lanang dan Lengger Lanang (lanang = laki-laki). Mengikuti perkembangan zaman, akhirnya keduanya diganti perempuan. Gandrung laki-laki lenyap pada tahun 1914 setelah kematian penari laki-laki bernama Marsan.

Yang menjadi keprihatinan kedua penari tersebut (Temu dan Dariyah) adalah regenerasi penari yang sangat sulit. Mereka kesulitan untuk mencari penerus yang benar-benar mau belajar secara total dan mengikuti pakem tradisional.

Buku ini menceritakan tentang suka duka Temu dan Dariyah sebagai pelaku dan penjaga kesenian tradisional. Mulai dari awal mulanya mereka belajar, kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi, masa keemasan serta usaha-usaha yang dilakukan untuk melahirkan generasi penerusnya.

Baca yuk ..!

M. Kusalamani



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta