Prosesi Setiap Malam 1 Sura di Panepen Gunung Lanang

Author:kombi / Date:04-11-2013 / Tag: Ensiklopedi Upacara Adat / Upacara Adat

Prosesi Setiap Malam 1 Sura di Panepen Gunung Lanang

Keutuhan rangkaian acara malam 1 Sura ditutup dengan acara labuhan. Gunungan berikut ubarampe sesaji seluruhnya dibawa dari Panepen Gunung Lanang menuju pantai Congot yang berjarak 1,5 km.

Upacara ruwatan malam 1 Sura pada Selasa, 15 Oktober 2013, di Panepen Gunung Lanang, Congot, Kulonprogo , DIY, foto: Hugo M Satyapara
Ruwatan di Panepen Gunung Lanang sebagai salah satu cara menyikapi kehidupan

Setiap pergantian Tahun Jawa atau Malam 1 Sura, tempat ritual puja seperti Parang Kusuma, Keraton Ngayogyakarta, Keraton Surakarta, Puncak Suralaya, Gunung Kemukus, Panepen Gunung Lanang, Pamoksan Aji Jayabaya Kediri, Alas Purwa, dan lainnya ramai dikunjungi para warga.

Adalah saat yang tepat di malam 1 Sura itu, jika para warga terutama para pelaku budaya spiritual maupun pelestari tradisi budaya lokal mau menyediakan waktu sejenak untuk bertafakur dalam tutur. Memandang riak-riak gejolak. Menembus batas keheningan, mencari roh penggerak budaya yang lama sudah lepas dari genggaman.

Sambil bertafakur dalam tutur, baiklah kita tengok sejenak tradisi budaya Malam 1 Sura yang hingga saat ini masih diadakan di Panepen Gunung Lanang, Congot, Kulonprogo DIY.

Upacara ruwatan malam 1 Sura pada Selasa, 15 Oktober 2013, di Panepen Gunung Lanang, Congot, Kulonprogo , DIY, foto: Hugo M Satyapara
Ritual siraman dan potong rambut dan kuku

Jelang malam 1 Sura nan sarat makna, tahun lalu, para wara menghias bangunan Joglo Grha Kencana tempat mengawali sekaligus mengakhiri upacara, Sumur Tirta Kencana tempat menyucikan diri, panggung untuk pagelaran wayang kulit. Puncak Gunung Lanang juga dihiasi aneka bunga serta gambar.

Malam 1 Sura pun tiba. Acara protokoler menjadi madah pembuka pagelaran wayang sebagai pelengkap acara ruwatan. Tujuan ruwatan tiada lain sebagai salah satu cara menyikapi berbagai persoalan kehidupan, seperti yang dilakoni ksatria Pandawa. Tujuannya supaya terhindar dari pengaruh daya magis Setra Gandamayit. Tempat Batari Ranini, jelmaan Batari Uma, menjalani hukuman.

Adalah Semar yang tak lain jelmaan Batara Ismaya akhirnya dapat memulihkan ksatria Pandawa pada keadaan seperti sediakala. Caranya dengan mengidungkan doa ruwat waringin sungsang. Dirangkai dengan kudangan, Kidungan Sari Panggung, Kidungan Banyak Dalang, Semburan Penganten, Kidung Konjanakarna, Mogor rambut, Semburan banyu, Tundhungan Bhatara Kala. Tundhungan Buta. Ruwatan yang dijalankan membuat Batari Ranini marah. Oleh Semar, Batari Ranini pun ikut diruwat. Kembalilah Batari Ranini pada wujud semula sebagai Batari Uma istri Batara Guru.

Upacara ruwatan malam 1 Sura pada Selasa, 15 Oktober 2013, di Panepen Gunung Lanang, Congot, Kulonprogo , DIY, foto: Hugo M Satyapara
Semar meruwat Batari Ranini di Panepen Gunung Lanang

Bersamaan waktu para peserta ruwat melakoni ruwatan di depan Grha Kencana dan Sumur Tirta Kencana, Ki Swasana Pengangeng Paguyuban Kadang Gunung Lanang memimpin prosesi. Tata cara ruwat lebih sederhana, tanpa mengurangi sesarinya makna. Peserta ruwatan dimandikan dengan air Sumur Tirta Kencana, disertai pemotongan rambut dan kuku sebagai simbol sirnanya mala sukerta.

Menjelang tengah malam ritual puja pun dijalankan seturut kata rasa hati Ki Swasana di puncak Gunung Lanang dalam buaian sunyi kata dan suasana. Tiada lain untuk menggapai daya hidup yang bersemayam di singgasana Sang Pemberi hidup dan kehidupan.

Keutuhan rangkaian acara malam 1 Sura ditutup dengan acara labuhan. Gunungan berikut ubarampe sesaji seluruhnya dibawa dari Panepen Gunung Lanang menuju pantai Congot yang berjarak 1,5 km. Sampai di pantai gunungan berikut ubarampe ditata di antara kerumunan warga berjumlah ratusan yang sudah menunggu sejak sang surya belum menampakkan wajahnya.

Upacara ruwatan malam 1 Sura pada Selasa, 15 Oktober 2013, di Panepen Gunung Lanang, Congot, Kulonprogo , DIY, foto: Hugo M Satyapara
Labuhan di Pantai Congot, melabuh mala sukerta
sekaligus meraih berkah dari Sang Pemberi Hidup

Ki Swasana dibantu Ki Rustanto, Rama Walji mengawali labuhan dengan mendaraskan doa. Asap dupa membubung di antara wajah rasa kerumunan yang takjub memandang balon merah putih bergelayutan di angkasa. Terbang tinggi terbawa angin harapan akan membaiknya kehidupan di tahun Jawa baru.

Satu per satu ubarampe dilabuh ke tengah alunan samudera raya kehidupan. Para warga dengan setia menanti berlabuhnya ubarampe sebagai simbol berkah dari Sang Pemberi Hidup. Menandai akhir prosesi, warga pulang membawa berlaksa berkah yang diharapkan dapat jadi salah satu suluh dalam menjalani kehidupan yang terasa makin berat ini.

Naskah & foto:Hugo M Satyapara

Ensiklopedi Upacara Adat Source Link: Jakarta

Latest News

  • 16-07-14

    Denmas Bekel 16 Juli

    more »
  • 16-07-14

    Dapur Empu Keris di

    Pembuatan foto ini merupakan upaya yang brilian dari sang fotografer atau pemrakarsanya sebagai bentuk pendokumentasian akan sebuah fenomena unik... more »
  • 16-07-14

    Penyair Pesantren Ta

    Para penyair muda pondok pesantren ini tidak hanya membaca puisi, tetapi yang menarik mereka menggarap puisi dengan musik terbangan, yang mereka... more »
  • 15-07-14

    Jembatan Neco, Salah

    Pembuatan jembatan konstruksi baja yang dipindahkan dari Manding itu sendiri tidak atau belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan pada zaman kolonial... more »
  • 15-07-14

    Damas Sangaji Bertan

    Dengan karya, saya ingin menanyakan akan ‘kepekaan’ rasa kepada setiap orang yang melihat karya saya. Apakah kadar ‘kepekaan’ dari setiap orang yang... more »
  • 15-07-14

    Lading, Si Peracik B

    PJ Zoelmulder mendasarkan pada cuplikan teks yang bersumber pada naskah Abhimanyuwiwaha (AbhW) 30.13 yang berbunyi “…hana kadhuwak caluk badhama len... more »
  • 15-07-14

    Slamet Riyadi Sabraw

    Slamet Riyadi Sabrawi memang sudah lama bergelut dengan puisi. Pada masa mudanya, ketika dia masih sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan di UGM, Slamet... more »
  • 14-07-14

    Meracik Acara Museum

    Banyak mahasiswa hadir dalam seminar “Museumisme” ini karena dimeriahkan komedian yang sekarang baru digandrungi anak muda yaitu Ge Pamungkas, dan... more »
  • 14-07-14

    Runtuhnya Hindia Bel

    Judul : Runtuhnya Hindia Belanda  Penulis : Onghokham  Penerbit : Gramedia, 1989, Jakarta  Bahasa : Indonesia  Jumlah... more »
  • 14-07-14

    Pidato Kebudayaan Pa

    Meski secara formal ia pensiun dari majalah Suara Muhamadiyah, tetapi Mustofa masih aktif sebagai redaksi di majalah kebudayaan ‘Sabana’. Mustofa pun... more »